tag:blogger.com,1999:blog-85563593505448361902024-03-13T18:05:45.439+07:00GEMA SUARA PESANTREN | Aplikasi | Pendidikan | Teknologi | Tips dan Trik | Tutorial |GEMA SUARA PESANTRENhttp://www.blogger.com/profile/16617370781707429790noreply@blogger.comBlogger73125tag:blogger.com,1999:blog-8556359350544836190.post-80341837264013651862022-04-26T20:06:00.002+07:002022-04-26T20:06:33.773+07:00PERINGATI HARLAH KE-88, GP ANSOR KARANGSARI ADAKAN BERBAGI TAKJIL DAN DO’A BERSAMA<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><strike style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0B0tjT2HjcoFXnHG_rq17cT2yJTNyKxjCJnaMUrFRa_TcUzB8OOig9DOe-rI_uellLuqBu0EGk4hIwFqm60krgIrY7tiVuUzDXsOyuCs2bchsyE_TXpgVKeUAHKJWCOYL4_F1mACoicpm-5rsoxZ5ggDTJaXJnEvdLFcaoa1qgz2S3eJaQMfIoBLG/s320/IMG_20220424_170558_860.jpg" width="320" /></strike></div><div style="text-align: justify;">BREBES, - Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Ranting Desa Karangsari adakan kegiatan pembagian takjil dan do’a bersama. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Desa Karangsari, Kecamatan Bulakamba, Brebes, Minggu, (24/04).</div><p></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Ketua GP Ansor Ranting Karangsari, M. Asror Mustaghfiri, S.Sy mengatakan bahwa kegiatan tersebut dilaksanakan untuk memperingati Harlah GP Ansor yang ke-88. Ada sebanyak 500 takjil yang dibagikan secara gratis kepada masyarakat umum.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">“Pembagian takjil ini diperuntukan untuk masyarakat umum. Ada tiga lokasi yang dijadikan tempat kegiatan, diantaranya, di depan Masjid At-Taqwa Desa Karangsari, Pos Rel Kereta Api dan di Pertigaan Lapangan sepak Bola Desa Karangsari” ucapnya.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Tujuan diadakan kegiatan tersebut, menurutnya, untuk membangkitkan semangat para pemuda yang ada di Desa Karangsari, khusunya yang tergabung dalam GP Ansor. Tak hanya itu, kegiatan berbagi takjil menurutnya juga sebagai salah satu bukti kepedulian para pemuda kepada masyarakat.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">“Terlebih jika bergerak dalam hal kebaikan untuk lingkungan sekitar, itu memang tujuan utamanya” jelasnya.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Kegiatan tersebut kemudian dilanjut dengan acara buka puasa dan do’a bersama yang berlokasi di Madrasah Hidayatul Mubtadiin Desa Karangsari, Kec. Bulakamba, Kab. Brebes.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">“Harapannya, untuk para pemuda agar dapat bangkit dan bergerak dalam menebarkan kebaikan serta bisa menjaga tradisi Ahlussunah wal jamaah Nahdlatul Ulama di Desa Karangsari. Selain itu, agar pejabat desa dan masyarakat mengetahui serta memberikan support serta dukungan kepada para kader GP Ansor, IPNU dan IPPNU Ranting Karangsari” Pungkasnya. (AW)</p>GEMA SUARA PESANTRENhttp://www.blogger.com/profile/16617370781707429790noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8556359350544836190.post-42005106610725803622021-03-31T10:50:00.004+07:002021-03-31T10:51:21.992+07:00Biografi KH. Mahrus Aly ( 1907 – 1985 ) Pendiri Pesantren Lirboyo<div style="text-align: left;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-ml5NVT-o1bE/YGPwKbdRPOI/AAAAAAAABEo/3Z3wTgYU-IgR_osmfy8G7f0ygYYdLuPHACLcBGAsYHQ/s960/MBAH%2BMAHRUS.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="637" height="286" src="https://1.bp.blogspot.com/-ml5NVT-o1bE/YGPwKbdRPOI/AAAAAAAABEo/3Z3wTgYU-IgR_osmfy8G7f0ygYYdLuPHACLcBGAsYHQ/w212-h286/MBAH%2BMAHRUS.jpg" width="212" /></a></div><span style="text-align: justify;">KH. Mahrus Aly lahir di dusun Gedongan, kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, dari pasangan KH Aly bin Abdul Aziz dan Hasinah binti Kyai Sa’id, tahun 1906 M. Beliau adalah anak bungsu dari sembilan bersaudara. Masa kecil beliau dikenal dengan nama Rusydi dan lebih banyak tinggal di tanah kelahiran. Sifat kepemimpinan beliau sudah nampak saat masih kecil. Sehari-hari beliau menuntut ilmu di surau pesantren milik keluarga. Beliau diasah oleh ayah sendiri, KH Aly dan sang kakak kandung, Kiai Afifi.</span></div><p style="text-align: justify;">Saat berusia 18 tahun, beliau melanjutkan pencarian ilmu ke Pesantren Panggung, Tegal, Jawa Tengah, asuhan Kiai Mukhlas, kakak iparnya sendiri. Disinilah kegemaran belajar ilmu Nahwu KH. Mahrus Aly semakin teruji dan mumpuni. Selain itu KH. Mahrus Aly juga belajar silat pada Kiai Balya, ulama jawara pencak silat asal Tegal Gubug, Cirebon. Pada saat mondok di Tegal inilah KH. Mahrus Aly menunaikan ibadah haji pada tahun 1927 M.</p><p style="text-align: justify;">Di tahun 1929 M, KH. Mahrus Aly melanjutkan ke Pesantren Kasingan, Rembang, Jawa Tengah asuhan KH. Kholil. Setelah 5 tahun menuntut ilmu di pesantren ini (sekitar tahun 1936 M) KH. Mahrus Aly berpindah menuntut ilmu di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. Karena sudah punya bekal ilmu yang mumpuni KH. Mahrus Aly berniat tabarukan di Pesantren Lirboyo. Namun beliau malah diangkat menjadi Pengurus Pondok dan ikut membantu mengajar. Selama nyantri di Lirboyo, beliau dikenal sebagai santri yang tak pernah letih mengaji. Jika waktu libur tiba maka akan beliau gunakan untuk tabarukan dan mengaji di pesantren lain, seperti Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, asuhan KH. Hasyim Asy’ari. Pondok Pesantren Watucongol, Muntilan, Magelang, asuhan Kiai Dalhar dan juga pondok pesantren di daerah lainnya seperti; Pesantren Langitan, Tuban, Pesantren Sarang dan Lasem, Rembang.</p><p style="text-align: justify;">KH. Mahrus Aly mondok di Lirboyo tidak lama, hanya sekitar tiga tahun. Namun karena alimnya kemudian KH. Abdul Karim menjodohkan dengan salah seorang putrinya yang bernama Zaenab, tahun 1938 M. Pada tahun 1944 M, KH. Abdul karim mengutus KH. Mahrus Aly untuk membangun kediaman di sebelah timur Komplek Pondok. Sepeninggal KH. Abdul Karim, KH. Mahrus Aly bersama KH. Marzuqi Dahlan meneruskan tambuk kepemimpinan Pondok Pesantren Lirboyo. Di bawah kepemimpinan mereka berdua, kemajuan pesat dicapai oleh Pondok Pesantren Lirboyo. Santri berduyun-duyun untuk menuntut ilmu dan mengharapkan barokah dari KH. Marzuqi dahlan dan KH. Mahrus Aly, bahkan ditangan KH. Mahrus Aly lah, pada tahun 1966 lahir sebuah perguruan tinggi yang bernama IAIT (Institut Agama Islam Tribakti).</p><p style="text-align: justify;">KH. Mahrus Aly ikut berperan dalam memperjuangkan kemerdekaan dan ini nampak saat pengiriman 97 santri pilihan Pondok Pesantren Lirboyo, guna menumpas sekutu di Surabaya, peristiwa itu belakangan dikenal dengan perang 10 November. Hal ini juga yang menjadi embrio berdirinya Kodam V Brawijaya. Selain itu KH. Mahrus Aly juga berkiprah dalam penumpasan PKI di sekitar Kediri.</p><p style="text-align: justify;">KH. Mahrus Aly mempunyai andil besar dalam perkembangan Jamiyyah Nahdlatul Ulama, bahkan beliau diangkat menjadi Rois Syuriyah Jawa timur selama hampir 27 Tahun, hingga akhirnya diangkat menjadi anggota Mustasyar PBNU pada tahun 1985 M.</p><p style="text-align: justify;">Senin, 04 Maret 1985 M, sang istri tercinta, Nyai Hj. Zaenab berpulang ke Rahmatullah karena sakit Tumor kandungan yang telah lama diderita. Sejak saat itulah kesehatan KH. Mahrus Aly mulai terganggu, bahkan banyak yang tidak tega melihat KH. Mahrus Aly terus menerus larut dalam kedukaan. Banyak yang menyarankan agar KH. Mahrus Aly menikah lagi supaya ada yang mengurus beliau, namun dengan sopan beliau menolaknya. Hingga puncaknya yakni pada sabtu sore pada tanggal 18 Mei 1985 M, kesehatan beliau benar-benar terganggu, bahkan setelah opname selama 4 hari di RS Bhayangkara Kediri, beliau dirujuk ke RS Dr. Soetomo, Surabaya. Delapan hari setelah dirawat di Surabaya dan tepatnya pada Hari Ahad malam Senin Tanggal 06 Ramadlan 1405 H/ 26 Mei 1985 M, KH. Mahrus Aly berpulang ke rahmatullah. Beliau wafat diusia 78 tahun. Lahu Alfatihah...</p><p style="text-align: justify;">Kisah selengkapnya bisa Anda lihat di buku Tiga tokoh Lirboyo.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Sumber : <a href="https://lirboyo.net/kh-mahrus-aly-1907-1985/" target="_blank">lirboyo.net</a></p>GEMA SUARA PESANTRENhttp://www.blogger.com/profile/16617370781707429790noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556359350544836190.post-24713047742316776792018-04-03T00:09:00.000+07:002018-04-03T00:09:24.360+07:00Sejarah Singkat Berdirinya Pon. Pes. Ma’hadut Tholabah Babakan Lebaksiu Tegal<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-8RG8Sx-wmXU/WsJi51m-D4I/AAAAAAAAA9o/gEhaCqc9UL0nrPYFCHbvkLgYe0XZpJsEwCLcBGAs/s1600/babakan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="405" data-original-width="720" height="225" src="https://2.bp.blogspot.com/-8RG8Sx-wmXU/WsJi51m-D4I/AAAAAAAAA9o/gEhaCqc9UL0nrPYFCHbvkLgYe0XZpJsEwCLcBGAs/s400/babakan.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Pondok Pesantren Ma’hadut Tholabah Babakan didirikan secara resmi pada tahun 1916 M/ 1336 H. oleh K.H. Mufti bin Salim bin Abdur Rahman, seorang ulama asal Desa Balapulang Kabupaten Tegal. Beliau diambil menantu oleh K. Sulaiman, seorang bekel (Kepala Desa) Jatimulya yang dikenal kaya raya diwilayah Kecamatan Lebaksiu saat itu.<br />KH. Mufti Bin Salim Bin Abdur Rahman, telah mulai merintis kegitan pesantren ini sejak tahun 1913 M, yakni dengan membuka kegiatan pengajian umum di Mesjid Jami dukuh Babakan yang diikuti oleh 12 orang dari lingkungan Babakan.<br />Ketika kegiatan sudah berjalan 2 tahun,dan peserta pngajian mulai bertambah banyak, maka pada tahun 1916 M. Beliau mulai mengembangkan kegiatan keagamaanya,dengan membangun sebuah musholah di ujung selatan pedukuhan Babakan yang merupakan sentral seluruh kegiatan keagamaan yang di pimpin oleh beliau.Sedangkan para peserta pengajianyang berminat untuk bermukim, mereka membangun sendiri tempat pemukiman sejumlah 4 kamar yang masing-masing berukuran 3 X 4 X 1 M2,dengan lokasi di sebelah selatan Mushola.<br />Sejak saat itulah tempat aktivitas keagamaan ini dikenal dan di kukuhkan sebagai Pondok Pesantren Ma`hadut Tholabah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Periodisasi Kepengurusan Pondok Pesantren Ma’hadut Tholabah</b><br />Sejak masa berdirinya ( 1916 M.), Pondok Pesantren Ma’hadut Tholabah telah mengalami 5 periode kepemimpinan sebagai berikut ;<br /><br />1) Periode I ( Tahun 1916 – 1935 M. )<br />Pengasuh : K.H. Mufti bin Salim (Pendiri)<br />Dibantu Oleh : KH. Sulaiman ( Mertua )<br />K.H. Abdurrohim ( Ipar )<br />K.H. Anwar ( Ipar )<br />Ny. Hj. Fatimah ( Istri )<br /><br />2) Periode II ( Tahun 1935 – 1947 M.)<br />Pembina /Penasehat : Ny. Hj. Fatimah ( Ibu )<br />Pengasuh : K.H. Ma’sum Mufti (Anak I)<br />Wakil : K.H. M. Syafi’i Mufti ( Anak II )<br />Dibantu Oleh : K.H. Abdur Rohim (Pak De )<br />K.H. Dahlan Anwar ( Ipar )<br /><br />3) Periode III ( Tahun 1947 – 1982 M. )<br />Pembina /Penasehat Ny. Hj. Fatimah ( Ibu )<br />Pengasuh K.H. Isa Mufti (Anak III)<br />Dibantu Adik-adiknya : Ny.Hj. Khoiriyah Mufti (Anak IV)<br />K.H. Abdul Malik Mufti (Anak V)<br />K.H. Baidlowi Mufti (Anak VIII)<br />Ny. Hj. Mutimah Mufti (Anak IX)<br />K.H. Khozin Mufti (Anak X)<br />K.H. Sofwan Mufti (Anak XI)<br />Para menantu K.H. Mufti.<br />Pada periode III ini Ny. Hj. Fatimah ( Ibu ) bertindak selaku Pembina Pondok Pesantren, dan sekaligus menangani secara khusus pengelolaan Pondok Pesantren Putri sampai dengan Bliau wafat tahun 1977 M. Untuk selanjutnya Pondok Pesantren Putri dipimpin oleh Ny. Hj. Khoiriyah Mufti yang berlangsung sampai dengan tahun 1990 M.<br /><br />Sedangkan untuk pengelolaan Madrasah Diniyah khusus diserahkan pada :<br />1. KH. Abdul Malik Mufti :<br />Pimpinan Madrasah Diniyah Putra tingkat dasar ( Ibtidaiyah 6 Tahun )<br />2. KH. Baidlowi Mufti :<br />Pimpinan Madrasah Diniyah Putra tingkat menengah ( Tsanawiyah )<br />3. Ny. Hj. Mundiroh ( Istri KH. Isa Mufti ) :<br />Pimpinan Madrasah Diniyah Putri ( Al Banat )<br /><br />4) Periode IV ( Tahun 1982 – 2000 M.)<br />Pengasuh : K.H. Abdul Malik Mufti<br />Pengasuh Putri : Ny.Hj. Khoriyah Mufti<br /><br />Pada periode ini Pondok Pesantren Putri masih dikelola oleh Ny. Hj. Khoiriyah Mufti sampai dengan tahun 1990, dan dilanjutkan oleh adiknya yaitu Ny. Hj.Mutimah Mufti sampai dengan wafatnya pada tahun 1995.<br />Sepeninggal Ny. Hj. Mutimah Muft, Tim Formatur Pondok Pesantren menunjuk 3 Orang Menantu KH. Mufti, sebagai Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Putri, yang masing masing mempunyai otoritas dan kewenangan yang sama yaitu<br />1). Ny Hj Saeroroh Masykuri ( Istri Alm. KH Abdul Malik Mufti )<br />2). Ny Hj Masyfu’ ah Dahlan (Istri Alm. KH Baedlowi Mufti )<br />3). Ny Hj Masruroh Masyhudi ( Istri Alm. KH. Sofwan Mufti )<br /><br />5) Periode V ( tahun 2000 – Sekarang )<br />Pada pride ini,pondok pesantren dikelola secara kolektif oleh generasi ke tiga (kurun cucu), karena generasi ke dua (kurun anak) telah berakhir tahun 2000,yaitu dengan wafatnya Al Maghfurlah KH.Abd.Malik Mufti,dimana semua saudaranya telah terlebih dahulu wafat sebelum tahun 2000 M.<br />Sepeninggal Almahfurlah KH. Abdul Malik Mufti, bulan Maret Tahun 2000, terjadilah kefakuman kepemimpinan Pondok Pesantren, khususnya untuk Pondok Pesantren Putra, karena untuk Pesantren Putri masih mengikuti ketentuan periode yang lalu, sedangkan Pondok Pesantren Putra untuk sementara dipimpin oleh sekretaris umum Pesantren, yaitu K.A. Nasichun Isa Mufti sejak 1 April 2000 sampai dengan 15 Desember 2000.<br />Pada akhir Desember 2000, dibentuk Tim Formatur dari perwakilan masing – masing keluarga, untuk menentukan penanggung jawab pengelola Pondok Pesantren Putra, yang menghasilkan Struktur Pengurus Harian sebagai berikut :<br />1. KH. Mohammad Syafi’I Baidlowi ( Ketua I )<br />2. K. A. Nasichun Isa Mufti ( Ketua II )<br />3. K. Ma’mun Abdul Malik ( ketau III )<br />Ketiga personil ini diberi tugas untuk mengelola Pondok Pesantren Putra, sampai dengan terbentuknya Kepengurusan baru “ Yayasan Pendidikan Pesantren “, maksimal dua tahun ke depan.<br />Awal Oktober 2000, terbentuklah kepengurusan Yayasan yang baru, dengan Ketua : K. Hisyam Ma’sum. Dan dari hasil pertemuan seluruh Organ Yayasan pada tanggal 4 Desember 2002 maka telah ditentukan penanggung jawab untuk masing – masing lembaga dibawah naungan Yayasan Pendidikan Pesantren Ma’hadut Tholabah sebagai berikut :<br />1. Penanggung jawab Pondok Pesantren Putra : KH. Mohammad S. Baidlowi<br />2. Penanggung jawab Pondok Pesantren Putri : K.A. Nasichun Isa Mufti<br />3. Penanggung jawab Madrasah Diniyah Putra : KH. Chafidz Isa Mufti<br />4. Penanggung jawab Madrasah Diniyah Putri : K. Mufti Abdul Malik<br />5. Penanggung jawab Madrasah Ibtidaiyah (MI) : Fachruri Rofi’i S.Pdi<br />6. Penanggung jawab Madrasah Tsanawiyah (MTs.M) : Drs. Fatkhuroji M.Si.<br />7. Penanggung jawab Madrasah Aliyah (MAM) : Baihaqi HR S.Pdi</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : <a href="https://forsamba.wordpress.com/2011/07/21/ppm/" target="_blank">forsamba.wordpress.com</a></div>
<br /></div>
