Thursday, 20 October 2016

Sejarah Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon

Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon didirikan sekitar tahun 1127 H/ 1705 M. oleh Kyai Jatira. Kyai Jatira adalah gelar dari KH. Hasanuddin putra KH. Abdul Latief dari desa Mijahan Plumbon Cirebon. Beliau merupakan bagian dari Keraton Cirebon.

KH. Hasanuddin adalah seorang pejuang agama yang sangat dekat dengan masyarakat miskin. Desa yang kering dengan lahan pertanian yang kurang subur menjadikan dirinya berpacu mengembangkan pondoknya sebagai tempat peristirahatan yang jauh dari keramaian terutama dari pengaruh kekuasaan dan penjajah belanda. Maka dirintislah sebuah pesantren sederhana yang diberi nama Pesantren Babakan.
Stagnasi kepemimpinan dalam pesantren terjadi ketika Kyai Jatira meninggal dunia, langkah kaderisasi di Pesantren Babakan mengakibatkan terputusnya kegiatan pesantren sampai sarana fisikpun tidak berbekas. Sampai kemudian KH. Nawawi menantu dari Kyai Jatira membangun kembali Pondok Pesantren Babakan yang letaknya satu kilometer kearah selatan dari tempat semula.
Dalam mengasuh pesantren beliau dibantu oleh KH. Adzro’i. Setelah itu pesantren dipegang oleh KH. Ismail putra KH. Adzro’i tahun 1225 H/1800 M.mulai tahun 1916 M pesantren diasuh oleh KH. Amien Sepuh bin KH. Irsyad, yang masih merupakan Ahlul Bait dari garis keturunan Sunan Gunung Jati.

K.H. AMIN SEPUH (Babakan Ciwaringin Cirebon)

Kiyai Amin Sepuh pernah nyantri di Pesantren Bangkalan Madura, yang saat itu diasuh oleh Kiyai Kholil, Kiyai yang terkenal kewara’annya. Ketika nyantri disana, Kiyai Amin Sepuh diasuh oleh Kiyai Hasyim Asy’ari, kakek Gusdur, yang waktu itu masih menjadi ustadz di pesantren Bangkalan Madura,
Kiyai Amin Sepuh yang awalnya hanya nyantri di Pesantren Babakan Ciwaringin atas amanah ayahandanya, Kiyai Irsyad, malah diamanahi oleh Kiyai Ismail yang saat itu jadi pengasuh pesantren, untuk memimpin Pesantren Babakan Ciwaringin dan dinikahkan dengan keponakan Kiyai Ismail.
KH. Amien Sepuh menekuni Pesantren Babakan sebagai tempat pengabdiannya terhadap masyarakat Islam khususnya. Setelah 25 tahun mengembangkan Pesantren Babakan, tahun 1940-an, yaitu pasca kemerdekaan, Beliau sekaligus berjuang bagi kemerdekaan RI. Bahkan dalam perang 10 November Surabaya, para kiyai khos termasuk KH Hasyim Asy’ari menunggu kabar dari KH Amin sepuh sebelum mengeluarkan Fatwa Jihad.

Quote:
Diceritakan dalam sebuah majelis, almarhum KH. Abdul Mujib Ridlwan, Putra KH. Ridlwan Abdullah Pencipta lambang NU, mengajukan sebuah pertanyaan, “Kenapa Perlawanan Rakyat Surabaya itu terjadi 10 November 1945, kenapa tidak sehari atau dua hari sebelumnya padahal pada saat itu tentara dan rakyat sudah siap ?”
Melihat tak satupun diantara yang hadir dalam majelis itu dapat menjawab, pertanyaan itu dijawab sendiri oleh Kiai Mujib, “Jawabannya adalah saat itu belum diizinkan Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari untuk memulai pertempuran, Mengapa tidak diizinkan? ternyata Kiai Hasyim Asy’ari menunggu kekasih Allah dari Cirebon yang akan datang menjaga Langit Surabaya, Beliau Adalah KH. ABBAS ABDUL JAMIL dari pesantren buntet Cirebon dan KH. AMIN SEPUH dari Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon.” KH. Amin Sepuh bersama beberapa anaknya, para Kiyai Cirebon ( wil 3 Cirebon dan Jawa Barat) plus Ustadz, santri dan masyarakat benar-benar berjuang ke surabaya, Jawa Timur. Bahkan kabarnya yang menembak Jendral Mallaby dari Inggris yang di boncengi Belanda (NICA), adalah anak buah KH. Amin Sepuh yang bernama Kiyai Sholeh yang wafat disana.