GEMA SUARA PESANTRENhttp://www.blogger.com/profile/16617370781707429790noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556359350544836190.post-52848023160538578602018-02-14T21:36:00.002+07:002018-02-14T21:36:14.709+07:00Biografi KH. Abdul Karim (1856-1954) Pendiri Pesantren Lirboyo<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-EZq8aYfkaJo/WoRIM05Z3sI/AAAAAAAAA1c/HW9jq-26ISoAv-_rXqldFM5QhYr-ICTSQCLcBGAs/s1600/ada.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="247" data-original-width="204" src="https://2.bp.blogspot.com/-EZq8aYfkaJo/WoRIM05Z3sI/AAAAAAAAA1c/HW9jq-26ISoAv-_rXqldFM5QhYr-ICTSQCLcBGAs/s1600/ada.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: large;">KH. ABDUL KARIM (1856-1954)<br />PENDIRI PESANTREN LIRBOYO</span></span></b><br /><br /><span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Penampilan kiai pendiri dan sekaligus perintis pesantren Lirboyo ini, memang tidak mengesankan seorang kiai besar. Kiai satu ini cukup tawadu` dan sederhana. Tak salah, kesan yang tertangkap adalah seperti orang biasa, bukan seorang kiai yang alim. Hanya orang-orang tertentu saja yang tahu. Karena itu, pernah seorang santri baru yang datang ke pesantren mau mondok dan sempat kecele.<br /><br />Alkisah, suatu hari ada seorang santri yang datang ke pesantren Lirboyo mau berguru kepada KH. Abdul Karim. Saat turun dari kendaraan, tepatnya di lingkungan pesantren dan menemui KH Abdul Karim --yang lantaran tidak berpenampilan layaknya seorang kiai--<br /><br />dengan tanpa sungkan, santri itu meminta bantuan untuk membawakan kopernya ke kamar. Anehnya, sang kiai tak keberatan, justru diam saja dan langusng mengangkat barang bawaan santri tersebut.<br />Saat santri itu memasuki pesantren diiringi sang kiai membawa koper miliknya, tak sedikit santri Lirboyo yang kaget. Bahkan ada yang lari karena ketakutan. Anehnya, kekagetan dan ketakutan santri-santri itu tak membuat santri baru tersebut tanggap, malah biasa-biasa saja. Cuek. Selang beberapa hari kemudian santri itu baru tahu saat ikut shalat berjama`ah setelah melihat bahwa orang yang membawakan kopernya kemarin itu menjadi iman, yang tak lain adalah KH. Abdul Karim. Kontan, santri anyar itu tersentak kaget. Beberapa hari kemudian, entah tak kuat menahan atau menanggung malu, santri itu pulang kampung, tidak pamit.<br /><br />Sepenggal kisah di atas baru satu bentuk kerendahan hati KH. Abdul Karim. Sebab, kiai satu ini juga dikenal amat sabar, jauh dari sifat marah, santun dalam bertutur dan jika menasehati orang lain lebih pada bentuk “tindakan” daripada kata-kata. Lebih dari itu, kiai satu ini berasal dari keluarga biasa yang berjuang dan tekun belajar hingga akhirnya bisa jadi kiai yang alim.<br /><br />Anak Seorang Petani Biasa<br />Adalah Manab, nama kecil KH. Abdul Karim. Lahir sekitar tahun 1856, di Dukuh Banar, desa Diangan, Kawedanan Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah. Ia merupakan putra ketiga dari pasangan Abdur Rahim-Salamah. Selain sebagai seorang petani, ayah Manab juga seorang pedagang. Kehidupan keluarga Abdur Rahim sebenarnya berkecukupan, hanya setelah sang ayah meninggal dan usaha itu dilanjutkan oleh sang istri serta tak lama kemudian Salmah –ibu Manab- menikah lagi, Manab memutuskan untuk mengembara dengan tujuan menuntut ilmu, ingin meniru kedua kakaknya, yakni Aliman dan Mu`min yang lebih dulu berkelana.<br /><br />Keinginan Manab itu, nampaknya terinspirasi dari kharisma alim ulama pengikut P. Diponegoro, seperti Kiai Imam Rofi`i dari Bagelan, Kiai Hasan Bashori dari Banyumas dan lain-lain. Dia ingin mengikuti jejak mereka. Ia tidak rela jika hanya menjadi orang biasa, karena itu walau ia hanya anak seorang petani biasa, dia yakin bahwa keturunan sejati adalah keturunan sesudahnya, bukan sebelumnya. Karena bagi Manab, nasab tidaklah penting, yang penting adalah ilmu.<br /><br />Suatu hari, Aliman pulang ke Magelang. Rupanya Aliman juga bermaksud mengajak Manab yang saat itu berusia 14 tahun untuk berkelana. Dengan berbekal restu orangtua, Manab akhirnya berangkat ke Jawa Timur. Dalam perjalanan itu, kedunya sampai di Dusun Gurah Kediri, bernama Babadan. Di susun inilah, kedunya menemukan sebuah surau yang diasuh oleh seorang kiai, dan mulai nyantri untuk mempelajari ilmu-ilmu dasar, seperti ilmu amalaiyah –dengan membagi waktu sambil ikut mengetam padi, menjadi buruh warga desa saat panen tiba.<br /><br />Setelah dirasa cukup, ia meneruskan nyantri ke pesantren yang terletak di Cepoko, 20 kilometer sebelah selatan Nganjuk, dengan bekerja di pesantren itu. Di sini, Manab belajar selama 6 tahun. Lantas pindah ke pesantren Trayang, Bangsri, Kertosono. Di pesantren ini pula, konon Manab memperdalam al-Qur`an.<br /><br />Dengan berjalannya waktu, Manab kian beranjak dewasa. Ia semakin menambah ilmu dengan tekun mengaji. Seakan tak puas hanya belajar di dua pesantren, Manab pindah ke Sidoarjo, pesantren Sono --yang terkenal akan ilmu sorofnya. Di pesantren ini, ia mondok 7 tahun dan tidak lagi belajar sambil bekerja, karena seluruh kebutuhannya sudah ditanggung kakaknya. Manab sempat becerita kepada cucu tertuanya, Agus Ahmad Hafidz, “Aku bisa nyantri, karena dianggat oleh kakakku”.<br /><br />Di pesantren itu, dia memperdalam ilmu sorof. Karena dia ingin jadi spesialis ilmu gramatika Arab ini, sehingga memilih ilmu ini sebagai hobinya. Karena baginya, ilmu sorof itu bagaikan ibunya ilmu sedangkan nahwu adalah ayahnya ilmu. Dari Sono, ia lalu nyantri ke pesantren Kedungdoro dan kemudian ke Madura untuk nyantri kepada kiai Kholil bangkalan (wafat tahun 1923).<br /><br />Saat belajar ilmu di Madura, Manab banyak menimba ilmu dan tak jarang menerima berbagai ujian. Sempat Manab bekerja guna mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari bersama Abdullah Fiqih (dari Cemara, Banyuwangi) ke daerah Banguwangi dan Jember. Tapi, apa yang terjadi setelah ia bersusah payah kerja dan pulang dengan membawa hasil? Justru, hasil dari kerjanya itu diminta oleh kiai Kholil untuk makanan kambing-kambing sang kiai. Mau bagaimana lagi, Manab menyerahkannya. Rupanya, itu sebagai isyarat dari Kiai Kholil bahwa Manab ternyata tidak diijinkan bekerja. Konon, sebagai gantinya Manab disuruh memetik daun pace yang tumbuh di sekitar pondok untuk makan sehari-hari. Dari daun itu, Manab mengganjal perutnya. Konon sering makan sisa kerak nasi dari teman-temannya atau kadang ampas kelapa.<br /><br />Tetapi, semua ini tidak pernah ia keluhkan. Bertahun-tahun ia melakukan tirakat ini sehingga tak aneh jika Manab lebih dikenal sebagai santri yang betah dalam keadaaan lapar. Anehnya, semua itu bagi Manab dirasa sebagai bentuk “perjuangan” untuk mendapat sesuatu yang diharapkan kelak.<br /><br />Di pesantren ini, hampir 23 tahun Manab nyantri. Saat itu ia sudah berusia 40 tahun, sehingga sudah mencerminkan sosok yang alim dan figur Manab-pun telah menampakkan sosok sesorang kiai. Tidak salah, jika santri-santri menempatkan Manab sebagai kiai, tempat untuk bertanya, minta pendapat dan berguru. Salah satu kiai yang sempat berguru kepadanya adalah Kiai Faqih asal Patik Nganjuk.<br />Kealiman Manab tentunya bukan sesuatu yang turun begitu saja dari langit. Manab dengan tekun mengaji kitab-kitab kuning dan melakukan telaah. Meski dia kekurangan uang untuk membeli kitab, namun dia punya siasat jitu. Konon, Manab sering melakukan barter. Kitab yang sudah dia pelajari, dia tukar dengan kitab-kitab baru milik temannya. Kadang langsung dijual, lalu dari uang itu dia belikan kitab yang baru.<br /><br />Diambil Menantu Seorang Kiai<br />Setelah cukup lama, kiai Kholil merasa Manab sudah lulus. Lalu Manab pamit pulang. Namun sesampainya di Jawa Timur, dia mendengar salah satu sahabatnya kala mondok di Madura, kiai Hasyim Asy`ari telah 3 tahun membina pesantren di Tebuireng, Jombang yang membuat Manab singgah. Di pesantren ini, ternyata dia tidak sekedar singgah dan malah sempat nyantri selama 5 tahun.<br />Meskipun usia Manab ketika itu sudah mendekati setengah abad, toh dia belum juga melepas masa lajang. Tanpa diduga-duga, datang seorang kiai dari Pare kepada kiai Hasyim yang ingin mengambil menantu Manab. Tetapi, kiai Hasyim diam-diam menolak lamaran itu, karena ingin menjodohkannya dengan salah seorang putri kerabatnya, putri KH. Sholeh dari Banjarmlati, Kediri. Kiai Manab yang saat itu berusia 50 tahun akhirnya menikah dengan Khadijah yang berusia 15 tahun.<br /><br />Walau sudah menikah, Manab toh masih nyantri juga di Tebuireng. Setengah tahun kemudian, karena sebagai suami, dia akhirnya bermukim di Banjarmlati mendampingi sang istri. Satu tahun kemudian, lahir seorang putri pertama, Hannah (1909) dan Manab masih belum memiliki rumah.<br /><br />Akhirnya, KH. Sholeh berkeinginan membeli tanah di Lirboyo dan memberikannya kepada Manab. Pembelian itu tidak menemui masalah, sebab Lirboyo dikenal sarang dari keonaran sehingga lurah Lirboyo yang tak mampu lagi menentramkannya memohon bantuan KH Sholeh untuk menempatkan menantunya agar masyarakatnya yang kering akan siraman rohani bisa sadar. Akhirnya, kiai Manab pun menetap di Lirboyo.<br /><br />Dari situ, kiai Manab boleh dikatakan merintis dari awal. Bahkan, di awal-awal kiai Manab menetap di Lirboyo tidak jarang kena terror. Tujuannya agar kiai Manab tak betah. Tapi dengan ketabahan, kiai Manab justru berhasil menyadarkan penduduk. Lalu, kiai Manab memulai membangun sarana peribadatan, musholla yang 3 tahun kemudian disempurnakan menjadi masjid tahun 1913. Dengan keberadaan masjid itu keberhasilan dakwah kiai Manab kian nampak. Masjid itu tidak sekedar hanya sebagai tempat ibadah, melainkan juga sebagai sarana pendidikan dan pengajian.<br /><br />Dari situ, banyak masyarakat yang kemudian berguru, malahan ada seorang santri yang datang dari Madiun, bernama Umar. Santri pertama inilah yang kemudian menjadi cikal bakal keluarga besar pesantren Lirboyo, yang dirintis dari nol oleh kiai Manab.<br /><br />Dengan Sedekah Pergi ke Mekkah<br />Dengan tekun, rajin dan tabah, kiai Manab mengembangkan pesantren. Dalam satu dasawarsa sudah banyak kemajuan yang dicapai. Jumlah santri semakin bertambah, datang dari berbagai penjuru. Untuk itu, ia kemudian merelakan sebagian tanahnya untuk dihuni santri. Begitulah sifat kiai Manab, seorang pemimpin sejati yang mendahulukan kepentingan orang di atas kepentingan pibadi.<br /><br />Tapi belum sempurna jika kiai Manab belum menunaikan rukun Islam kelima. Itulah yang masih mengganjal dalam benaknya. Karena itu, setelah kebutuhan santri dipenuhi, dia berkeinginan untuk menunaikan ibadah haji. Awalnya, dia mau menjual tanah untuk biaya haji, tapi sebelum tanah itu terjual, kabar keberangkatan ternyata sudah tersiar. Dari kabar itulah, banyak penduduk yang ingin mengucapkan selamat dan memberikan tambahan bekal. Anehnya, dari uang pemberian itu terkumpul uang banyak dan sudah bisa digunakan pergi haji dengan tanpa harus menjual tanah. Akhirnya, kiai Manab pun bengkat ke tanah suci dan sepulang dari tanah suci itu, kiai Manab mengganti namanya menjadi Kiai Haji Abdul Karim.<br /><br />Ada satu sisi kehidupan KH. Abdul Karim yang patut diteladani, yakni suka riyadhah, mengolah jiwa (tirakat). Kebiasaan ini tak pernah ditinggalkan, sejak menuntut ilmu sampai berkeluarga dan menjadi kiai pemangku pesantren. Selain itu, sering menghidupkan shalat malam. Jarang tidur, toh jika tidur cuma sebentar. Iia habiskan malam dengan dzikir, munajat kepada Allah, membaca al-Qur`an dan menelaah kitab. Kebiasaan ini tak asing di mata santri.<br /><br />Kiai ini juga dikenal lembut. Terbukti ketika menyadarkan santri, kiai memilih jalan menasehatinya dengan tindakan dan kadang-kadang dalam bentuk tulisan yang ditempelkan di dinding pesantren. Pendek kata, kiai memilih jalan menasehati tanpa ada unsur pemaksaan. Apalagi, sampai dengan cara melukai hati.<br /><br />Tapi, hal yang sungguh luar biasa adalah bentuk tawakkal yang dipegang teguh oleh KH Abdul Karim. Pernah Belanda menyerbu ke pesantren tapi ia tetap diam dan tak gentar sedikitpun. Meski demikian, di masa penjajahan Belanda, kiai tak lantas berpangku tangan. Bahkan pada zaman penjajahan Jepang (1942-1945), ia bersama para ulama sempat dipanggil ke Jakarta. Tujuan Jepang saat itu adalah untuk membentuk Shumubu, Jawatan Agama Pusat yang kemudian diketuai oleh KH. Hasyim Asy`ari dan Shumubu (JA Daerah).<br /><br />Kiai yang lahir di Magelang ini juga ikut menggembleng dan memberikan doa restu kepada barisan Sabilillah dan Hizbullah. Di samping itu, ia mengirimkan para santrinya untuk ikut bertempur di Medan laga, dua kali ke Surabaya dengan jumlah santri mencapai 97 dan 74 orang, dan sekali ke Sidoarjo dengan jumlah pasukan 309 santri. Juga sempat terlibat dalam pelucutan senjata tentara Jepang di Kediri. Jadi, sang kiai terlibat dalam mempertahankan kemerdekaan negeri ini.<br /><br />Masa-masa Akhir<br />Sekitar tahun 50-an, usia sang kiai sudah mendekati satu abab. Tetapi, usia itu tidak menghalangi niatnya untuk menunaikan ibadah haji, menyertai ibu nyai. Tahun 1952, berkat bantuan biaya dari haji Khozin, seorang dermawan asal Madiun yang waktu itu juga hendak menunaikan ibadah haji, kiai ingin menunaikan ibadah haji kembali. Tetapi tatkala tiba di Surabaya, kondisinya tampak payah, sehingga tim dokter meragukan kesehatan kiai untuk dapat menunaikan ibadah haji.<br /><br />Tapi, karena niat itu sudah bulat, maka kiai melakukan berbagai cara. Atas bantuan KH. Wahid Hasyim akhirnya ia bisa berangkat dari Jakarta. Seusai ibadah haji kedua, KH Abdul Karim mulai menunjukkan tanda kurang sehat. Beberapa waktu, sempat sakit-sakitan. Akan tetapi yang cukup menyedihkan adalah kesehatan itu kian turun drastis sehingga saraf sebelah kaki tak lagi berfungsi, mengakibatkan ia lumpuh.<br /><br />Sebenarnya kelumpuhan itu sempat diderita cukup lama, hampir satu setengah tahun. Sampai akhirnya saat memasuki bulan Ramdhan 1374, seminggu kemudian sakit KH. Abdul Karim semakin kritis, sehingga tidak mampu lagi memberikan pengajian dan menjadi imam jama`ah dalam shalat. Tepat, pada hari senin ketiga di bulan suci Ramadhan tahun itu, atau tepatnya tanggal 21 Ramdhan 1374 H, sekitar pukul 13.30 KH. Abdul Karim dipanggil Yang Kuasa. Suasana sedih tentu melingkari keluarga pesantren Lirboyo. Sebab, pendiri pesantren yang selama itu diagungkan telah tiada. Pada sisi yang lain, juga meninggalkan jejak bangunan pesantren yang perlu untuk diteruskan.<br /><br />Itulah kisah panjang dan perjuangan pendiri sejati, yang telah memulai segala sesuatu dari nol hingga mampu meletakkan tonggak sejarah pesantren Lirboyo dengan melahirkan nasab yang sekarang meneruskan estafet perjuangan dalam menambah deretan pesantren di tanah air ini. Semoga kita bisa meneladani kehidupan dan perjuangan yang telah ditanamkan dalam memberikan sumbangan kepada santri. (n. mursidi/ diolah dari buku 3 Tokoh Lirboyo)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Sumber : <a href="http://biografiulama-nu.blogspot.co.id/2016/10/biografi-kh-abdul-karim-lirboyo-kediri.html" target="_blank">Biografi Ulama</a> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Editor : <a href="http://fb.me/el.romly" target="_blank">Asror eL-Romly</a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br /></span></div>
</div>
GEMA SUARA PESANTRENhttp://www.blogger.com/profile/16617370781707429790noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556359350544836190.post-42027989769632835632018-02-12T07:58:00.002+07:002018-02-12T07:58:46.660+07:00Kisah KH Abdul Karim Lirboyo Jadi Kuli Santri Barunya<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-4ENmPMEpC3I/WoDjfT4qVrI/AAAAAAAAA1E/_bZOQzvVfXM7LjKI_xtznGeIAk8L9PPnQCLcBGAs/s1600/as.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="538" data-original-width="818" height="420" src="https://1.bp.blogspot.com/-4ENmPMEpC3I/WoDjfT4qVrI/AAAAAAAAA1E/_bZOQzvVfXM7LjKI_xtznGeIAk8L9PPnQCLcBGAs/s640/as.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /><span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Assalamu 'Alalaikum Warahmatullahi Wabarakatuh</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Selamat pagi salam sejahtera untuk kita semua para pembaca yang selalu dirahmati oleh Allah SWT. Dalam postingan ini, Admin akan menceritakan kisah KH. Abdul Karim Lirboyo jadi kuli santri barunya. Selamat Membaca!!!</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Alkisah, Ketika krisis keteladanan melanda generasi suatu bangsa maka menjadi begitu penting membaca dan mengenang kembali para tokoh yang dahulu dikenal memiliki karakter, akhlak, dan kepribadian yang terpuji nan luhur serta patut diteladani generasi sesudahnya. Di antara tokoh dimaksud yang memiliki sejarah hidup mulia dan perlu dikenalkan kepada generasi muda adalah akhlaknya para kiai, di samping tokoh-tokoh pahlawan bangsa.<br /><br />Pada suatu hari (diperkirakan tahun 1920-an) datanglah seorang pemuda yang baru turun dari dokar di dekat area pondok. Dia membawa perbekalan lumayan banyak dari rumah, sehingga merasa berat untuk dibawanya sendiri. Kemudian pemuda calon santri baru itu melihat ada orang tua yang sedang berkebun. Versi lain mengatakan sedang memperbaiki pagar tembok. Melihat didekatnya ada orang tua, pemuda itu bertanya dengan bahasa Jawa halus: <br /><br />"Pak, anu, kulo saumpomo nyuwun tulong kaleh njenengan, nopo nggeh purun? (Begini, Pak, seumpama saya minta tolong anda, apa berkenan)?” Tanya pemuda itu.<br /><br />"Nggeh, nopo!" Jawab orang tua di kebun itu.<br /><br />"Niki kulo mbeto kelopo, beto beras, kulo bade mondok teng kilen niko. Tulong jenengan beta'aken (Ini saya membawa kelapa dan beras. Saya mau mondok di barat itu. Tolong anda bawakan),” pinta pemuda tersebut.<br /><br />"Oh, nggeh mas, kulo purun (Ya mas, saya mau),” balas orang tua.<br /><br />Lalu dengan senang hati orang tua itu membantu membawakan bekal berupa beras dan kelapa milik pemuda tadi sampai di kompleks kamar santri. Para santri lama yang menyaksikan peristiwa itu terheran-heran: kiainya mengangkatkan barang milik calon santri barunya.<br /><br />Akhirnya betapa malunya pemuda santri baru tersebut setelah mengetahui ternyata orang yang kemarin dia perintah membantu membawakan barang perbekalannya itulah yang menjadi imam shalat di masjid. Ternyata orang yang mengimami shalat tersebut adalah kiai pengasuh pesantren. Karena kesederhanaan penampilannya, sang pengasuh pesantren disangka orang desa atau petani kampung yang sedang bekerja.<br /><br />Orang yang membantu mengangkatkan barang pemuda calon santri di atas adalah KH. Abdul Karim, pendiri dan pengasuh pertama Pondok Pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur. (M Haromain) <br /><br />Fragmen kisah ini disarikan dari arsip wawancara dengan para alumni Pesantren Lirboyo oleh tim penyusun buku Sejarah Pesantren Lirboyo (2010); Lebih khususnya narasumber cerita ini adalah KH Ahmadi, Ngadiluweh dan almaghfurlah KH. A. Idris Marzuki. <br /><br />Kisah KH Abdul Karim Lirboyo Jadi Kuli Santri Barunya<br />Ketika krisis keteladanan melanda generasi suatu bangsa maka menjadi begitu penting membaca dan mengenang kembali para tokoh yang dahulu dikenal memiliki karakter, akhlak, dan kepribadian yang terpuji nan luhur serta patut diteladani generasi sesudahnya. Di antara tokoh dimaksud yang memiliki sejarah hidup mulia dan perlu dikenalkan kepada generasi muda adalah akhlaknya para kiai, di samping tokoh-tokoh pahlawan bangsa.<br /><br />Pada suatu hari (diperkirakan tahun 1920-an) datanglah seorang pemuda yang baru turun dari dokar di dekat area pondok. Dia membawa perbekalan lumayan banyak dari rumah, sehingga merasa berat untuk dibawanya sendiri. Kemudian pemuda calon santri baru itu melihat ada orang tua yang sedang berkebun. Versi lain mengatakan sedang memperbaiki pagar tembok. Melihat didekatnya ada orang tua, pemuda itu bertanya dengan bahasa Jawa halus: <br /><br />"Pak, anu, kulo saumpomo nyuwun tulong kaleh njenengan, nopo nggeh purun? (Begini, Pak, seumpama saya minta tolong anda, apa berkenan)?” Tanya pemuda itu.<br /><br />"Nggeh, nopo!" Jawab orang tua di kebun itu.<br /><br />"Niki kulo mbeto kelopo, beto beras, kulo bade mondok teng kilen niko. Tulong jenengan beta'aken (Ini saya membawa kelapa dan beras. Saya mau mondok di barat itu. Tolong anda bawakan),” pinta pemuda tersebut.<br /><br />"Oh, nggeh mas, kulo purun (Ya mas, saya mau),” balas orang tua.<br /><br />Lalu dengan senang hati orang tua itu membantu membawakan bekal berupa beras dan kelapa milik pemuda tadi sampai di kompleks kamar santri. Para santri lama yang menyaksikan peristiwa itu terheran-heran: kiainya mengangkatkan barang milik calon santri barunya.<br /><br />Akhirnya betapa malunya pemuda santri baru tersebut setelah mengetahui ternyata orang yang kemarin dia perintah membantu membawakan barang perbekalannya itulah yang menjadi imam shalat di masjid. Ternyata orang yang mengimami shalat tersebut adalah kiai pengasuh pesantren. Karena kesederhanaan penampilannya, sang pengasuh pesantren disangka orang desa atau petani kampung yang sedang bekerja.<br /><br />Orang yang membantu mengangkatkan barang pemuda calon santri di atas adalah KH. Abdul Karim, pendiri dan pengasuh pertama Pondok Pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur. (M Haromain) <br /><br />Fragmen kisah ini disarikan dari arsip wawancara dengan para alumni Pesantren Lirboyo oleh tim penyusun buku Sejarah Pesantren Lirboyo (2010); Lebih khususnya narasumber cerita ini adalah KH Ahmadi, Ngadiluweh dan almaghfurlah KH. A. Idris Marzuki.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Terimakasih kami ucapkan kepada para pembaca yang budiman, semoga bermanfaat, Aamiin</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : <a href="http://www.nu.or.id/post/read/66883/kisah-kh-abdul-karim-lirboyo-jadi-kuli-santri-barunya" target="_blank">www.nu.or.id</a></div>
<div style="text-align: justify;">
Editor : <a href="http://fb.me/el.romly" target="_blank">Buya Gembel</a></div>
</div>
GEMA SUARA PESANTRENhttp://www.blogger.com/profile/16617370781707429790noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556359350544836190.post-78358544997673531522017-02-02T13:02:00.001+07:002017-02-02T13:02:18.873+07:00Cara Mendapatkan Pulsa Gratis di Cash tree untuk Pengguna Android<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-Gbj-KBryM7E/WJE9Jtd3LNI/AAAAAAAAAyQ/juhwbxUNr28DCymE7QrjRzqopYzPiptRwCLcB/s1600/unnamed.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="210" src="https://4.bp.blogspot.com/-Gbj-KBryM7E/WJE9Jtd3LNI/AAAAAAAAAyQ/juhwbxUNr28DCymE7QrjRzqopYzPiptRwCLcB/s400/unnamed.png" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Cashtree adalah aplikasi pulsa gratis yang membagi bagikan pulsa secara gratis melalui android, dengan pulsa yang bisa didapatkannya bisa untuk semua operator provider di tanah air sehingga bisa memberikan peluang kepada siapa saja yang ingin mendapatkan pulsa gratis secara cepat dan gampang.<br />
<br />
Banyak peluang untuk cara mendapatkan pulsa gratis di cashtree ini, tergantung dari kegiatan kita menjalankan apk cashtree ini.<br />
<br />
Lebih lanjutnya, agar bisa lebih maksimal ada beberapa istilah dalam apps cashtree dalam menjalankannya.<br />
<br />
Istilah istilah ini akan memberikan gambaran bagi siapa saja yang ingin menjelajahi semua fitur dalam cashtree yang akhirnya bisa membuat strategi atau triks tersendiri dalam mendapatkan pulsa gratisnya di aplikasi android cashtree.<br />
Di sini akan di kupas semua istilah atau semua yang berkaitan dengan nama nama dalam aplikasi cashtree [tanpa mengurangi sedikitpun penafsiran dan maksud lain].<br />
<br />
Istilah di cashtree aplikasi android pulsa gratis<br />
Ada beberapa yang perlu diketahui oleh kamu para cashtrian atau yang baru mengenal aplikasi cashtree ini. Yang dimakud dalam uraian di bawah ini adalah hal hal mengenai penggunaan, penamaan dan semua fitur yang ada berdasarkan penafsiran kita.<br />
<span style="font-size: large;"><b><br />1. Aplikasi cashtree</b></span><br />
Aplikasi android yang mengajak kepada penggunanya untuk bekerjasama dengan imbalan pulsa gratis ke semua operator di tanah air dan bisa di download secara gratis baik install lewat link refferal atau yang lainnya (google play store).</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img border="0" height="317" src="https://1.bp.blogspot.com/-mZ2SXpg5Cj8/WJE_dK3P8lI/AAAAAAAAAys/_I61CtLREY07dDelrWL9es332nG5RDPAgCLcB/s320/Google%2BPlaystore%2B.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="320" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: large;"><b>2. Cashtrian</b></span><br />
Sebutan bagi para pengguna cashtree sebagaimana pada fans page nya cashtree adalah cashtrian. Jadi bila dalam tulisan tulisan pada blog ini kamu menemukan kata cashtrian itu artinya sasarannya adalah pengguna aplikasi cashtree.<br />
<br />
<b><span style="font-size: large;">3. Pulsa Gratis</span></b><br />
Pulsa Gratis dalam cashtree merupakan imbalan untuk setiap aksi yang dilakukan cashtrian dalam menggunakan aplikasi cashtree (baik melalui install apps cashtree lewat link refferal, ikut serta dalam event, download game atau dari 10% pendapatan teman yang di invite).<br />
<br />
<span style="font-size: large;"><b>4. Event</b></span><br />
Event merupakan istilah dalam cashtree sebagai ajang kompetisi bagi cashtrian tentang suatu topik. Event ini ada juga yang setiap saat terus berjalan setiap harinya untuk para cashtrian seperti even invite friend, event weekly mission, event flash cash. Jadi, kalau di bedakan berdasarkan waktunya, ada event yang diadakan setiap saat atau ada juga yang diselenggarakan pada waktu tertentu </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-RcnA1ngLE50/WJE98pcMVyI/AAAAAAAAAyc/6f9QCtatxCIqmiAzXZxxIIkFnMtu-HlZgCLcB/s1600/2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://2.bp.blogspot.com/-RcnA1ngLE50/WJE98pcMVyI/AAAAAAAAAyc/6f9QCtatxCIqmiAzXZxxIIkFnMtu-HlZgCLcB/s400/2.jpg" width="240" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>5. Refferal link</b></span><br />
Setiap cashtrian memiliki link refferal untuk identitas sebagai link promosi bahan invite friend. dengan adanya refferal link ini akan memudahkan kita untuk mendapatkan teman baru yang ingin memasang aplikasi cashtree dan untuk mendapatkan imbalan prosentase 10% nantinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>6. Download Aplikasi</b></span><br />
Download aplikasi mengarah kepada pemasangan aplikasi cashtree untuk android kamu. bisa kamu dapatkan link downloadnya dari link refferal atau langsung di google play store.<br />
<br />
<span style="font-size: large;"><b>7. Kunjungi situs</b></span><br />
Setelah aplikasi terpasang dalam hp android kamu, akan ada tampilan untuk membuka kunci dan anjuran mengunjungi situs (bergambar kaca pembesar). Istilah ini akan kamu dapati juga saat kamu membuka aplikasi cashtree, dari sederetan informasi yang ditampilan di headline nya ada kalimat kunjungi, ini yang di maksud kunjungi situs, dengan imbalan pulsa yang didapatkan sudah tertera di sampingnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b><br />8. Invite friend</b></span><br />
Pulsa gratis yang didapatkan di cashtree salah satunya dari invite friend. jadi, ada istilah yang digunakan untuk mengajak teman dengan sebutan invite friend. tengok artikel ini cara mendapatkan cash dari cashtree event invite friend</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: large;"><b>9. Event weekly invite friend</b></span><br />
Event yang menjadi persaingan antara cashtrian adalah dengan berkompetisi di Event weekly invite friend. Event ini merupakan ajang kompetisi yang diadakan cashtree dengan rentan waktunya setiap minggu terus menerus (sampai saat ini). event ini memang memberi imbalan tidak begitu besar, tetapi akan menjadi aset atau bisa dikatakan menjadi sumber penghasilan pulsa untuk all operator secara tidak terasa, ini karena kita mendapatkan 10% dari pendapatan teman yang di invite tadi.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>10. Beli pulsa</b></span><br />
Beli pulsa bakal kamu temukan di menu cash pada apk cashtree, sebagai menu untuk menukarkan cash yang didapatkan di cahtree dengan pulsa yang kamu inginkan, tinggal pilih nominal an sesuaikan dengan pendapatan pulsa yang ada. Jadi intinya ini sebagai alat untuk menukarkan cash ke pulsa. dengan proses yang tidak lama maka akan masuk langsung ke pulsa operator kamu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-q83SImDyVb4/WJE9gAmYE-I/AAAAAAAAAyU/ENc5JmNouvwHNmDaoNw01Ul5cLHBaBQfwCEw/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://4.bp.blogspot.com/-q83SImDyVb4/WJE9gAmYE-I/AAAAAAAAAyU/ENc5JmNouvwHNmDaoNw01Ul5cLHBaBQfwCEw/s400/1.jpg" width="240" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b><br />11. Nomor hp</b></span><br />
Nomor HP sudah jelas kita tahu, bahwa ini merupakan identitas utama dalam menggunakan apk cashtree, karena pada tahap awal untuk bisa menjalankan aplikasi ini harus melalui verifikasi melalui nomor hp yang digunakan hp android kita.<br />
<br />
Itulah Kurang lebihnya mengenai istilah atau sebutan dalam menggunakan aplikasi cashtree serta sepintas hubungannya dengan cara mendapatkan pulsa gratis atau mengetahui besarnya pulsa yang diberikan.<br />
<br />
Semoga artikel Kenali istilah di cashtree sebelum dapatkan pulsa gratisnya ini bisa bermanfaat bagi kamu sekalian, selamat mengumpulkan pulsa gratis di cashtree.<br />
<br />
Untuk kamu yang belum punya apps cashtree dan ingin dapatkan langsung pulsa Rp. 1000,- pasang sekarang juga dan di sarankan melalui link <span style="font-size: large;"><b><a href="https://play.google.com/store/apps/details?id=com.vitiglobal.cashtree&referrer=utm_source%3Dcashtree%26utm_medium%3Dinvite%26i%3D50cd6b" target="_blank">https://invite.cashtree.id/50cd6b</a></b></span></div>
</div>
GEMA SUARA PESANTRENhttp://www.blogger.com/profile/16617370781707429790noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8556359350544836190.post-45062725141157011982016-11-14T15:59:00.000+07:002016-11-14T15:59:35.152+07:00 Cara Instal Printer Canon IP 2770/2700 di PC <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-gjpIJCMswoE/WCl6_KLccJI/AAAAAAAAAws/RMvXt5E8dJ4FXih7acLP8J3wSJ8rHhPlACLcB/s1600/Canon%2Bip2770%2BDrivers%2BDownload.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="257" src="https://4.bp.blogspot.com/-gjpIJCMswoE/WCl6_KLccJI/AAAAAAAAAws/RMvXt5E8dJ4FXih7acLP8J3wSJ8rHhPlACLcB/s320/Canon%2Bip2770%2BDrivers%2BDownload.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Canon PIXMA iP2770 Drivers - Berbeda dari series sebelumnya yaitu Canon PIXMA iP1880 dan Canon PIXMA iP19980 yang dapat langsung digunakan pada windows 7 tanpa memerlukan install driver, namun pada Canon iP2770/2702/2700 ini memang memerlukan drivers pada semua os windows.<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Saya akan share cara mengenai install printer tanpa kita menggunakan DVD Room. bagi pengguna PC sekarang pihak Canon memberi kemudahan yaitu kita dapat menginstall driver tersebut tanpa harus memiliki DVD master. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Berikut cara install printer Canon Ip 2770 yang sudah saya coba dan berhasil:<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
- Silahkan anda terlebih dahulu download driver Printer Canon IP 2770/2700 <a href="http://drivercanon.net/canon-pixma-ip2700-driver/" target="_blank"><span style="font-size: large;"><b>DISINI</b></span></a> atau searching saja di Google banyak yang menyediakannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
- Setelah driver sudah di download kemudian USB printer pasangkan ke USB notebook anda lalu printer dihidupkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
- Setelah tu baru buka driver Canon IP 2770 yang sudah anda download tadi, tunggu proses penginstallan sampai selesai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-j8hQQmRVtUE/WCl6cbcDf6I/AAAAAAAAAwo/SmMX5yvJh_Y1ieuop-Fq4oDpAuzA80d2ACLcB/s1600/printer.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://3.bp.blogspot.com/-j8hQQmRVtUE/WCl6cbcDf6I/AAAAAAAAAwo/SmMX5yvJh_Y1ieuop-Fq4oDpAuzA80d2ACLcB/s1600/printer.png" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk mengecek berhasil atau tidaknya silahkan anda buka file Microsoft Word anda lalu tekan tombol CTRL + P, maka di Printer Name secara default muncul jenis printer Canon IP 2770. <br />Selamat mencoba dan semoga bermanfaat.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : Acong Is Death di Kedai 26 </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /><br /><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
GEMA SUARA PESANTRENhttp://www.blogger.com/profile/16617370781707429790noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556359350544836190.post-9025912153306228512016-11-11T08:24:00.002+07:002016-11-11T08:24:49.655+07:00Mengenang 10 November 1945 Sebagai Hari Pahlawan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-MAcglLEEKf8/WCUZZY57LwI/AAAAAAAAAwU/Mi1KbILBXWQwfOcAtkraQxUGzrntdprdwCLcB/s1600/Pahlawan-e1478707278115.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://2.bp.blogspot.com/-MAcglLEEKf8/WCUZZY57LwI/AAAAAAAAAwU/Mi1KbILBXWQwfOcAtkraQxUGzrntdprdwCLcB/s1600/Pahlawan-e1478707278115.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari pahlawan 10 November 1945 merupakan catatan kunci sejarah Nasional yang pada masa itu, terjadi peperangan hebat yang banyak memakan korban jiwa demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.<br />
<br />
Tepat hari Kamis 10 November 2016, merupakan hari Pahlawan ke-71. Dimana setiap tahunnya, Indonesia memperingatinya upacara hari pahlawan, menyanyikan lagu hening cipta dan mendoakan para pahlawan yang terlebih dahulu menghadap kepada sang pencipta.<br />
<br />
Dikutip dari situs omediapc.com, pada masa itu di Kota Surabaya, Jawa Timur, terjadi pertempuran besar setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan 17 Agustus 1945. Peperangan pertama ini terjadi setelah Republik berdiri secara berdaulat.<br />
<br />
Perang dikota Surabaya 10 November 1945 adalah pertempuran terbesar antara “Hidup atau Mati”. Inilah sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol perjuangan pahlawan Indonesia terhadap aksi kolonialisme.<br />
<br />
Tepat 31 Agustus 1945, pemerintah mengeluarkan maklumat yang menetapkan mulai 1 September 1945 bendera Merah Putih harus dikibarkan di seluruh wilayah Indonesia. Aksi pengibaran bendera sang saka merah putih pun sampai keseluruh pelosok di kota Surabaya.<br />
<br />
Aksi heroik pengibaran bendera di Surabaya terjadi saat pejuang beraksi melakukan perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato atau Hotel Oranye pada zaman kolonial, dan menggantinya dengan Merah Putih, peristiwa ini banyak diabadikan dalam buku-buku sejarah Nasional.<br />
Kini hotel Yamato ini telah berganti nama menjadi Hotel Majapahit Surabaya. Saat itu Belanda yang masih di Surabaya di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch. Ploegman.<br />
<br />
<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/FgEnQalc6V8" width="560"></iframe><br />
<br />
Memasuki tanggal 18 September 1945, Belanda mengibarkan bendera tanpa izin Pemerintah RI yang sudah berdaulat.<br />
Bendera belanda saat itu pun dikibarkan pada tiang paling tinggi di Hotel Yamato. Keesokan harinya, para pemuda Surabaya yang menyaksikan bendera Belanda berkibar di Hotel Yamato menjadi marah karena Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia.<br />
<br />
Soedirman yang saat itu berperan sebagai perwakilan RI masuk untuk berunding dengan Mr. Ploegman meminta agar bendera Belanda segera diturunkan dari gedung Hotel Yamato. Dalam perundingan ini Ploegman menolak untuk memenuhi tuntutan para pejuang arek-arek Surabaya.<br />
<br />
Puncak dari perundingan yang tidak menemukan titik temu, Ploegman mengeluarkan pistol dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan. Ploegman tewas setelah mengacungkan pistol dan satu dari pendamping Sudirman pun tewas dalam kericuhan tersebut.<br />
<br />
Setelah mendengar letusan senjata, pemuda-pemuda yang menunggu diluar gedung lalu memasuki hotel Yamoto, sebagian dari mereka naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda. Hariyono yang semula bersama Soedirman kembali ke dalam hotel.<br />
<br />
Didalam hotel terlibat dalam pemanjatan tiang bendera bersama Koesno Wibowo untuk menurunkan bendera Belanda (merah, putih, biru), merobek bagian warna birunya, dan mengibarkannya sebagai bendera merah putih dipuncak tiang.<br />
<br />
Setelah kejadian di Hotel Yamato, pada tanggal 27 Oktober 1945 mulai terjadi pertempuran pertama antara Indonesia melawan tentara Inggris dalam skala kecil. Bentrokan tersebut makin hari mulai memanas berubah menjadi serangan umum yang banyak memakan korban jiwa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-8saIaMxgf-o/WCUaA4DhWwI/AAAAAAAAAwY/n6blSWSZen0K1ZbiILQzgBFsgT3fxsMsgCLcB/s1600/Bung%2BTomo%2BPertempuran%2B10%2BNovember%2BSurabaya.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="221" src="https://1.bp.blogspot.com/-8saIaMxgf-o/WCUaA4DhWwI/AAAAAAAAAwY/n6blSWSZen0K1ZbiILQzgBFsgT3fxsMsgCLcB/s400/Bung%2BTomo%2BPertempuran%2B10%2BNovember%2BSurabaya.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Hingga akhirnya Jenderal D.C. Hawthorn meminta bantuan Presiden Sukarno untuk meredakan situasi. Puncak pertempuran Pejuang Indonesia melawan Ingris berawal ketika Jendral Mallaby terbunuh saat sedang mengendarai mobil truk yang melewati jembatan merah.<br />
<br />
Saat itu pula para pejuang Indonesia berada dijembatan tersebut, insiden pun tak terelakan. Jendral Mallaby tertembak dan meninggal dunia. Pihak kerajaan Inggris tidak terima perbuatan yang dilakukan oleh pihak Indonesia atas meninggalnya Jendral Mallaby.<br />