Pasca Revolusi Kemerdekaan beliau dibantu adik iparnya sekaligus muridnya KH. Sanusi terus mengembangkan Pesantren dengan berbagai aral melintang. Bahkan yang dahsyat adalah ketika Agresi Belanda, tepatnya tahun 1952 Pondok Pesantren diserang Belanda. Dikarenakan KH. Amin sepuh sebagai sesepuh cirebon merupakan pejuang yang menentang penjajah. Pondok dibakar dan dikepung. Para santri pergi dan para Pengasuh beserta keluarga mengungsi.
Dua tahun kemudian, tahun 1954, KH. Sanusi yang masih salah satu murid KH. Amin Sepuh adalah orang yang pertama kali datang dari pengungsiannya. Sisa-sisa kitab suci berantakan, termasuk karya-karya KH. Amin Sepuh, habis dibakar, bangunan hancur dan nampak angker. Semua itu secara bertahap dibereskan lagi.

Tahun 1955 KH. Amin Sepuh kembali ke Babakan, kemudian para santri banyak berdatangan dari berbagai pelosok. KH. Amin sepuh yang menjadi pengasuh Pondok Gede kembali memberikan pelajaran-pelajaran agama kepada para santrinya yang makin lama makin meluap. Pondok Raudhotut Tolhibin tidak dapat menampung para santri. Hingga santrinya dititipkan dirumah-rumah ustadnya seperti KH. Hanan, dirumah KH. Sanusi, dsb. hingga kelak anak cucunya membentuk dan mengembangkan pesantren-pesantren seperti sekarang ini. Sehingga Pondok yang awalnya hanya satu (Ponpes Raudlotut Tholibin) sekarang menjadi banyak.

Nama-nama asrama pesantren dimaksud adalah:
Komplek Babakan Utara, terdiri dari

1.      Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin yang didirikan oleh KH Amin (saat ini diasuh oleh KH Afif Zuhri Amin). Ini pesantren pertama di Babakan Ciwaringin.
Kemudian Asrama Fatimiyah Ma’hadul Ilmi/AFMI (saat ini diasuh oleh KH Maksum Mochtar).
2.      Pondok Pesantren Asrarur Rafiah (KH Muhtadi Syarief)
3.      Pondok Pesantren Al-Badar (saat ini diasuh oleh KH Tohari)
4.      Pondok Pesantren Mahad at-Talim al-Baqiyah as-Salihah/MTBS (saat ini diasuh oleh Ustadz Yusuf)
5.      Pondok Pesantren Ma’hadul Ilmi (saat ini diasuh oleh Ustadz Hamzah Hariri)
6.      Pondok Pesantren az-Ziyadah (saat ini diasuh KH. Asmawi)
7.      Pondok Pesantren al Barakah (Didirikan oleh KH Syadzili)
Balai Pendidikan Pondok Putri/Bapenpori (saat ini diasuh oleh KH. Amin Fuad)
8.      Pondok Pesantren As-Sanusi (diasuh oleh KH Abdul Kohar)
9.      Pondok Pesantren Dahlia (Ustadz Marzuki)
10.  Pondok Pesantren As-Syuhada (Ustadz Toha Amin)
11.  Pondok Pesantren As-Saadah (Ustadz Abdurrahman)
12.  Pondok Pesantren Ikhwanul Muslimin/PPIM (saat ini diasuh oleh KH Natsir)
13.  Pondok Pesantren at-Taqwa (Ustadz Busyer)
14.  Pondok Pesantren al-Munir (Ustadz Munir)
15.  Pondok Pesantren al-Furqan (Ustadz Hasan)
16.  Pondok Pesantren Al-Mustain (Ustadz Marzuki)
17.  Pondok Pesantren Al-Faqih (didirikan oleh KH M. Thobiin).