<br />
Mereka kemudian memberi ultimatum 10 November 1945 kepada pejuang Indonesia untuk menyerahkan seluruh senjata dibawah pimpinan mereka yang baru, Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh.<br />
<br />
Pada tanggal 10 November 1945, tentara Inggris mulai beraksi (Ricklef) dipelosok kota Surabaya. Perisitiwa pemaksaan terhadap rakyat Surabaya ini diselingi pertempuran yang merupakan perlawanan arek-arek Surabaya.<br />
<br />
Akibat dari kejadian itu, sekitar 6 ribu orang tewas dalam waktu tiga hari. Tentara Inggris sempat berhasil menguasai kota Surabaya. Peristiwa berdarah Hari Pahlawan 10 november 1945 tidak menyurutkan semangat pejuang Indonesia dalam menghadapai kaum penjajah.<br />
<br />
Hingga Petikan “Merdeka atau Mati” keluar menjadi slogan pejuang dalam membangun semangat yang sangat fenomenal. Selain itu banyak muncul gerakan mempertahankan kemerdekan dipelosok tanah air, kemudian dapat direbut kembali kemerdekaan itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Editor : Mohamad Asror M.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : <a href="http://beritajeneponto.com/5981/mengenang-sejarah-hari-pahlawan-10-november-1945" target="_blank">www.beritajeneponto.com</a></div>
</div>
GEMA SUARA PESANTRENhttp://www.blogger.com/profile/16617370781707429790noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556359350544836190.post-46602806063653485612016-11-04T13:26:00.002+07:002016-11-04T13:47:41.515+07:00Khutbah : Dua Hal Prinsip yang harus dimengerti dan direnungkan oleh Setiap Muslim yang Mu’min<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div dir="rtl" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-uVeA-yDlNpI/WBwpy_mPyRI/AAAAAAAAAwE/m7muiirMRLIUdYE_jwT8MuIFmHp43sqdACLcB/s1600/maxresdefaultaaa.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="225" src="https://4.bp.blogspot.com/-uVeA-yDlNpI/WBwpy_mPyRI/AAAAAAAAAwE/m7muiirMRLIUdYE_jwT8MuIFmHp43sqdACLcB/s400/maxresdefaultaaa.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-large;">السّلام عليكم ورحمة الله وبركاته</span></div>
<span style="font-size: x-large;">اَلْحَمْدُلِلهِ الْقَائِلِ. اَلَّذِيْنَ امَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِاللهِ اَلَابِذِكْرِاللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ. وَاَشْهَدُ اَنْ لَااِلهَ اِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ لَانَعْبُدُ اِلَّا اِيَّاهُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلَهُ مِصْبَاحُ الْهِدَايَةِ وَعَلَمُ الْعَدَالَةْ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ شَجَرَةِ الْاَصْلِ النُّوْرَانِيَّةِ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ : فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَاتَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ</span>.</div>
<br /><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Hadirin Jama’ah Sholat jum’at yang berbahagia,<br />Marilah kita bersama-sama meningkatkan syukur kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintahnya dan meninggalkan segala larangannya.<br />Pada kesempatan khutbah jum’at kali ini, Al-Khotib akan menyampaikan dua hal prinsip yang harus dimengerti dan direnungkan oleh setiap muslim yang mu’min.karena dua hal ini adalah penyebab kehinaan islam dan umat islam<br />1. Memilih pelindung dan pemimpin dari orang yang selain islam, padahal Allah SWT sudah jelas-jeklas melarang seperti termaktub dalam surat An-Nisa 144 :<br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-size: x-large;">يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا لَاتَتَّخِذُوْا الْكَافِرِيْنَ اَوْلِيَاءَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَ اَتُرِيْدُوْنَ اَنْ تَجْعَلُوْا لِلهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُبِيْنًا</span>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-size: x-large;">(النساء : ١٤٤)</span><br />Artinya : <i>“Hai Orang-orang yang beriman, Janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi pelindung atau pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin, Apakah kamu ingin supaya Allah membuat alasan yang jelas untuk mengazab/menyiksa kamu.”</i><br /><br />Diawal ayat ini ada huruf nida (panggilan) sedangkan munadanya (orang yang dipanggil) adalah kita orang mukmin, setelah itu ada laa nahiyah (laa yang mempunyai arti janganlah) berarti laa tersebut menunjukan larangan sedangkan isi larangan itu adalah menjadikan orang kafir sebagai penguasa atau pemimpin.sehingga kalau orang islam menjadikan pemimipin dari orang yang bukan islam berarti dia Menantang Akan Sisksa Dan azab dari alloh SWT.<br /><br />2. Keadaan umat islam yang menghinakan islam itu sendiri,seperti Komentar sahabat Ali Karomallahu Wajhah :</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: x-large;">اِعْلَمُوْا رَحِمَكُمُ اللهُ اِنَّكُمْ فِى زَمَانٍ.</span></div>
<div>
Artinya : <i>“Ketahuilah olehmu, mudah-mudahan rahmat Allah atas kamu semua. Sesungguhnya kamu ini telah sampai pada suatu masa.”</i><br /><span style="font-size: x-large;">اَلْقَائِلُ فِيْهِ بِالْحَقِّ قَلِيْلٌ</span> Sangat kecil jumlahnya orang yang berani mengatakan benar<br /><span style="font-size: x-large;">وَاللِّسَانُ عَنِ الصِّدْقِ كَلِيْلٌ</span> Dan kalau berkata jujur lidah terasa kelu/kaku<br /><span style="font-size: x-large;">وَاللَّازِمُ لِلْحَقِّ ذَلِيْلٌ</span> orang yang memperjuangkan kebenaran dihinakan<br /><span style="font-size: x-large;">اَهْلُهُ مُعْتَكِفُوْنَ عَلَى الْعِصْيَانِ</span> Keluarganya banyak yang berbuat durhaka<br /><span style="font-size: x-large;">مُصْطَلِحُوْنَ عَلَى الْاَدْهَانِ</span> Kebanyakan sudah bersekutu mengambil muka, judi penjilat<br /><span style="font-size: x-large;">فَتَاهُمْ عَارِمٌ</span> Pemudanya keras kepala/ tidak mau diarahkan<br /><span style="font-size: x-large;">وَشَبَائِبُهُمْ اثِمٌ</span> Orang – orang tuanya bergelimangan dosa<br /><span style="font-size: x-large;">وَعَالِمُهُمْ مُنَافِقٌ</span> Para ulamanya menjadi munafik<br /><span style="font-size: x-large;">وَقَارِئُهُمْ مُمَاذِقٌ</span> Yang pandai membaca Al-qur’an hanya dimulut tidak sampai dihati<br /><span style="font-size: x-large;">لَايُعَظِّمُ صَغِيْرُهُمْ كَبِيْرَهُمْ</span> Yang muda tidak mau memulyakan yang tua<br /><span style="font-size: x-large;">وَلَايَعُوْلُ غَنِيُّهُمْ فَقِيْرَهُمْ</span> Dan yang kaya tidak mau memelihara yang faqir<br /><br /><div dir="rtl" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمْ</span><br /><span style="font-size: x-large;">يَااَيُّهَاالَّذِيْنَ امَنُوْا لَاتَتَّخِذُوْا الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا دِيْنَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوْالْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ اَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوْا اللهَ اِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ.</span><br /><span style="font-size: x-large;">وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ</span>. </div>
<br /><br /><br /><div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;">Editor : Mohamad Asror Mustaghfiri,S.Sy<br />Sumber : <b>Al-Khotib Ust. Abdul Azis Romli,S.Pd.I</b><br />Brebes, 04 November 2016<br />di Masjid Jami' At-Taqwa Karangsari </span></div>
</div>
</div>
GEMA SUARA PESANTRENhttp://www.blogger.com/profile/16617370781707429790noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556359350544836190.post-80165259439213713182016-11-01T14:58:00.000+07:002016-11-01T14:58:05.248+07:00Humor Kyai Gadungan, Kyai Kampung dan Rokok Sang Kyai<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<b></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b></b><a href="https://1.bp.blogspot.com/-szMxPJpXs2A/WBhIn5LJACI/AAAAAAAAAvk/sJXL-nh31Wsxbe5q7C8eTDd9Tamxzi_SACEw/s1600/FGjflkx86b.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://1.bp.blogspot.com/-szMxPJpXs2A/WBhIn5LJACI/AAAAAAAAAvk/sJXL-nh31Wsxbe5q7C8eTDd9Tamxzi_SACEw/s1600/FGjflkx86b.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<b> </b><br /><b>KYAI GADUNGAN</b></div>
<b><div style="text-align: justify;">
<br /><span style="font-weight: normal;">Sekian tahun tinggal di pesantren, Jon Koplo dan Tom Gembus merasa jenuh juga. Seperti layaknya remaja lain, dua penghuni sebuah pondok pesantren di Ceper, Klaten, ini juga ingin refreshing meski harus nglimpekke (sembunyi-sembunyi) kyai-kyai pengasuh mereka. Kebetulan di hari ke-10 Bulan Muharam lalu, di kampung sebelah ada acara pengajian dan pemberian santunan anak yatim disertai hiburan. Mereka pun ngacir ke sana.<br /><br />Memasuki tempat acara, beberapa among tamu sudah berjejer rapi berpakaian jas dan berdasi. Nah, cerita lucunya di sini. Ada satu orang laki-laki yang berpenampilan ala kyai, pakai baju koko, peci putih plus serban merah kotak-kotak. Jon Koplo dan Tom Gembus segera ikut bersalaman seperti tamu-tamu yang lain.<br /><br />Giliran sampai di depan laki-laki “kyai” tadi, dengan keduanya penuh takzim dikecupnya tangan sang “kyai”, layaknya santri bersalaman dengan kyainya di pondok. Selesai bersalaman, Koplo dan Gembus duduk di kursi yang telah disediakan,tepatnya di pojok kanan paling belakang. Tak dinyana dan tak diduga, tiba-tiba “kyai” tadi duduk di samping Koplo dan Gembus. Bagi mereka, duduk bersanding dengan seorang ulama adalah suatu kebanggaan. Wuihhh…<br /><br />Acara demi acara terlaksana. Setelah sambutan-sambutan, ternyata ada sebuah acara tradisi, yakni rayahan duit receh untuk anak-anak kecil. Dan tak disangka-sangka, tiba-tiba saja sang “kyai” yang sedari tadi duduk manis, ujug-ujug (tiba-tiba) meloncat-loncat kegirangan dan berlari menghambur ikut ngrayah (mengambili) duit bersama anak-anak kecil.<br /><br />Sontak Koplo dan Gembus kaget bukan kepalang. “We lhadalah Mbus, tak kira iki mau kyai tenan je. Tiwas mundhuk-mundhuk, jebule wong ora genep. Isin aku ...” (arti: “Ya ampun Mbus, kukira orang itu kyai betulan. Sudah hormat sekali kita, ternyata orang gila. Malu aku…”) celetuk Koplo dengan nada kesal. Mereka pun ngakak bareng menertawakan diri sendiri. Wakakakakak…</span><br /><br /><span style="font-size: large;">BACA JUGA : <a href="https://gejebeka.blogspot.sg/2016/10/fakta-menarik-tentang-santri-di.html" target="_blank">Fakta Menarik Tentang Santri di Pesantren</a></span></div>
</b><span style="font-weight: normal;"></span><div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><b><span style="font-weight: normal;"><b>KISAH KYAI KAMPUNG DI DPR</b></span></b></span></div>
</div>
<b><div style="text-align: justify;">
<br /><span style="font-weight: normal;"></span><span style="font-weight: normal;"> Setelah Orde Baru wassalam 1998, puluhan partai baru bermunculan seperti jamur di musim hujan. Orang-orang pesantren pun tidak ketinggalan. Nah salah satu partai yang didirikan oleh warga pesantren ternyata ikut-ikutan menang dan salah seorang “kiai kampung” (sebut saja begitu) terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Sebenarnya dia tidak seberapa sreg berada di dunia politik, akan tetapi demi menyampaikan ngaspirasi rakyat baiklah akhirnya dia bersedia.<br />Alkisah pada suatu saat terjadi sidang yang sangat alot. Sepertinya para anggota dewan sedang membahas masalah anggaran pendidikan. Kiai kampung tidak setuju dengan usulan mayoritas anggota DPR yang memberikan alokasi kecil untuk pendidikan, padahal pendidikan adalah prasyarat terpenting maju-mundurnya sebuah negara. Pendidikan yang dimasksud oleh kiai kampung tadi tentunya adalah pendidikan pesantren. Payahnya lagi, rekan-rekan satu partai pun berfikiran sama, mereka tidak memandang penting arti sebuah pendidikan. Sang kiai merasa sendirian di gedung milik rakyat itu.<br />Namun apa boleh dikata, kiai kampung sulit menyampaikan aspirasinya. Banyak peraturan di DPR yang sama sekali baru buatnya. Banyak sekali istilah-istilah aneh yang baru didengar. Sementara sang kiai, jangankan untuk ikut menyampaikan usulan, membaca draft undang-undang berbahasa Indonesia saja setengah berkeringat. Kiai kampung hanya mahir memahami teks Arab atau menuliskan sesuatu dengan huruf Arab.<br />Sidang terus berlangsung. Sang kiai kampung tidak bisa menahan diri akhirnya ia menuliskan beberapa kalimat berbahasa Indonesia dengan huruf arab (kita menyebutnya arab pegon). Dan sang kiai langsung maju ke depan menemui ketua sidang. Ruang sidang tiba-tiba sunyi senyap. Semua mata tertuju kepada kiai dan ketua sidang.<br />Kiai kampung langsung memberikan selembar kertas yang telah ditulisnya. Ketua sidang sebenarnya pernah belajar di pesantren kiai kampung tapi belum sampai mahir memahami tulisan Arab. Kertas tadi dia ambil lalu dimasukkan ke sakunya karena dia kira itu berisi doa atau sejenis jimat, lalu bicara, “Ini kiai kampung sebagai yang dituakan di partai anu telah menyetujui budget kita sekian agar tidak menganulir lainnya, buktinya beliau telah merestui saya.” Ketua sidang mengambil lagi kertas dari sakunya dan menunjukkan kepada para anggota sidang.<br />“Iya tapi saya tidak setuju kalau anggarannya segitu,” kata kiai kampung menyahut sambil berjalan ke tempat duduk semula, meskipun ia yakin tidak faham betul apa itu ‘budget sekian’ dan ‘menganulir’ yang dimaksud oleh ketua sidang.<br />Sidang lalu kembali ramai memperdebatkan soal angka. Waktu itu hampir disepakati besaran angka tertentu yang lebih tinggi dari semula. Namun kiai kampung tetap tidak puas dan dia langsung keluar sidang. Para anggota dewan pun terkejut.<br />“Kiai kampung walk out, kita tunda dulu sebentar,” kata ketua sidang sambil mengetuk palu. Beberapa orang mengikuti kiai tadi keluar ruangan termasuk ketua sidang tadi.<br />Sementara itu kiai kampung langsung bergegas ke musholla. Dia bercerita kepada rekannya yang lebih awal mengikutinya. “Saya ingin berdoa biar usulan saya dikabulkan oleh Allah,” katanya. Rekannya bertanya-tanya tapi mereka ikuti saja yang dilakukan kiai kampung.<br />Kiai kampung langsung bergegas melakukan sholat dua raka’at dan membaca doa istighothsah diikuti rekan-rekannya, termasuk ketua sidang tadi. Usai berdoa, kiai kampung sempat terkejut melihat ketua sidang, lalu berkata, “Alhamdulillah pak ketua sidang akhirnya setuju dengan usulan saya, buktinya dia ikut berdoa bersama kita. Sebagai wakil rakyat kita memang harus memandang arti pentingnya pendidikan,” katanya. Ketua sidang dan rekan-rekannya saling pandang, tapi akhirnya tidak bisa berbuat apa-apa. Kiai kampung pun meneruskan taushiyahnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</b><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>BACA JUGA : <a href="https://gejebeka.blogspot.sg/2016/10/harta-tahta-dan-wanita-adalah-fitnah.html" target="_blank">Harta, Tahta dan Wanita Adalah Fitnah Dunia</a></b></span> </div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><b> </b><b>ROKOK SANG KYAI</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b> </b><br />Di satu pesantren di Jombang, Jawa Timur,
santri-santri dilarang merokok. Dan mbah kiai pengasuh pesantren tidak
segan-segan memberikan takzir (hukuman) setimpal pada santri yang
melanggar. Namun ada saja santri nakal yang melakukan pelanggaran.<br />Beberapa
gelintir santri yang tidak tahan ingin merokok mencari-cari kesempatan
di malam hari, pada saat gelap di sudut-sudut asrama atau di gang-gang
kecilnya, atau di tempat jemuran pakaian atau di pekarangan kiai.Satu
malam seorang santri perokok ingin melakukan aksinya. Ia bergegas ke
kebun blimbing. Ia dekati seorang temannya di kejauhan sedang menyalakan
rokok.<br />“Kang, join rokoknya ya…” katanya sambil menyodorkan jari tengah dan telunjukknya.<br />Temannya langsung menyerakan rokok yang dipegangnya.<br />Santri perokok langsung mengisapnya. “Alhamdulillah, nikmatnya…” katanya. Diteruskan dengan isapan kedua.<br />Rokok
semakin menyala, dan… dalam gelap dengan bantuan nyala rokok itu
lamat-lamat ia baru sadar siapa yang sedang dimintainya rokok. Namun
santri belum yakin dan diteruskan dengan isapan ketiga… Rokok semakin
meyala terang.<br />Ternyata… yang dia mintai rokok adalah kiainya sendiri.<br />Santri kaget dan ketakutan. Dia langsung kabur. Lari tunggal langgang tanpa sempat mengembalikan rokok yang dipinjamnya.<br />Sang kiai marah besar: “Hei rokok saya jangan dibawa, itu tinggal satu-satunya, kang…” </div>
</div>
GEMA SUARA PESANTRENhttp://www.blogger.com/profile/16617370781707429790noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556359350544836190.post-8455597101269255962016-10-31T15:35:00.002+07:002016-10-31T15:35:52.096+07:00Kisah Persembunyian Waliyullah (Mbah Hamid Pasuruan)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-L6ZF-a0wedk/WBcBWakJIdI/AAAAAAAAAvM/jl2TcXUXLlo1xYhZ9DmK9vQbLEeUGgJWQCLcB/s1600/KH%2BABDUL%2BHAMID%2BPASURUHAN.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://4.bp.blogspot.com/-L6ZF-a0wedk/WBcBWakJIdI/AAAAAAAAAvM/jl2TcXUXLlo1xYhZ9DmK9vQbLEeUGgJWQCLcB/s320/KH%2BABDUL%2BHAMID%2BPASURUHAN.jpg" width="254" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika masih muda, Habib Baqir Mauladdawilah diijazahi sebuah doa oleh al-Ustadzul Imam al-Habr al-Quthb al-Habib Abdulqadir bin Ahmad Bilfaqih (Pendiri Pesantren Darul Hadist, Malang). Habib Abdulqadir Bilfaqih berpesan kepada Habib Baqir untuk membaca doa tersebut ketika akan menemui seseorang agar tahu sejatinya orang tersebut siapa, orang atau bukan.<br />Tiba pada suatu hari, datanglah Habib Baqir menemui Mbah Hamid di Pasuruan, Jawa Timur. Sesampainya di rumah yang dituju, banyak sekali orang yang sedang bertamu kepada beliau. Ada yang meminta doa, ngalap berkah, atau keperluan yang lain.<br />Setelah membaca doa yang diijazahkan Habib Abdulqadir Bilfaqih, Habib Baqir tercengang kaget. Ternyata orang yang terlihat seperti Mbah Hamid—yang sedang menerima para tamu itu, sejatinya bukan orang yang asli. Habib Baqir pun membatin.<br />“Ini bukan Mbah Hamid, tapi khodam (pendamping)! Mbah Hamid tidak ada di sini”<br /><br />Habib Baqir pun pergi mencari di mana sebenarnya Mbah Hamid berada. Lama mencari, akhirnya Habib Baqir pun bertemu dengan Mbah Hamid yang asli. Habib Baqir langsung bertanya kepada beliau.<br /><br />“Kiyai, mbok jangan begitu..."<br />“Ada apa, Bib?” jawab Mbah Hamid santai.<br />"Kasihan orang banyak yang meminta doa itu. Karena doanya bukan dari panjenengan, tapi dari khodam. Panjenengan tadi di mana, Kiyai?”<br />Mbah Hamid hanya terdiam.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>BACA JUGA : <a href="http://gejebeka.blogspot.sg/2016/10/kisah-gusdur-me-raga-sukma-dirinya.html" target="_blank">Kisah Gusdur Me-Raga Sukma Dirinya</a></b></span><br /><br />Pertanyaan Habib Baqir sebenarnya sudah terjawab. Memang tidak secara langsung, namun berdasar cerita Mbah Hamid sendiri pada seorang Habib Sepuh (namanya sengaja kami rahasiakan), yang juga pernah bertanya kepada beliau terkait hal yang sama.<br /><br />“Kiyai Hamid, waktu banyak orang meminta doa pada Panjenengan, saya tahu yang memberikan doa bukan njenengan sendiri. Saat itu, Panjenengan di mana? Kok tidak ada?”<br /><br />Mbah Hamid menjawab, sambil tersenyum simpul.<br /><br />“Hehehee... Ke sana sebentar, Bib.”<br />“Ke sana ke mana, Kiyai?” Habib Sepuh makin penasaran.<br />“Kalau njenengan pengin tahu, datanglah ke sini lagi.”<br /><br />Singkat cerita, Habib Sepuh tersebut kembali menemui Mbah Hamid, karena begitu ingin tahu di mana sebenarnya “tempat persembunyian” beliau. Setelah bertemu, Habib Sepuh kembali bertanya.<br /><br />“Di mana, Kiyai?”<br /><br />Tanpa menjawab, Mbah Hamid langsung memegang tangan Habib Sepuh. Seketika itu, Habib sepuh pun kaget melihat suasana di sekitar mereka berubah menjadi bangunan masjid yang sangat megah.<br /><br />"Di mana ini, Kiyai?”<br />“Silakan njenengan perhatikan sendiri, Bib, ini ada di mana?"<br /><br />Sejurus kemudian barulah diketahui bahwa Habib Sepuh telah dibawa oleh Mbah Hamid ke Masjidil Haram. Tak puas dengan penglihatannya, Habib Sepuh kembali bertanya pada Mbah Hamid.<br /><br />“Kenapa Panjenengan memakai doa itu, Kiyai?”<br />“Saya sudah terlanjur TERKENAL. Saya tidak ingin terkenal, Bib. Tidak ingin muncul. Saya hanya ingin asyik sendirian bersama Allah. Saya sudah berusaha bersembunyi, di mana saja. Tetapi orangorang selalu ramai datang ke saya. Kemudian saya ikhtiar menggunakan doa ini. Orang yang saya taruh di sana bukanlah khodam dari bangsa jin, melainkan Malakul Ardli, Malaikat yang ada di bumi, Bib. Berkat doa ini, Allah Ta’ala menyerupakan malaikat-Nya dengan wajah saya."</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-kBERPgVCGF4/WBcBbNCSX3I/AAAAAAAAAvQ/mFctWc0FBxcT40uHrD8G3t45ta09V6pZQCLcB/s1600/1935862_587962794691052_6215060683340163954_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="268" src="https://3.bp.blogspot.com/-kBERPgVCGF4/WBcBbNCSX3I/AAAAAAAAAvQ/mFctWc0FBxcT40uHrD8G3t45ta09V6pZQCLcB/s400/1935862_587962794691052_6215060683340163954_n.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Demikianlah kisah persembunyian Mbah Hamid. Hamba Allah yang mulia, yang dengan sadar mengakui kekurangan dan kelemahannya di hadapan manusia lain. Berbanding terbalik dengan para penganjur Islam belakangan ini, yang malah berlomba agar terkenal di manamana. Kalau bisa, terus begitu supaya jatah ceramahnya banyak dan tak diserobot oleh penceramah lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>BACA JUGA : <a href="http://gejebeka.blogspot.sg/2016/10/biografi-syaikh-abdul-qadir-al-jailani.html" target="_blank">Biografi Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani (Raja dari Para Wali)</a></b></span><br /><br />Wajar sih bila mereka begitu. namanya juga penceramah toh? Kalau Kiyai kan ndak mungkin mau diamplopin. Seperti Mbah Mangli (juga seorang Waliyullah) yang selalu menolak amplop usai berdakwah. Pesan beliau sama belaka. Singkat dan sarat makna, “Bila semua hadirin yang ada di sini mau menjalankan apa yang sudah saya sampaikan, itu jauh lebih mahal dibanding amplop yang mau sampeyan berikan pada saya.”<br /><br />Kepada kekasih Allah, Mbah Hamid Pasuruan dan Mbah Mangli, al-Fatihah... <br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<b>"Pendamlah dirimu di bumi khumul (ketidakterkenalan). Karena segala yang tumbuh namun tidak terpendam, tidak akan sempurna buah-hasilnya."<br />[Ibn Atha’illah, dalam al-Hikam]</b></div>
<br /><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Editor : Mohamad Asror M. </div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber penutur : KH. Achmad Sa’idi bin KH. Sa’id (Pengasuh Ponpes Attauhidiyyah Tegal dan diramu dari berbagai sumber lain).<br /><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
GEMA SUARA PESANTRENhttp://www.blogger.com/profile/16617370781707429790noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556359350544836190.post-65046757362038223612016-10-31T09:00:00.000+07:002016-10-31T09:00:19.303+07:00Biografi Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani (Raja dari Para Wali)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-gQ6sURIb6B4/WBWRlQ4a5vI/AAAAAAAAAu8/-gWEP53uBsQ-wibhssnAiXpEyLC01RoLACLcB/s1600/jh.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://2.bp.blogspot.com/-gQ6sURIb6B4/WBWRlQ4a5vI/AAAAAAAAAu8/-gWEP53uBsQ-wibhssnAiXpEyLC01RoLACLcB/s320/jh.jpg" width="232" /></a> Siapa yang tidak kenal Syaikh Abdul Qadir al-Jailani? Sosok ulama yang satu ini memang cukup dikenal dalam literatur pemikiran dan khazanah ke-Islaman. Tak terkecuali bagi kaum muslimin di Indonesia, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani adalah ulama yang banyak berpengaruh dan banyak dijadikan rujukan dalam kitab-kitab agama Islam, terutama dalam bidang ilmu tashawuf.<br />
<br />
Nama asli dari ulama karismatik ini adalah Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qadir. Seorang ahli sejarah Islam, Ibnul Imad al-Hanbali menyebutkan tentang nama lengkap Syaikh Abdul Qadir al-Jailani sebagai berikut, “(beliau adalah) Syaikh Abdul Qadir bin Abi Sha-lih bin Janaki Dausat bin Abi Abdillah Abdullah bin Yahya bin Muhammad bin Dawud bin Musa bin Abdullah bin Musa al-Huzy bin Abdullah al-Himsh bin al-Hasan bin al-Mutsanna bin al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib al-Jailany”. (Syadzarat adz-Dzahab, 4/198) Dari pen-jelasan ini, jelas bahwa Syaikh Abdul Qadir al-Jailani adalah keturunan dari Sahabat Ali bin Abi Thalib.<br />
<br />
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani lahir di Kota Jailan atau Kailan pada tahun 470 H/1077 M. Itulah kenapa di akhir nama beliau ditambahkan kata al-Jailani atau al-Kailani, yang berarti dari kawasan Jailan, yang kini bernama provinsi Mazandaran, Gilan, dan Golestan di Persia (Iran). (Lihat Mu’jam Al-Buldan, 4/13-16, oleh Abu Abdillah Yaqut bin Ab-dillah al-Hamawy)<br />
<br />
<b>Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dan Thariqat Qadiriyah</b><br />
<br />
Saat usia 8 tahun, beliau sudah me-ninggalkan kota kelahirannya menuju Baghdad, yang saat itu Baghdad dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan. Selanjutnya pada tahun 521 H/1127 M, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani mengajar dan menyampaikan fatwa-fatwa agama kepada masyarakat hingga beliau dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun, be-liau menghabiskan waktunya sebagai pengembara di Padang Pasir Iraq dan akhirnya dikenal oleh dunia sebagai tokoh besar yang harum namanya dalam dunia Islam.<br />
<br />
Sejak itulah, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani disebut-sebut sebagai tokoh sufi yang mendirikan Tariqhat Qodiriyah, sebuah istilah yang tidak lain berasal dari namanya. Tariqhat ini terus berkem-bang dan banyak diminati oleh kaum muslimin. Meski Irak dan Syiria disebut sebagai pusat dari pergerakan Tariqhat ini, namun pengikutnya berasal dari belahan negara muslim lainnya, seperti Yaman, Turki, Mesir, India, hingga se-bagian Afrika dan Asia.<br />
<br />
Perkembangan Tariqhat ini semakin melesat, terlebih pada abad ke ke 15 M. Di India misalnya, Tariqhat Qadiriyah berkembang luas setelah Muhammad Ghawsh (1517 M) memimpin Tariqhat ini. Dia juga mengaku sebagai keturunan dari Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Di Turki ada Ismail Rumi (1041 H/1631 M) yang diberi gelar mursyid kedua dari Tariqhat Qadiriyah. Adapun di Makkah, penyebaran Tariqhat Qodiriyah sudah bermula sejak 1180 H/1669 M.<br />
<br />
Berbeda dengan beberapa Tariqhat lainnya, Tariqhat Qadiriyah dikenal sebagai Tariqhat yang luwes. Dalam pan-dangan shufi, seseorang yang sudah mencapai derajat mursyid (guru) tidak mesti harus mengikuti Tariqhat guru di atasnya lagi. Ia memiliki hak untuk memperluas Tariqhat Qadiriyah dengan membuat Tariqhat baru, asalkan sejalan dengan Tariqhat Qadiriyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>BACA JUGA : <a href="http://gejebeka.blogspot.com/2016/10/biografi-kh-mohammad-hasyim-asyari.html" target="_blank">Biografi KH Mohammad Hasyim Asy'ari ( Pendiri Nahdlatul Ulama )</a></b></span><br />
<br />
Dari sifat keluwesannya ini, Tariqhat Qadiriyah memiliki banyak anak cabang yang masing-masing memiliki mursyid-nya. Sebut saja seperti Tariqhat Benawa yang berkembang pada abad ke-19, Tariqhat Ghawtsiyah (1517), Thariqhat Junaidiyah (1515 M), Thariqhat Kama-liyah (1584 M), Thariqhat Miyan Khei (1550 M), dan Thariqhat Qumaishiyah (1584), yagn semuanya berkembang di India. Di Turki terdapat Tariqhat Hin-diyah, Khulusiyah, Nawshahi, Rumiyah (1631 M), Nabulsiyah, dan Waslatiyyah. Adapun di Yaman ada Tariqhat Ahda-liyah, Asadiyah, Mushariyyah, ‘Urabiy-yah, Yafi’iyah (718-768 H/1316 M) dan Zayla’iyah. Sedangkan di Afrika terdapat Tariqhat Ammariyah, Bakka’iyah, Bu’aliyya, Manzaliyah dan Tariqhat Jilala. Thariqat Jilala ini adalah sebuah nama lain yang dialamatkan oleh masyarakat Maroko kepada Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.<br />
<br />
Adapun di Indonesia, Thariqat Qa-diriyah berkembang pesat yang berasal dari kawasan Makkah, Arab Saudi. Thariqat Qadiriyah menyebar ke Indonesia pada abad ke-16, khususnya di seluruh Pulau Jawa. Ada beberapa pesantren yang menjadi pusat pergerakan Thariqat Qadiriyah ini. Sebut saja seperti Pesan-tren Suryalaya Tasikmalaya (Jawa Ba-rat), Pesantren Mranggen (Jawa Tengah), dan Pesantren Tebuireng Jombang (Ja-wa Timur).<br />
<br />
Sebagai informasi tambahan, orga-nisasi agama di Indonesia yang tidak bisa dilepaskan dari Thariqat Qadiriyah adalah Nahdhatul Ulama (NU) yang berdiri di Surabaya pada tahun 1926. Ada juga organisasi lain seperti al-Washliyah dan Thariqat Qadiriyah Naqsa-bandiyah yang merupakan organisasi resmi di Indonesia.<br />
<br />
<b>Karya-karya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani</b><br />
<br />
Berikut adalah beberapa kitab yang menjadi karya tulis beliau:<br />
<br />
Al-Ghunyah li Thalib Thariiq al-Haq fi al-Akhlaq wa al-Tashawuf wa al-Adab al-Islamiyah.<br />
Futuh al-Ghaib<br />
Al-Fath al-Rabbani wa al-Faidl al-Rahmani<br />
<br />
Demikianlah, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani yang hidup dengan penuh pengabdiannya kepada Islam. Beliau wafat pada malam Sabtu ba’da maghrib di daerah Babul Azajwafat, Baghdad, pada tanggal 8 Rabiul Akhir 561 H / 1166 M. Jenazahnya dimakamkan di madrasahnya sendiri setelah disaksikan oleh ribuan jama’ah yang tak terhitung jumlahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-LK_1MRemkMc/WBWRkzegQwI/AAAAAAAAAu4/kpFTOOQJHKYVKHzUW8i_BQ0XSUxjrjVigCLcB/s1600/Antal-Mautu-Qoblal-Maut.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://1.bp.blogspot.com/-LK_1MRemkMc/WBWRkzegQwI/AAAAAAAAAu4/kpFTOOQJHKYVKHzUW8i_BQ0XSUxjrjVigCLcB/s400/Antal-Mautu-Qoblal-Maut.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Klaim Keramat<br />Syaikh Abdul Qadir al-Jailani</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Pada tulisan kali ini, kita akan sedikit menyimak beberapa kisah yang dialamatkan (ditujukan) kepada Syaikh Ab-dul Qadir al-Jailani. Kisah-kisah tersebut banyak tertulis di beberapa kitab dan cukup dikenal luas oleh kalangan kaum muslimin. Namun dalam hal ini, kita perlu tahu bahwa banyak dari kisah-kisah tersebut yang fiktif (tidak nyata kebenarannya).<br />
<b><br />Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dan Kisah-Kisah Ajaibnya</b><br />
<br />
Diceritakan oleh Muhammad bin al-Khidir bin al-Husaini bahwa ayahnya berkata,” Jika Syaikh Abdul Qadir al-Jailani memberikan pelajaran berbagai disiplin ilmu di majlisnya, maka perkataannya tak pernah terputus. Tidak ada seorangpun yang berani meludah, mendengus, berdehem, berbicara, maupun maju ke tengah majlis karena kharisma beliau.<br />
<br />
Keagungannya membuat orang-orang yang hadir ikut berdiri jika beliau datang ke dalam majlisnya. Karismanya membuat semua orang hening ketika beliau memerintahkan mereka untuk diam sampai yang terdengar hanya hembusan nafas mereka. Tangan orang-orang yang hadir dalam majlisnya sampai bersentuhan dengan kaki orang lain. Beliau mengenali mereka satu persatu hanya dengan memegang tanpa harus melihat wajahnya.<br />
<br />
Orang yang jauh sekalipun bisa men-dengar ucapan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Bahkan beliau bisa menebak isi hati seseorang dan memberi nasihat berdasarkan ucapan batin dalam diri-nya.<br />
<br />
Diriwayatkan pula bahwa arwah pa-ra nabi berpusar mengelilingi majlis Syaikh Abdul Qadir al-Jailani baik di langit maupun di bumi bak angin yang berpusar di ufuk. Juga malaikat meng-hadiri majlisnya berkelompok demi kelompok.<br />
<br />
Syaikh Abu Madyan bin Syuaib ber-kata, “Ketika aku bertemu dengan Al-Khidr, aku bertanya tentang para syaikh (wali Allah) dari barat sampai timur saat ini. Ketika aku bertanya tentang Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, dia (al-Khidir) berkata, “Beliau adalah imam golongan as-Shidq, hujjah bagi kaum ‘arif. Dia adalah roh dalam ma’rifah dan posi-sinya dibandingkan dengan para wali lainya adalah al-Qurbah (kedekatan).”</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>BACA JUGA : <a href="http://gejebeka.blogspot.com/2016/10/biografi-kh-abdul-wahab-hasbullah.html" target="_blank">Biografi KH. Abdul Wahab Hasbullah (1888-1971 M)</a></b></span><br />
<br />
Dari Syaikh Muhammad bin Harawi, ia berkata, “Suatu hari ketika Syaikh Abdul Qadir al-Jailani berbicara di ma-jlisnya, beliau terdiam beberapa saat kemudian berkata,” Jika aku meng-inginkan Allah swt mengirimkan burung hijau yang akan mendengarkan perka-taanku maka Ia akan mengabulkannya’. Sekejap kemudian majlis tersebut dipe-nuhi oleh burung berwarna hijau yang dapat dilihat oleh semua yang hadir’”.<br />
<br />
Masih soal burung, suatu saat ada seekor burung yang melintas di atas majlis Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Kemudian beliau berkata, “Demi Allah yang disembah, jika aku mengatakan ‘matilah terpotong-potong’ kepada burung itu maka hal itu pasti terjadi”. Se-telah beliau selesai mengucapkannya, burung tersebut jatuh dalam keadaan mati terpotong-potong”.<br />
<br />
Syaikh Baqa bin Bathu An-Nahri al-Makki berkata,“Ketika Syaikh Abdul Qadir al-Jailani berbicara di tangga per-tama kursinya, tiba-tiba perkataan beliau terputus dan beliau tidak sadarkan diri beberapa saat. Setelah sadar beliau langsung turun dari kursi dan kemudian kembali menaiki kursi tersebut dan duduk di tangga kedua. Dan aku menyak-sikan tangga pertama tersebut mema-njang sepanjang penglihatan dan di-lapisi sutera hijau. Telah duduklah di sana Rasulullah saw, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Saat itu Allah swt ber-tajalli (merupakan istilah tasawuf yang berarti ”penampakan diri Tuhan yang bersifat absolut dalam bentuk alam yang bersifat terbatas) sehingga membuat beliau miring dan hampir jatuh jika tidak dipegang oleh Rasulullah saw. Kemudian beliau tampak semakin menge-cil hingga sebesar burung, kemudian menjadi sangat besar dan kemudian semakin menjauh dariku”.<br />
<br />
Ketika syaikh Baqa’ ditanya tentang penglihatannya kepada Rasulullah saw dan para sahabatnya, beliau berkata, “Semua itu adalah arwah mereka yang membentuk. Hanya mereka yang dia-nugerahi kekuatan saja yang dapat me-lihat mereka dalam bentuk jasad dan segala sifat fisik.”<br />
<br />
Sedangkan saat beliau ditanya ten-tang Syaikh Abdul Qadir al-Jailani yang mengecil dan membesar, Syaikh Baqa’ berkata, “Tajalli pertama tidak bisa ditahan oleh orang biasa kecuali dengan pertolongan Nabi. Oleh karena itu Syaikh Abdul Qadir al-Jailani nyaris terjatuh. Sedangkan Tajalli kedua didasarkan pada sifat ke-Agungan yang berasal dari Yang Disifati, oleh karena itu beliau mengecil. Sedangkan tajalli ketiga di-dasari pada sifat ke-Maha Indahan Allah, oleh karena itu beliau membesar. Semua itu adalah anugerah Allah kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan sesungguhnya Allah memiliki anugerah yang a-gung”.<br />
<br />
Syaikh Harawi berkata, “Aku mela-yani Syaikh Abdul Qadir al-Jailani selama 40 tahun, selama itu beliau se-lalu melaksanakan shalat subuh dengan wudhu shalat isya’. Jika beliau berha-dats, beliau segera memperbaharui wudhunya. Dan setelah shalat isya’ beliau masuk seorang diri ke dalam ruang khalwatnya dan tidak keluar hingga fajar.<br />
<br />