Sementara Pesantren Babakan Selatan, terdiri dari:

1.    Pondok Pesantren Miftahul Muta’allimin pesantren pertama di wilayah Selatan (Didirikan oleh Kyai Mad Amin, saat ini diasuh oleh KH Syarief Hud Yahya)
2.   Pondok Pesantren Assalafie (didirikan oleh KH Syaerozi, saat ini diasuh oleh KH Azka Hammam Syaerozi dan KH Yasyif Maemun Syaerozi)
3.   Pondok Pesantren Muallimin-Muallimat (didirikan oleh KH. Amin Halim, saat ini diasuh oleh KH Zamzami Amin dan KH Marzuki Ahal)
4.    Pondok Pesantren Assalam (diasuh oleh KH Mukhtasun)
5.   Pondok Pesantren Kebon Jambu (didirikan oleh KH Muhammad, saat ini diasuh oleh Ustadz Asror Muhammad)
6.    Pondok Pesantren Raudlatul Banat (didirikan oleh KH Syarief Hud Yahya)
7.    Pondok Pesantren Al Muntadhor (diasuh oleh KH Burhanuddin)
8.    Pondok Pesantren Al Hikmah (diasuh oleh KH Nasihin Aziz)
9.    Pondok Pesantren Hadiqah Usyaqil Quran/HUQ (Diasuh oleh KH Nurhadi Thayib)
10.  Pondok Pesantren al Ikhlas (diasuh oleh KH Mukhlas)
11.  Pondok Pesantren Asshalihah (didirikan oleh KH Hasan Palalo)
12.  Pondok Pesantren al Huda (diasuh oleh Ustadz Rumli Muntab)
13.  Pondok Pesantren Masyarikul Anwar (diasuh oleh KH Makhtum Hanan)
14.  Pondok Pesantren Al Kamaliyah (diasuh oleh KH Tamam Kamali)
15.  Pondok Pesantren Al Kautsar (KH Muhaimin)

Pada masa pengasuhan KH. Amin Sepuh, Pondok Babakan Ciwaringin mencapai kemasyhuran dan masa keemasan serta banyak andil dalam mencetak tokoh-tokoh agama yang handal, hampir semua Kiyai sepuh di wilayah 3 Cirebon bahkan menyebar ke pelosok Indonesia adalah muridnya, sebut saja Kang Ayip Muh (kota Cirebon), KH. Syakur Yassin, KH. Abdullah Abbas (Buntet), KH Syukron Makmun, KH. Hannan, KH Sanusi, KH.Machsuni (Kwitang), KH Hassanudin (Makassar), di Babakan sendiri beberapa muridnya mendirikan pesantren seperti : KH. Muhtar, KH Syaerozi, KH. Amin Halim, KH. Muhlas, KH Syarif Hud Yahya..dll.

KH. Amien Sepuh wafat pada tahun pada tahun 1972 dan KH. Sanusi wafat pada tahun M.1974 M, dan kepengurusan dilanjutkan oleh KH. Fathoni Amin sampai tahun 1986 M.
Setelah wafatnya KH. Fathoni Amin kepengurusan pesantren dilanjutkan oleh KH. Bisri Amin ( wafat tahun 2000 M.) beserta KH. Fuad Amin ( wafat tahun 1997 M.) dan KH. Abdullah Amin ( wafat tahun 1999 M.) serta KH. Amrin Hanan ( wafat tahun 2004 M.) dan KH. Azhari Amin (wafat tahun 2008 ) KH. Drs. Zuhri Afif Amin wafat pada tahun 2010. setelah wafatnya KH. Drs Zuhri Afif Amin, kepengurusan dilanjukan oleh cucu-cucu KH. Amin Sepuh dan Ulama serta masyarakat yang berkompeten untuk kemajuan pesantren. Bahkan bukan pendidikan agama saja yang mereka terapkan, pendidikan umumpun mereka terapkan terhadap para santrinya. Dengan harapan, para santrinya dapat memenuhi semua kewajibannya, baik kewajiban dunia maupun akhirat, serta menyelaraskannya beriringan dan seimbang.





Editor : Mohamad Asror M.

0 komentar:

Post a Comment