Syaikh Ahmad Rifa’i berwasiat ke-pada keponakan-keponakannya, “Jika kalian tiba di Baghdad, dahulukan me-ngunjungi Syaikh Abdul Qadir al-Jailani jika beliau masih hidup. Atau menziarahi kuburnya apabila beliau sudah meninggal. Karena beliau telah mengambil janji Allah bahwa semua pemilik kondisi spiritual yang tidak menomor satukan beliau akan dicabut kondisi spiritual yang di-milikinya. Syaikh Abdul Qadir benar-benar merupakan kerugian begi mereka yang tidak melihatnya.”<br />
<br />
Syaikh Umar al-Bazaar berkata, “Su-atu hari aku duduk di hadapan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dalam khalwatnya. Beliau berkata kepadaku, ‘Jaga punggungmu karena akan ada kucing yang jatuh di punggungmu’. Dalam hati aku berkata, ‘ Dari mana datangnya kucing? Tidak ada lubang di atas dan…..’ Se-belum selesai bicara, tiba-tiba seekor kucing jatuh ke punggungku. Kemudian beliau memukulkan tangannya ke dadaku dan aku mendapati cahaya terbit dari dalam dadaku bak mentari. Dan aku menemukan al-Haq pada saat itu.<br />
<br />
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani ber-kata, “Ibadah haji pertamaku aku lakukan pada saat aku masih muda dan sedang melaksanakan Tajrid (pelepasan). Saat aku tiba di daerah Umm al-Qurn aku bertemu Syaikh Uday bin Musafir yang juga masih muda. ‘Mau kemada engkau?’ Tanya Syaikh Uday kepadaku. ‘Makkah Al-Musyarafah’, jawabku. ‘Apa engkau bersama seseorang?’ tanya Syaikh Uday kembali. ‘Aku sedang melaksanakan tajrid,’ jawabku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>BACA JUGA : <a href="http://gejebeka.blogspot.com/2016/10/biografi-syaichona-kholil-bangkalan.html" target="_blank">Biografi Syaichona Kholil Bangkalan Madura (Gurunya Para ulama Besar di Jawa dan Madura)</a></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Kemudian kami berdua melanjutkan perjalanan. Ditengah perjalanan kami berjumpa seorang wanita kurus dari Habsyi (Ethiopia). Dia berhenti di depanku dan memandangi wajahku lalu kemudian berkata, ‘Anak muda, dari manakah engkau?’ Aku menjawab, ‘O-rang Ajam (non-Arab) yang tinggal di Baghdad’. ‘Engkau telah membuatku lelah hari ini,’ sahutnya. ‘Kenapa?’ tanyaku. Kemudian wanita itu pun menjelaskan alasannya, ‘Satu jam yang lalu aku berada di Habsyi kemudian Allah menunjukkan hatimu kepadaku sekaligus anugerah-Nya kepadamu yang belum pernah aku saksikan diberikan-Nya kepada selain dirimu. Hal itu menyebabkan aku ingin mengenal dirimu. Hari ini aku ingin berjalan bersama kalian melewatkan malam bersama kalian’.<br />
<br />
Lantas akupun berkata, ‘Itu merupakan kehormatan buat kami’. Setelah itu dia mengikuti kami berjalan di sisi lain wadi (aliran sungai gurun) tersebut. Ketika tiba waktu maghrib dan saat makan malam tiba, sebuah nampan turun dari langit yang berisi 6 potong roti beserta lauk pauknya. ‘Subhanallah segala puji dan syukur bagi Allah yang telah memuliakan aku dan tamuku’, ungkap perempuan tersebut.<br />
<br />
Malam itu, setiap dari kami memakan dua potong roti. Selesai makan, datanglah tempat air dan kami meminum air yang kesegaran dan rasanya tidak ada di dunia ini. Setelah itu, perempuan itupun pergi meninggalkan kami.<br />
<br />
Kisah selanjutnya adalah, ada seorang kafilah yang kehilangan 4 untanya di hutan. Kemudian ia teringat akan pesan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani bahwa jika dirinya mendapat kesulitan, maka diperintahkan untuk menyebut nama Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Kemudian kafilah itu menyebut nama Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Tiba-tiba, ada seorang berjubah putih di atas bukit dengan melambaikan tangan. Kafilah tersebut menuju sosok yang dimak-sud. Namun setelah sampai di atas bu-kit, sosok tersebut hilang dan malah ia menemukan ke 4 unta yang sedang dicarinya.<br />
<br />
Demikianlah, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani beserta kisah-kisah hidup, ilmu, dan karamah yang ditujukan kepadanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Editor : Mohamad Asror M.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : <a href="https://majalahummatie.wordpress.com/2009/10/02/mengenal-syaikh-abdul-qadir-al-jailani/" target="_blank">majalahummatie.wordpress.com</a></div>
</div>
GEMA SUARA PESANTRENhttp://www.blogger.com/profile/16617370781707429790noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556359350544836190.post-77465802819997913862016-10-31T07:00:00.000+07:002016-10-31T07:00:33.895+07:00Kisah Gusdur Me-Raga Sukma Dirinya<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-j0tKZByWpLE/WBWNKRh3xxI/AAAAAAAAAuo/dobwNbdEPYIBKxYtQchunNCE9UajYxwygCLcB/s1600/gusdur_by_vadhaa1927-d6mm6pd.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://4.bp.blogspot.com/-j0tKZByWpLE/WBWNKRh3xxI/AAAAAAAAAuo/dobwNbdEPYIBKxYtQchunNCE9UajYxwygCLcB/s320/gusdur_by_vadhaa1927-d6mm6pd.jpg" width="248" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Dunia kewalian adalah dunia yang memiliki banyak dimensi. Dunia kewalian seringkali tidak dapat diterima nalar sehat manusia normal. Karenanya dunia kewalian seringkali pula diidentikkan dengan dunia mistis.<br /><br />Biasanya para santri (penganut agama yang taat), sejak zaman Hindu, Budha hingga zaman Islam di Indonesia membedakan kepemilikan dan perilaku keilmuan mistik ke dalam dua kategori, yakni kategori ilmu putih dan ilmu hitam. Sejak dahulu kala, ilmu hitam biasa disebut untuk mensifati (mengidentifikasi) keunggulan-keunggulan para tokoh penjahat. Sedangkan kemampuan dan keistimewaan-keistimewaan para tokoh kebaikan, para pahlawan dan para manusia suci.<br />gt;<br />Kelebihan-kelebihan (maziyyah) ini ibarat "piranti lunak" yang wajib dimiliki oleh bukan hanya tokoh spiritual, namun juga para pemimpin di dalam masyarakat. Begitulah keyakinan masyarakat terpatri dengan kuat, dari yang masih berpola tradisional hingga mereka yang telah menjadi manusia modern.<br /><br />Mantan Ketua Umum PBNU tiga kali berturut-turut KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai salah seorang tokoh dan pemimpin bangsa, diyakini oleh banyak kalangan memiliki berbagai "piranti lunak" yang dapat dijadikan salah satu alasan untuk mengkategorikannya ke dalam lingkungan para wali. Salah satunya adalah kemampuannya untuk meraga sukma, yakni sebuah kemampuan berada di banyak tempat dalam waktu bersamaan. <br /><br />Beberapa orang mengaku pernah membuktikan ilmu Raga Sukma Gus Dur ini. Berbagai cerita menyebutkan bahwa pada waktu yang sama, banyak orang mengaku bertemu dan bercengkrama dengan Gus Dur pada waktu yang sama. Salah satunya adalah cerita para Banser yang sedang menjaga Gus Dur ketika terbaring sakit di Rumah Sakit Koja Jakarta Utara.<br /><br />Pada sekitar tahun 1994-an, kala itu Gus Dur Sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Utara yang pada masa itu dipimpin oleh adik kandungnya, Umar Wahid. Gus Dur sedang terbaring di kamar dengan dijaga oleh dua orang Banser, seorang banser tampaknya bertindak sebagai komandan. Bila malam hari, kedua Banser ini berjaga bergiliran, salah satu tidur dan seorang lainnya terjaga.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-g4IyzzVMHwU/WBWNJ0IqmSI/AAAAAAAAAuk/-D_gv4pceQkV_vpU16katUpC9NVAvD9dQCEw/s1600/dengan-mata-tertutup-gus-dur-masih-bisa-melihat.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://1.bp.blogspot.com/-g4IyzzVMHwU/WBWNJ0IqmSI/AAAAAAAAAuk/-D_gv4pceQkV_vpU16katUpC9NVAvD9dQCEw/s400/dengan-mata-tertutup-gus-dur-masih-bisa-melihat.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /><b>BACA JUGA : <a href="http://gejebeka.blogspot.com/2016/10/kisah-seorang-wali-yang-gemar-membeli.html" target="_blank">Kisah Seorang Wali yang Gemar Membeli Khamr dan Mendatangi Tempat PSK</a></b> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hingga pada suatu ketika, seorang yang bertindak sebagai komandan berkata pada temannya, "Saya keluar sebentar, tolong jaga Pak Kyai dengan baik. Tidak lama, saya segera kembali." Dia pun segera berlalu.<br /><br />"Siap!" Jawab sang Banser dengan bersemangat. Sepeninggal temannya, dia pun segera masuk ke kamar perawatan dan duduk di sebelah Gus Dur yang sedang terbaring di atas tempat tidur.<br /><br />Tidak berapa lama, Gus Dur terbangun dari tidurnya dan mengajaknya keluar mencari udara segar. Dengan tertatih Gus Dur mengajaknya berziarah ke Makam Habib Husein al-Haddad di dekat pintu Pelabuhan Indonesia (Pelindo). Letak makam tersebut hanya berjarak sekitar 400 meter di seberang Jalan Raya Pelabuhan di depan Rumah Sakit Koja.<br /><br />Sang Banser pun dengan setia mengikuti Gus Dur yang berjalan tertatih-tatih. Seusai berziarah dan memanjatkan doa, sang Banser pun mengiringkan Gus Dur untuk kembali ke kamarnya. Setelah Gus Dur kembali beristirahat dan tidur, dia pun keluar ruangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-K6CwUlvuu4s/WBWNKxkrFrI/AAAAAAAAAus/36VPydZNh5Ei84I-E2-UNHfPxlRHepLVgCEw/s1600/poster-gusdur.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="283" src="https://1.bp.blogspot.com/-K6CwUlvuu4s/WBWNKxkrFrI/AAAAAAAAAus/36VPydZNh5Ei84I-E2-UNHfPxlRHepLVgCEw/s400/poster-gusdur.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>BACA JUGA : <a href="http://gejebeka.blogspot.com/2016/10/rahasia-di-balik-lahirnya-nahdlatul.html" target="_blank">Rahasia di Balik Lahirnya Nahdlatul 'Ulama Pada 16 Rajab 1344 H </a></b><br /><br />Namun alangkah kagetnya ketika dia keluar ruangan. Dia mendapati temannya yang tadi keluar sedang menunggunya dengan muka masam, laksana komandan yang menunggu laporan kekalahan dari bawahannya. Dengan menghardik, sang banser yang berlaku sebagai komandan ini berkata, "Dari mana saja kamu, disuruh jaga kok malah keluyuran seenaknya."<br /><br />Dengan gelagapan sang banser menjawab, "Siap Dan. Dari Mengantar Pak Kyai berziarah."<br /><br />"Jangan buat alasan yang aneh-aneh. Saya hanya pergi sebentar, lalu kembali. Dari tadi saya lihat Pak Kyai tidur di dalam. Sementara kamu tidak ada." Mereka pun kemudian saling berdebat dan bersitegang tentang penglihatan dan pengalamannya masing-masing.<br /><br />"Cerita ini adalah ceritanya nyata yang dialami oleh temen-temen Banser di Jakarta Utara," tutur KH Mistakhul Falah salah seorang tokoh NU Jakarta Utara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Editor : Mohamad Asror M.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : <a href="http://www.nu.or.id/post/read/27178/gus-dur-bisa-me-raga-sukma-dirinya" target="_blank">www.nu.or.id</a></div>
</div>
GEMA SUARA PESANTRENhttp://www.blogger.com/profile/16617370781707429790noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556359350544836190.post-71058942484566476632016-10-30T09:18:00.001+07:002016-10-30T09:18:58.578+07:00Orang Gila di Pasar Itu Ternyata Waliyullah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-YzlrtScRpB8/WBVWfk5hV0I/AAAAAAAAAuI/R2PtoQDzpnQOq-OQz66dhRjlNfVim45DQCLcB/s1600/gila.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="223" src="https://1.bp.blogspot.com/-YzlrtScRpB8/WBVWfk5hV0I/AAAAAAAAAuI/R2PtoQDzpnQOq-OQz66dhRjlNfVim45DQCLcB/s400/gila.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Dikisahkan, ada tamu dari Kendal sowan kepada Mbah Hamid. Lalu Mbah Hamid menitipkan salam untuk si fulan bin fulan yang kesehariannya ada di Pasar Kendal, menitipkan salam untuk seorang yang dianggap gila oleh masyarakat Kendal.<br /><br />Fulan bin fulan kesehariannya ada di sekitar pasar dengan baju serta tingkah laku persis seperti orang gila, tetapi tak pernah mengganggu orang-orang di sekitarnya.<br />Tamu itu bingung kenapa Mbah Hamid sampai menitipkan salam untuk orang yang dianggap gila oleh dirinya.<br /><br />Tamu itu bertanya : “Bukankah orang itu adalah orang gila Kyai.? ”<br /><br />Lalu Mbah Hamid menjawab : “Beliau adalah wali besar yang menjaga Kendal, rahmat Allah turun, bencana ditangkis, itu berkat beliau, sampaikan salamku. ”<br /><br />Kemudian setelah si tamu pulang ke Kendal, menunggu keadaan pasar sepi, dihampirilah orang yang dianggap gila itu yang ternyata Shohibul Wilayah Kendal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />“Assalamu’alaikum…” Sapa si tamu.<br />Wali itu memandang dengan tampang menakutkan layaknya orang gila sungguhan, lalu keluarlah seuntai kata dari bibirnya dengan nada sangar : “Wa’alaikumussalam.. ada apa..!!! ”<br />Dengan badan agak gemetar, si tamu memberanikan diri. Berkatalah ia : “Panjenengan dapat salam dari Kyai Hamid Pasuruan,<br />Assalamu’alaikum…”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: large;">BACA JUGA :</span> <a href="https://gejebeka.blogspot.co.id/2016/10/kisah-seorang-wali-yang-gemar-membeli.html" target="_blank">Kisah Seorang Wali yang Gemar Membeli Khamr dan Mendatangi Tempat PSK</a></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Tak beberapa lama, wali itu berkata : “Wa’alaikumussalam” dan berteriak dengan suara keras : “Kurang ajar si Hamid, saya berusaha bersembunyi dari manusia, agar tidak diketahui manusia, kok malah dibocor-bocorkan. Ya Allah, aku tidak sanggup, kini telah ada yang tahu siapa aku, saya mau pulang saja, tidak sanggup aku hidup di dunia. ”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-O2BFbD96a9c/WBVYGXDjVoI/AAAAAAAAAuU/H92ez4TYxsIhjweTy9xa4IzIDKbBveMHQCLcB/s1600/1_yaikhamid.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://3.bp.blogspot.com/-O2BFbD96a9c/WBVYGXDjVoI/AAAAAAAAAuU/H92ez4TYxsIhjweTy9xa4IzIDKbBveMHQCLcB/s400/1_yaikhamid.jpg" width="280" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Lalu wali itu membaca sebuah doa, dan bibirnya mengucap : “Laa Ilaaha Illallah Muhammadun Rasulullah…”<br /><br />Seketika itu langsung meninggal dunia sang Wali didepan orang yang diutus Mbah Hamid.<br />Subhanallah… begitulah para Walinya Allah, saking inginnya berasyik-asyikkan cuma dengan Allah sampai berusaha bersembunyi dari keduniawian, tidak ingin ibadahnya diganggu oleh orang-orang ahli dunia. Bersembunyinya mereka memakai cara mereka masing-masing. Oleh karena itu janganlah kita su’udzon pada orang-orang di sekitar kita, bebrapa jangan dia yaitu seorang Wali yang “bersembunyi”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>BACA JUGA : <a href="http://gejebeka.blogspot.com/2016/10/kyai-sodron-vs-belahan-dada-wanita.html" target="_blank">Kyai Sodron VS Belahan Dada Wanita</a></b></span><br /><br />Jadi ingat nasihat Maha Guru kami, al-Quthb al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih : “Jadikanlah dirimu mendapat tempat di hati seorang Auliya. ”<br /><br />Semoga nama kita tertanam di hati para kekasih Allah, hingga kita selalu mendapat nadzrah dari guru-guru kita, dibimbing ruh kita hingga terakhir kita menghirup udara dunia ini, Aamiin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Editor : Mohamad Asror M.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : <a href="http://www.pusatmedia-news.com/2016/04/subhanalloh-ternyata-orang-gila-di.html" target="_blank">www.pusatmedia-news.com</a></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
</div>
GEMA SUARA PESANTRENhttp://www.blogger.com/profile/16617370781707429790noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556359350544836190.post-24764981460304721902016-10-30T09:05:00.000+07:002016-10-30T09:05:18.073+07:00Kisah Seorang Wali yang Gemar Membeli Khamr dan Mendatangi Tempat PSK<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-K1ycSRn5bE8/WBVSkXpH7kI/AAAAAAAAAt8/FMpyoPFv3uswTHYvew4glc43nAPwZo_NwCLcB/s1600/pensive_poet_large.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://4.bp.blogspot.com/-K1ycSRn5bE8/WBVSkXpH7kI/AAAAAAAAAt8/FMpyoPFv3uswTHYvew4glc43nAPwZo_NwCLcB/s1600/pensive_poet_large.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Dikisahkan bahwa suatu malam Sultan Murod Ar-Rabi` mengalami kegundahan yang sangat, dan dia tidak mengetahui sebabnya.<br /><br />Maka Sang Sultan memanggil kepala penjaga/sipir dan memberitahukan ttg keadaannya yg sedang gundah,<br />Dan memang merupakan kebiasaan Sultan bahwa dia sering memeriksa keadaan masyarakat/rakyatnya secara sembunyi-sembunyi.<br />Maka Sultan berkata kpd Kepala Sipir : Mari kita keluar, jalan-jalan di antara penduduk (guna memeriksa dan memantau keadaan mereka).<br /><br />Mereka pun berjalan hingga sampailah di sebuah penghujung desa, dan Sultan melihat seorang pria tergeletak di atas tanah.<br />Sultan menggerak-gerakannya (untuk memeriksa) dan ternyata pria tersebut telah tewas.<br /><br />Namun anehnya orang-orang yang melintasi dan berlalu lalang di sekitarnya tidak memperdulikannya.<br /><br />Maka Sultan pun memanggil mereka, tapi mereka tdk mengetahui Sang Sultan,<br />Mereka berseru : Ada apa?<br />Sultan : Kenapa pria ini tewas dan tdk seorangpun yang membawanya? Siapa dia? Dan dimana keluarganya?<br /><br />Mereka berujar : Ini orang zindiq, suka minum khomar, pezina.<br /><br />Sultan menimpali : Namun bukankah dia dari golongan umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam?<br />Ayo bawa dia ke rumah keluarganya.<br /><br />Maka mereka pun membawanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>BACA JUGA : <a href="https://gejebeka.blogspot.co.id/2016/10/kisah-seorang-kyai-dan-pelacur.html" target="_blank">Kisah Seorang Kyai dan Pelacur</a></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Ketika sampai di rumah, istrinya pun melihatnya dan langsung menangis.<br />Dan orang-orang pun mulai beranjak pergi, kecuali Sang Sultan dan Kepala Sipir.<br /><br />Di tengah tangisan si wanita (istri si mayit), dia berseru kepada Sultan (namun wanita tsb tdk mengetahuinya) : Semoga Allah merahmatimu wahai wali Allah, aku bersaksi bahwa engkau sungguh wali Allah.<br /><br />Maka terheranlah Sultan Murod dgn ucapan wanita tsb, dan berkata : Bagaimana mungkin aku termasuk wali Allah sementara orang-orang berkata buruk terhadap si mayit, hingga mereka enggan mengurusi mayatnya.<br />(Pen, Sultan merasa heran, bagaimana mungkin seorang zindiq ditolong oleh wali Allah)<br /><br />Wanita pun menjawab : Aku sudah duga hal itu,<br /><br />Sungguh suamiku setiap malam pergi ke penjual arak/khomar lantas membeli seberapa banyak yang dia bisa beli, kemudian membawanya ke rumah kami dan menumpahkan seluruh khomar ke toilet, dan dia (suami) berkata : Semoga aku bisa meringankan keburukan khomar dari kaum muslimin.<br /><br />Suamiku juga selalu pergi kepada para zaniah/pelacur dan memberinya uang, dan berkata : malam ini kau ku bayar dan jangan kau buka pintu rumahmu (utk melacur) hingga pagi,<br /><br />Kemudian suamiku kembali ke rumah dan berujar : Alhamdulillah, semoga dgn itu aku bisa meringankan keburukannya ( pelacur) dari pemuda-pemuda muslim malam ini.<br /><br />Namun sementara orang-orang menyaksikan dan mengetahui bahwa suamiku membeli khomar, dan masuk ke rumah pelacur,<br />Dan lantas mereka membicarakan suamiku dgn keburukan.<br /><br />Pernah suatu hari aku berkata pada suamiku : Sungguh jika seandainya engkau mati, maka tdk akan ada orang yang akan memandikanmu, menyolatkanmu, dan menguburkanmu.<br /><br />Suamikupun tersenyum dan menjawab : Jangan khawatir Sayangku… Sultan/Pemimpin kaum muslimin lah yang akan menyolatkanku beserta para ulama dan pembesar-pembesar negeri lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: large;">BACA JUGA : <a href="http://gejebeka.blogspot.com/2016/10/kyai-sodron-vs-belahan-dada-wanita.html" target="_blank">Kyai Sodron VS Belahan Dada Wanita</a></span></b><br />(Setelah mendengarnya) Sultan pun menangis lantas berkata : Suamimu benar,<br />Demi Allah aku adalah Sultan Murod Ar-Robi`,<br />Dan besok kami akan memandikan suamimu, menyolatkannya dan menguburkannya.<br /><br />Dan diantara yang menyaksikan jenazahnya adalah Sultan Murod, para ulama, para masyayikh dan seluruh penduduk kota.<br /><br />Maha Suci Allah, kita hanya bisa menilai orang dgn hanya melihat penampilan dan kulit luarnya dan kita pula hanya mendengar omongan orang.<br /><br />Maka sendainya jika kita mampu bijak, kita akan memandang dan menilai orang dari kebersihan hatinya,<br />Maka niscaya lisan kita akan kelu membisu dari menceritakan keburukan orang lain..<br /><br />Subhanallah….<br /><br />*Sultan Murad IV adalah Sultan Khilafah Utsmaniyah ke-17 (1623-1640).<br />Dia hidup pada tahun 1021-1049 H (1612-1640 M).<br />Dia diangkat menjadi Sultan Kekhilafahan Utsmaniyah pada usia 11 tahun. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Editor : Mohamad Asror M.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : <a href="http://beritabroadcast.web.id/kisah-peminum-khamr-dan-pezina-yang-ternyata-wali/" target="_blank">beritabroadcast.web.id</a></div>
</div>
GEMA SUARA PESANTRENhttp://www.blogger.com/profile/16617370781707429790noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556359350544836190.post-87167095506350915412016-10-29T10:26:00.000+07:002016-10-29T10:26:22.009+07:00Kisah Seorang Kyai dan Pelacur<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-qFTzE_ebWKk/WBQWbD9z70I/AAAAAAAAAto/MLcjGSIgCfwALnJCZcmmZa9K_cIYsaVPACLcB/s1600/hqdefault.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://1.bp.blogspot.com/-qFTzE_ebWKk/WBQWbD9z70I/AAAAAAAAAto/MLcjGSIgCfwALnJCZcmmZa9K_cIYsaVPACLcB/s320/hqdefault.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada seorang wanita yang kesehariannya hidup sendiri tanpa keluarga yang mendampinginya. Dia bekerja tiap malam untuk menghidupi dirinya sendiri. Pekerjaannya tidak lain adalah sebagai pelacur rendahan. Awalnya hanya sebagai pelacur jalanan. Setelah beberapa lama dia bekerja sebagai pelacur akhirnya dia mendapatkan pelanggan tetap. Karena dia mempunyai pelanggan tetap akhirnya pelacur tersebut mengotrak sebuah rumah sekaligus sebagi tempat kerjanya. Kebetulan rumah tersebut berada persis di depan sebuah pesantren besar yang mempunyai ribuan santri. Di dalam pesantren tersebut hidup seorang kyai besar yang tiap harinya mengurusi para santri, kehidupannya penuh dengan ibadah.<br /><br />Suatu saat dia melihat didepan pesantrennya ada rumah kecil yang selalu tertutup akan tetapi sering dikunjungi orang. Akhirnya dia tahu dari beberapa warga bahwa penghuni rumah tersebut adalah seorang wanita yang hidup sendirian. Setiap pagi hari dia memperhatikan rumah tersebut, jika pada waktu pagi sepi. Siang harinya juga dilihat lagi ternyata sepi. Sore harinya juga dilihat lagi ternyata masih sepi. Menginjak tengah malam dia melihat lagi ternyata ada satu mobil datang kerumahnya. Setelah melihat itu sang kyai semakin sering memperhatikannya. Satu persatu mobil yang mampir ke rumahnya dihitung seberapa banyak orang yang mampir ke rumahnya. Jadi setiap malam setiap hari sang kyai selalu memperhatikannya menghitung hitung berapa orang yang mampir ke rumahnya. Setiap kali melihat hal tersebut terbesit di dalam hati sang kyai “setiap hari aku melihat ini, berapa dosa yang dia kumpulkan hingga saat ini”<br /><br />Pada suatu hari setelah beberapa lama kemudian sang kyai wafat. Ribuan orang berdatangan untuk melayat dan menghantarkan ke liang kubur. Setelah kyai tersebut wafat anehnya rumah pelacur tersebut juga tampak sepi dan sunyi. Pagi, siang, sore hingga malam pintunya tak pernah terbuka dan lampunya selalu dalam keadaan mati.<br /><br />Setelah beberapa hari kemudian beberapa warga mencium bau tidak sedap dari rumah pelacur tersebut. Akhirnya warga membuka paksa rumah tersebut dan didapati si pelacur telah mati. Kematian tersebut diperkirakan bersamaan dengan kematian sang kyai.<br /><br />Sang kyai telah meninggal begitu juga pelacur tersebut juga meninggal. Dalam perjalanan akhirat mereka berdua bertemu di tengah jalan. mereka masing-masing didampingi satu malaikat. Akhirnya terjadilah dialog :<br /><br />Kyai : Hai pelacur kamu mau ke mana? Pelacur : Saya akan ke surga.<br /><br />Kyai : Tidak mungkin kamu ke surga karena hidup kamu penuh dengan dosa.<br /><br />Pelacur : Hidup saya memang penuh dengan dosa, tapi hal itu saya lakukan karena tidak ada pilihan lain dan saya tidak pernah berniat untuk melakukan hal tersebut.<br /><br />kyai : Saya yang akan menuju surga karena hidupku penuh dengan ibadah setiap hari.<br /><br />Kemudian kyai bertanya pada Malaikat:<br /><br />Kyai : Malaikat, apakah benar perempuan ini akan menuju surga..?<br /><br />Malaikat : Ya, benar perempuan ini menuju surga dan anda akan menuju neraka.<br /><br />Kyai : Tidak bisa.!!, kehidupan saya terbalik dengan dia. Hidup saya penuh dengan amal ibadah dan dia penuh dengan dosa. Pasti ada kesalahan. Saya tidak percaya ini, coba tanyakan pada Allah.<br /><br />Akhirnya Malaikat pergi menghadap Allah dan beberapa saat kemudian kembali lagi.<br /><br />Kyai : Bagaimana Malaikat? Saya pasti ke surga dan dia ke neraka.<br /><br />Malaikat : Tidak, kamu tetap keneraka dan perempuan ini ke surga.<br /><br />Kyai : Loh.. kok bisa?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-duLyky8BwSc/WBQWdSgV6aI/AAAAAAAAAts/F54CiFr6urcUGEwznArhoXzeUVNE40VkQCEw/s1600/ahli%2Btahajud%2Bdan%2Bpelacur.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="250" src="https://3.bp.blogspot.com/-duLyky8BwSc/WBQWdSgV6aI/AAAAAAAAAts/F54CiFr6urcUGEwznArhoXzeUVNE40VkQCEw/s400/ahli%2Btahajud%2Bdan%2Bpelacur.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Malaikat : Memang benar hidup kamu penuh dengan ibadah, pahala. Hidup kamu lebih baik dengan dia. Akan tetapi setiap kali kamu melihat rumahnya kamu selalu menghitung-hitung kesalahannya. Dan setiap kamu menghitung kesalahan perempuan ini pahalamu diberikan kepada perempuan ini sampai akhirnya pahalamu habis. Dan akhirnya perempuan ini masuk surga karena pahala yang kamu berikan. Bukankah kamu seorang kyai sudah tahu hal ini? Bukankan kamu seorang kyai sudah mengerti hal ini? Akan tetapi kenapa kamu masih saja menghitung-hitung kejelekan orang lain. Menghitung-hitung kesalahan orang lain.<br /><br />Mendengar penjelasan tersebut, sang kyai masih saja ngotot tidak menerima. Tapi apalah artinya sudah di akhirat. Penyesalanpun tiada artinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
GEMA SUARA PESANTRENhttp://www.blogger.com/profile/16617370781707429790noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-8556359350544836190.post-8365557138998885412016-10-29T09:52:00.001+07:002016-10-29T09:55:10.603+07:00Fakta Menarik Tentang Santri di Pesantren<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<b></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b><a href="https://1.bp.blogspot.com/-C7IqjmdirPI/WBQOPEjrcII/AAAAAAAAAtQ/yv2y8Vpm0r4LpZOeCYcYBAszjf6ShED5wCLcB/s1600/34584_134655776552351_2256259_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://1.bp.blogspot.com/-C7IqjmdirPI/WBQOPEjrcII/AAAAAAAAAtQ/yv2y8Vpm0r4LpZOeCYcYBAszjf6ShED5wCLcB/s320/34584_134655776552351_2256259_n.jpg" width="320" /></a></b></div>
<b> 1. Para santri ngetel (masak) sendiri</b><br />
Masak sendiri merupakan salah satu hal yang mendewasakan dalam dunia pesantren. Tempo dulu, ketika belum ada kompor, santri masak memakai kayu bakar. Ketika musim hujan tiba, tak jarang banyak hanger atau sandal jepit yang hilang. Ke mana hilangnya, ya, jelas ke tungku untuk memasak. Namun, sekarang jarang santri yang masak sendiri, seiring dengan perkembangan jaman. Jika mencari santri memasak di dapur, silakan cari pondok yang masih salaf.<br />
<b><br />2. Makan se-lengser bersama</b><br />
Inilah yang membuat apapun makanannya akan enak terasa. Santri yang memasak, ketika sudah siap saji, makanan ditiriskan di lengser atau daun pisang. Kemudian dimakan secara bersama-sama oleh 5 – 10 orang. Meski nasi dan sayur masih panas, para santri tak peduli untuk melahapnya. Soal tangan gosong atau lidah terbakar, itu soal nanti. Masalahnya, kalau tidak berani ambil resiko itu, dijamin tidak kenyang karena kalah dengan yang lain.<br />
<br />
<b>3. Antri mandi</b><br />
Pesantren yang jumlah santrinya ribuan, ketika pagi dan sore hari akan ada pemandangan menarik di kamar mandi atau kali (sungai). Satu kamar mandi, bisa antre tiga orang. Jika tak sabar, yang ngantri akan menggedor-gedor pintu. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya buang hajat dengan pintu digedor-gedor. Berbeda dengan kamar mandi, kalau mandi di sungai antrinya petelesan celana untuk santri putra. Sungguh menggelikan.<b><br /></b><b>4. Tidur di lantai berbantal pakaian kotor</b><br />
Dulu tak ada ceritanya santri tidur di kasur. Tidurnya cukup merebahkan badan di lantai kamar, depan kamar atau serambi masjid. Untuk bantal, pakaian kotor dikumpulkan lalu dibungkus dengan sarung. Hal itu sudah lebih dari cukup menghilangkan kantuk karena kesibukan ngaji pagi, siang sampai malam.<br />
<br />
<b>5. Berebut IN atau jajanan</b><br />
Sudah menjadi tradisi, ketika ada santri baru atau menerima wesel atau sehabis pulang selalu membawa aneka jajanan. Ketika si santri datang diantar orang-tua, seluruh anggota kamar akan bersikap dewasa dan melayani tamu dengan penuh penghormatan, seperti anjuran baginda nabi.<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-RkSklka5AzA/WBQOOigC3rI/AAAAAAAAAtM/rBMzVbjE39M2bq2j0kqQ3_N9bmwbPtC7QCEw/s1600/180610_190545154310545_2038603_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://1.bp.blogspot.com/-RkSklka5AzA/WBQOOigC3rI/AAAAAAAAAtM/rBMzVbjE39M2bq2j0kqQ3_N9bmwbPtC7QCEw/s400/180610_190545154310545_2038603_n.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Namun sejurus kemudian, ketika para tamu orang tua atau wali santri itu pulang, akan segera terjadi kegaduhan: berebut jajanan. Ini suatu tradisi yang lazim terjadi di pesantren-pesantren salaf, meski latar belakang santri adalah seorang yang mampu. Berebut I.N. atau jajanan ini menjadi suatu hal yang menarik dan menyenangkan.<br />
<br />
<b>6. Dikejar setoran</b><br />
Setoran disini bukanlah setoran yang lazim terjadi antara sopir angkot dengan juragannya, namun setoran hafalan nadzaman dan syair-syair kitab. Biasanya, seminggu sekali para santri setoran hafalan tersebut kepada sang ustadz. Jika tidak memenuhi target, si santri akan dita’zir dan lebih ekstrem lagi tak bisa naik kelas.<br />
<br />
<b>7. Mayoran</b><br />
Istilah mayoran dewasa ini jarang terdengar. Ini adalah manifestasi kekompakan atau rasa syukur santri setelah mengkhatamkan kitab. Biasanya, ada pengurus kelas yang menariki iuran lalu dibelikan daging. Daging, merupakan barang mewah bagi santri yang dengan kultur pesantren salaf rata-rata menyuruh untuk hidup senderhana, riyadlah dan tirakat. Namun, sepertinya tradisi mayoran ini sekarang lekang oleh waktu karena makanan mewah sudah ada dimana-mana.<br />
<br />
<b>8. Ta’zir (hukuman)</b><br />
Pesantren dimanapun memiliki peraturan. Jika ada santri yang melanggar, ia akan dihukum sesuai bobot pelanggarannya. Ada yang diceburkan ke kolam atau sungai, dicukur gundul atau dipajang di depan pesantren dengan mengalungkan papan bertuliskan kesalahannya. Ketika terjadi ta’ziran ini, biasanya semua santri menonton dan menyoraki. Ini pelajaran sekaligus tes mental dan melatih tanggung jawab.<br />
<br />
<b>9. Berebut mencium tangan kiai</b><br />
Pesantren salaf mengajarkan santri untuk memuliakan ilmu dan ahlinya. Salah satu bentuk memuliakan tersebut adalah bersalaman dan mencium tangan kiai. Ini terjadi di semua pesantren-pesantren salaf, kecuali pesantren modern. Selain itu, bersalaman dan mencium tangan kiai adalah sebuah upaya ngalap berkah agar mendapat ridla dari sang kiai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-hky7DCU3CxY/WBQOqmp3hwI/AAAAAAAAAtU/6ZQCMPfTaJU4NHoRFIcNc-65QRbKPtmhACLcB/s1600/946518_567600089938315_1773198000_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://4.bp.blogspot.com/-hky7DCU3CxY/WBQOqmp3hwI/AAAAAAAAAtU/6ZQCMPfTaJU4NHoRFIcNc-65QRbKPtmhACLcB/s400/946518_567600089938315_1773198000_n.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>10. Tirakat</b><br />
Terakhir dalam tulisan ini, adalah tirakat. Para santri biasanya meminta ijazah kepada kiai akan amalan-amalan tertentu seperti: ngrowot (tidak makan nasi), puasa, shalat jamaah, manaqib, mujahadah, dalalil dll. Amalan tersebut merupakan metode salafiyyah yang menjadi perekat masuknya ilmu ke hati. Jadi, jangan heran kalau ada santri yang makannya nasi aking (oyek, thiwul) karena itu ia sedang menjalankan misi spiritual. Bahkan, di pesantren tertentu, banyak santri yang mengamalkan ilmu kanuragan sehingga tak mempan bacok.<br />
<br />
Demikianlah fakta menarik tentang santri di pesantren yang dapat saya rangkum. Semoga, ke depan para santri terus dapat berkiprah membangun masyarakat, negara dan bangsa dalam domain agama Islam yang rahmatan lil alamin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Editor : Mohamad Asror M.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : <a href="http://santri.net/sejarah/kisah-islami/11-fakta-menarik-tentang-santri/" target="_blank">santri.net</a> </div>
</div>
GEMA SUARA PESANTRENhttp://www.blogger.com/profile/16617370781707429790noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8556359350544836190.post-76708021722311299502016-10-29T09:11:00.001+07:002016-10-29T09:11:33.382+07:00Kyai Sodron VS Belahan Dada Wanita<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/--RQaIqWUQf0/WBQFDBsZuxI/AAAAAAAAAs8/QIbMJ4ikuh8mqijeCDH5OxOsTVFXi02ZgCLcB/s1600/Untitled-1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://2.bp.blogspot.com/--RQaIqWUQf0/WBQFDBsZuxI/AAAAAAAAAs8/QIbMJ4ikuh8mqijeCDH5OxOsTVFXi02ZgCLcB/s320/Untitled-1.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Konon ada seorang Kyai
ndeso bernama Sodron (Bukan nama sebenarnya) yang meskipun tidak
memiliki banyak santri tapi cukup disegani dan dipandang punya kharisma
setidaknya di lingkungan kampungnya (setiap ada kendurian dia suruh
ngimami, kepepet kali..??)</div>
<div style="text-align: justify;">
Banyak sekali tamu yang sowan ke Kyai
Sodron ini. Dari yang hanya sebatas tanya tentang masalah-masalah Agama,
minta saran tentang menyikapi kerasnya kehidupan hingga minta do’a
barokah dalam segala macam urusan, kelancaran berbisnis, naik jabatan
terlebih saat berlangsungnya PILKADES, PILKADA, PILBUB dan PIL-PIL yang
lain he..he..</div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu hari Kyai ini didatangi oleh seorang tamu
wanita muda, cantik, manis, anggun dan berpakaian sexy dengan baju
berpotongan leher rendah sehingga (maaf) sebagian payudaranya bagian
atas menyembul dan kelihatan dari luar (ngga banyak sich... tapi cukup
menantang.. kembali lagi setidaknya menurut ukuran wong ndeso)</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah mempersilahkan masuk tamu wanitanya sang Kyai menyuruh salah
seorang Khodam (santri yang biasa membantu urusan ndalemnya Kyai)
membuatkan teh dan makanan ringan yang biasanya dihidangkan untuk para
tamu, Kyai pun menemui dan njagongi tamu wanitanya yang dari raut
wajahnya kelihatan sedang gundah gulana dan bermuram durja (kalau lagi
seneng biasanya lupa silaturrahim ulama…. Hukum alam, dah biasa..)</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Kyai.. Maksud kedatangan saya kemari pertama - tama mau silaturrahim,
kedua saya ingin minta saran dari Kyai, saya sedang dalam masalah rumit
kyai..?“ tutur tamu mulai mengungkapkan maksud kedatangannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sekiranya bisa, insya Alloh akan saya bantu,“ jawab Kyai seperti biasanya. “Monggo diceritakan masalahnya, Jeng.“</div>
<div style="text-align: justify;">
‘’Tapi maaf, Kyai. Untuk menceritakan saja saya nggak sanggup, Kyai.
Terlalu berat rasanya.“ sambung wanita muda yang dari sudut matanya
mulai terlihat berkaca - kaca.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Insya Allah setiap masalah ada solusinya, monggo cerita. Yakinlah, Jeng.”</div>
<div style="text-align: justify;">
"Saya nggak kuat lagi, Kyai. Sudah nggak ada artinya lagi hidup ini buat saya, Kyai."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Tenanglah, Jeng. Monggo diceritakan masalahnya, bagaimana saya bisa bantu kalau masalahnya saya nggak tahu, Jeng?"</div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil sesekali mengusap air mata yang mulai jatuh dan sesenggukan
karena menahan isak tangisnya wanita ini mulai bercerita, sementara Kyai
mendengarkan dengan seksama sambil memejamkan mata seolah ikut larut
dalam rangkaian kesedihan tamunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kyai, sudah dua tahun lalu
saya menikah dengan lelaki pilihan saya, pernikahan kami berjalan begitu
indah nyaris sempurna, tiada hari tanpa terlalui dengan kemesraan
bersama, kami benar-benar bahagia, Kyai. Hingga seminggu yang lalu
terjadi masalah dalam rumah tangga kami, Suami saya mulai bersikap aneh,
dia sering nggak jujur dan pulang larut malam, puncaknya semalam kami
bertengkar hebat dan dia bilang,...“ tanpa disadari wanita ini mulai
menangis sejadi - jadinya, “Dia mau nikah lagi, Kyai. Aku ngga mau
dimadu, aku ngga kuat, ngga mampu, aku cemburu“ </div>
<div style="text-align: justify;">
Begitu mendengar
akhir kisah wanita malang ini, sontak fikiran Kyai langsung hilang dia
terjerembab kebelakang dan pingsan tak sadarkan diri. Sementara santri
khodam yang baru masuk diruangan tamu terkejut lari tergopoh - gopoh
begitu melihat Kyainya pingsan. Dia berusaha membangunkan Kyainya agar
siuman, tapi percuma tak berhasil. Kemudian dia menoleh pada tamu wanita
yang sedang menangis sejadi - jadinya dalam posisi merundukkan badan,
santri khodam terkesima tak kuat melihat pemandangan yang terpampang
didepan matanya, diapun langsung pingsan tepat berada diatas tubuh
Kyainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menyadari kehadirannya bikin banyak orang susah wanita muda ini pergi berlalu begitu saja tanpa kata.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kenapa, Kang? Tadi sampean kok pingsan?" tanya Kyai pada santrinya setelah mereka berdua siuman.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Anu Kyai, itu lo anu.“ Santri khodam nggak mampu menjawab malah memerah wajahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
‘‘Anu apa..? Itu apa..?“ desak Kyai. </div>
<div style="text-align: justify;">
"Ngapunten'e, Kyai. Seumur - umur saya belum pernah lihat yang kayak begini, Kyai.” jawab santri malu - malu.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Lihat apa? “</div>
<div style="text-align: justify;">
“Tadi waktu perempuan itu nangis tanpa sadar badannya merunduk, dan
tanpa sadar pula mata saya tertuju pada belahan dadanya, saya ngga kuat
melihatnya langsung pingsan, Kyai“ jawab santri dengan begitu polosnya
dan tampak tersipu.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ha..ha..ha... Hoalah, Kang.. Kang.. Kamu kok
yo bisa - bisanya memanfaatkan kesempatan dalam kesusahan orang.
Ha..ha..ha…” Kyai tak henti - hentinya tertawa terbahak - bahak
mendengar kepolosan santrinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sepindah maleh, ngapunten'e Kyai.
Lha Kyai sendiri kok juga pingsan? Apa juga karena melihat seperti yang
saya lihat?” Tanya santri memberanikan diri.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ha..ha..ha.. Ada - ada saja kamu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Lha kenapa, Kyai?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kang, wanita tadi bercerita kalau sama suaminya dia mau dimadu, dia
sedang susah, dia sedang dilanda cemburu. Padahal,... (diam sejenak)
Rasulullah saw bersabda, ”Tidak ada satu pun yang lebih cemburu daripada
Allah” (H.R. Bukhari dan Muslim). Sementara dalam kehidupan ini aku
sendiri masih sering membuat Allah cemburu dengan menyayangi dan
mencintai sesuatu yang melebihi rasa sayang dan rasa cintaku kepada
Allah.” jawab Kyai menjelaskan kenapa dia pingsan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Si Santri pun manggut manggut tanda paham.</div>
</div>
GEMA SUARA PESANTRENhttp://www.blogger.com/profile/16617370781707429790noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556359350544836190.post-75721326579234419172016-10-28T16:15:00.002+07:002016-10-28T16:15:50.068+07:00Rahasia di Balik Lahirnya Nahdlatul 'Ulama Pada 16 Rajab 1344 H (31 januari 1926)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-Ps08IZW2YJM/WBMVNQtKNXI/AAAAAAAAArs/bs_AfJhMT70ucKKEsIm9rJHcB-tANzisgCLcB/s1600/ezgif.com-crop.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://3.bp.blogspot.com/-Ps08IZW2YJM/WBMVNQtKNXI/AAAAAAAAArs/bs_AfJhMT70ucKKEsIm9rJHcB-tANzisgCLcB/s1600/ezgif.com-crop.gif" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
(KH As’ad Syamsul Arifin adalah pelaku sejarah berdirinya NU,
beliaulah yang menjadi media penghubung dari KH. Kholil Bangkalan yang
memberi isyarat agar KH. Hasyim Asyari mendirikan Jam’iyah Ulama yang
akhirnya bernama Nahdlatul Ulama. Pidato ini awalnya berbahasa Madura
dan berikut adalah translit selengkapnya).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Assalamu’alaikum
Wr. Wb. yang akan saya sampaikan pada Anda tidak bersifat nasehat atau
pengarahan, tapi saya mau bercerita kepada Anda semua. ANDA suka
mendengarkan cerita? (Hadirin menjawab: Ya). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau suka
saya mau bercerita. Begini saudara-saudara. Tentunya yang hadir ini
kebanyakan warga NU, ya? Ya? (Hadirin menjawab: Ya). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau
ada selain warga NU tidak apa-apa ikut mendengarkan. Cuma yang saya
sampaikan ini tentang NU, Nahdlatul Ulama. Karena saya ini orang NU,
tidak boleh berubah-ubah, sudah NU. Jadi saya mau bercerita kepada anda
mengapa ada NU? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tentunya muballigh-muballigh yang lain
menceritakan isinya kitab. Kalau saya tidak. Sekarang saya ingin
bercerita tentang kenapa ada NU di Indonesia, apa sebabnya? Tolong
didengarkan ya, terutama para pengurus, Pengurus Cabang, MWC, Ranting,
kenapa ada NU di Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begini, umat Islam di
Indonesia ini mulai kira-kira 700 tahun dari sekarang, kurang lebih,
para auliya', pelopor-pelopor Rasulullah Saw. ini yang masuk ke
Indonesia membawa syariat Islam menurut aliran salah satu empat madzhab,
yang empat. Jadi, ulama, para auliya', para pelopor Rasulullah Saw.
masuk ke Indonesia pertama kali yang dibawa adalah Islam. Menurut orang
sekarang Islam Ahlussunah wal Jama’ah, syariat Islam dari Rasulullah
Saw. yang beraliran salah satu empat madzhab khususnya madzhab Syafi'i.
Ini yang terbesar yang ada di Indonesia. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Madzhab-madzhab
yang lain juga ada. Ini termasuk Islam Ahlussunah wal Jama’ah. Termasuk
yang dibawa Walisongo, yang dibawa Sunan Ampel, termasuk Raden Asmoro
ayahanda Sunan Ampel, termasuk Sunan Kalijogo, termasuk Sunan Gunung
Jati. Semua ini adalah ulama-ulama pelopor yang masuk ke Indonesia, yang
membawa syariat Islam Ahlussunah wal Jama’ah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kira-kira
tahun 1920, waktu saya ada di Bangkalan (Madura), di pondok Kyai Kholil.
Kira-kira tahun 1920, Kyai Muntaha Jengkebuan menantu Kyai Kholil,
mengundang tamu para ulama dari seluruh Indonesia. Secara bersamaan
tidak dengan berjanji datang bersama, sejumlah sekitar 66 ulama dari
seluruh Indonesia. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masing-masing ulama melaporkan:
“Bagaimana Kyai Muntaha, tolong sampaikan kepada Kyai Kholil, saya tidak
berani menyampaikannya. ini semua sudah berniat untuk sowan kepada
Hadhratus Syaikh. Ini tidak ada yang berani kalau bukan Anda yang
menyampaikannya.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kyai Muntaha berkata: “Apa keperluannya?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Begini,
sekarang ini mulai ada kelompok-kelompok yang sangat tidak senang
dengan ulama Salaf, tidak senang dengan kitab-kitab ulama Salaf. Yang
diikuti hanya al-Quran dan Hadits saja. Yang lain tidak perlu diikuti.
Bagaimana pendapat pelopor-pelopor Walisongo karena ini yang sudah
berjalan di Indonesia. Sebab rupanya kelompok ini melalui kekuasaan
pemerintah Jajahan, Hindia Belanda. Tolong disampaikan pada Kyai
Kholil.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum para tamu sampai ke kediaman Kyai Kholil
dan masih berada di Jengkuban, Kyai Kholil menyuruh Kyai Nasib: “Nasib,
ke sini! Bilang kepada Muntaha, di al-Quran sudah ada, sudah cukup:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="_5wj-" dir="rtl" style="text-align: justify;">
يُرِيدُونَ
أَن يُطْفِؤُواْ نُورَ اللّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللّهُ إِلاَّ
أَن يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ ﴿٣٢﴾</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Mereka
berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut
(ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain
menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak
menyukai.” (QS. at-Taubat ayat 32)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi kalau sudah dikehendaki oleh Allah Ta'ala, maka kehendakNya yang akan terjadi, tidak akan gagal. Bilang ya kepada Muntaha.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi
para tamu belum sowan sudah dijawab oleh Kyai (Kholil). Ini karomah
saudara, belum datang sudah dijawab keperluannya. Jadi para ulama tidak
menyampaikan apa-apa, Cuma bersalaman. “Saya puas sekarang” kata Kyai
Muntaha. Jadi saya belum sowan, sudah dijawab hajat saya ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun
1921-1922 ada musyawarah di Kawatan (Surabaya) di rumah Kyai Mas Alwi.
Ulama-ulama berkumpul sebanyak 46, bukan 66. Tapi hanya seluruh Jawa,
bermusyawarah termasuk Abah saya (KH. Syamsul Arifin), termasuk Kyai
Sidogiri, termasuk Kyai Hasan almarhum, Genggong, membahas masalah ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti
apa, seperti apa? Dari Barat Kyai Asnawi Qudus, Ulama-ulama Jombang
semua, Kyai Thohir. para Kyai berkata: “Tidak ada jadinya, tidak ada
kesimpulan.” Sampai tahun 1923, kata Kyai satu: “Mendirikan Jamiyah
(organisasi)”, kata yang lain: “Syarikat Islam ini saja diperkuat.” Kata
yang lain: “Organisasi yang sudah ada saja.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Belum ada
NU. (Sementara) yang lain sudah merajalela. Tabarruk-tabarruk sudah
tidak boleh. Orang minta berkah ke Ampel sudah tidak boleh. Minta
syafaat ke nenek moyang sudah tidak boleh. Ini sudah tidak dikehendaki.
Sudah ditolak semua oleh kelompok-kelompok tadi. Seperti apa bawaan ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-eLIJRg-4PoU/WBMWfkxjsVI/AAAAAAAAAr4/Nol3lyiodSsRUl05BBS-r5zL8ntpoksqACLcB/s1600/hadratus-syaikh-660x330.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://4.bp.blogspot.com/-eLIJRg-4PoU/WBMWfkxjsVI/AAAAAAAAAr4/Nol3lyiodSsRUl05BBS-r5zL8ntpoksqACLcB/s640/hadratus-syaikh-660x330.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian
ada satu ulama yang matur (menghadap) sama Kyai: “Kyai, saya menemukan
satu sejarah tulisan Sunan Ampel. Beliau menulis seperti ini (Kyai As'ad
berkata: “Kalau tidak salah ini kertas tebal. Saya masih kanak-kanak.
Belum dewasa hanya mendengarkan saja”): “Waktu saya (Sunan Ampel Raden
Rahmatullah) mengaji ke paman saya di Madinah, saya pernah pernah
bermimpi bertemu Rasulullah, seraya berkata kepada saya (Raden Rahmat):
“Islam Ahlussunah wal Jama’ah ini bawa hijrah ke Indonesia. Karena di
tempat kelahirannya ini sudah tidak mampu melaksanakan Syariat Islam
Ahlussunah wal Jama’ah. Bawa ke Indonesia.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi di Arab
sudah tidak mampu melaksanakan syariat Islam Ahlussunah wal Jama’ah.
Pada zaman Maulana Ahmad, belum ada istilah Wahabi, belum ada istilah
apa-apa. Ulama-ulama Indonesia ditugasi melakukan wasiat ini. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kesimpulannya
mari Istikharah. Jadi ulama berempat ini melakukannya. Ada yang ke
Sunan Ampel. Ada yang ke Sunan Giri. Dan ke sunan-sunan yang lain.
Paling tidak 40 hari. Ada 4 orang yang ditugasi ke Madinah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya,
tahun 1923 semua berkumpul, sama-sama melaporkan. Hasil laporan ini
tidak tahu siapa yang memegang. Apa Kyai Wahab, apa Kyai Bisri. Insya
Allah ada laporan lengkapnya. Dulu saya pernah minta sama Gus
Abdurrahman dan Gus Yusuf supaya dicari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesudah tidak
menemukan kesimpulan, tahun 1924, Kyai (Kholil) memanggil saya. Ya saya
ini. Saya tidak bercerita orang lain. Saya sendiri. Saya dipanggil:
“As'ad, ke sini kamu!” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Asalnya saya ini mengaji di pagi
hari, dimarahi oleh kyai, karena saya tidak bisa mengucapkan huruf Ra'.
Saya ini pelat (cadal). “Arrahman Arrahim…” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kyai marah: “Bagaimana kamu membaca al-Quran kok seperti ini? Disengaja apa tidak?!” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Saya tidak sengaja Kyai. Saya ini pelat.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kyai
kemudian keluar (Kyai Kholil melakukan sesuatu). Kemudian esok harinya
pelat saya ini hilang. Ini salah satu kekeramatan Kyai yang diberikan
kepada saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua, saya dipanggil lagi: “Mana yang cedal itu? Sudah sembuh cedalnya?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sudah Kyai.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ke sini. Besok kamu pergi ke Hasyim Asy’ari Jombang. Tahu rumahnya?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tahu.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kok tahu? Pernah mondok di sana?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tidak. Pernah sowan.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tongkat ini antarkan, berikan pada Hasyim. Ini tongkat kasihkan.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya, kyai.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kamu punya uang?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tidak punya, kyai.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ini.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya
diberikan uang Ringgit, uang perak yang bulat. Saya letakkan di
kantong. Tidak saya pakai. Sampai sekarang masih ada. Tidak beranak,
tapi berbuah (berkah). Beranaknya tidak ada. Kalau buahnya banyak. Saya
simpan. Ini berkah. Ini buahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah keesokan harinya saya mau berangkat, saya dipanggil lagi: “Ke sini kamu! Ada ongkosnya?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ada kyai.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tidak makan kamu? Tidak merokok kamu? Kamu kan suka merokok?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya
dikasih lagi 1 Ringgit bulat. Saya simpan lagi. Saya sudah punya 5
Rupiah. Uang ini tidak saya apa-apakan. Masih ada sampai sekarang. Kyai
keluar: “Ini (tongkat) kasihkan ya, (Kyai Kholil membaca QS. Thaha ayat
17-21):</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="_5wj-" dir="rtl" style="text-align: justify;">
وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ
يَا مُوسَى ﴿١٧﴾ قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا
عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى ﴿١٨﴾ قَالَ أَلْقِهَا يَا
مُوسَى ﴿١٩﴾ فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَى ﴿٢٠﴾ قَالَ خُذْهَا
وَلَا تَخَفْ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الْأُولَى ﴿٢١﴾</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Apakah
itu yang di tangan kananmu hai Musa? Berkata Musa: “Ini adalah
tongkatku, aku berpegangan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk
kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya.” Allah
berfirman: “Lemparkanlah ia, hai Musa!” Lalu dilemparkannyalah tongkat
itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.
Allah berfirman: “Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan
mengembalikannya kepada keadaannya semula.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena saya
ini namanya masih muda. Masih gagah. Sekarang saja sudah keriput. Gagah
pakai tongkat dilihat terus sama orang-orang. Kata orang Arab Ampel:
“Orang ini gila. Muda pegang tongkat.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada yang lain bilang: “Ini wali.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wah
macam-macam perkataan orang. Ada yang bilang gila, ada yang bilang
wali. Saya tidak mau tahu, saya hanya disuruh Kyai. Wali atau tidak,
gila atau tidak terserah kamu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya terus berjalan. Saya
terus diolok-olok, gila. Karena masih muda pakai tongkat. Jadi perkataan
orang tidak bisa diikuti. Rusak semua, yang menghina terlalu parah.
Yang memuji juga keterlaluan. Wali itu, kok tahu? Jadi ini ujian. Saya
diuji oleh Kyai. Saya terus jalan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sampai di Tebuireng, (Kyai Hasyim bertanya): “Siapa ini?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Saya, Kyai.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Anak mana?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Dari Madura, Kyai.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Siapa namanya?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“As'ad.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Anaknya siapa?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Anaknya Maimunah dan Syamsul Arifin.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Anaknya Maimunah kamu?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya, Kyai”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Keponakanku kamu, Nak. Ada apa?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Begini Kyai, saya disuruh Kyai (Kholil) untuk mengantar tongkat.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tongkat apa?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ini, Kyai.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sebentar, sebentar…”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ini orang yang sadar. Kyai ini pintar. Sadar, hadziq (cerdas). “Bagaimana ceritanya?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tongkat ini tidak langsung diambil. Tapi ditanya dulu mengapa saya diberi tongkat. Saya menyampaikan ayat:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="_5wj-" dir="rtl" style="text-align: justify;">
وَمَا
تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَا مُوسَى ﴿١٧﴾ قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ
عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى
﴿١٨﴾ قَالَ أَلْقِهَا يَا مُوسَى ﴿١٩﴾ فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ
تَسْعَى ﴿٢٠﴾ قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا
الْأُولَى ﴿٢١﴾</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Apakah itu yang di tangan kananmu hai
Musa? Berkata Musa: “Ini adalah tongkatku, aku berpegangan padanya, dan
aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi
keperluan yang lain padanya.” Allah berfirman: “Lemparkanlah ia, hai
Musa!” Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi
seekor ular yang merayap dengan cepat. Allah berfirman: “Peganglah ia
dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Alhamdulillah,
Nak. Saya ingin mendirikan Jam’iyah Ulama. Saya teruskan kalau begini.
Tongkat ini tongkat Nabi Musa yang diberikan Kyai Kholil kepada saya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Inilah
rencana mendirikan Jam’iyah Ulama. Belum ada Nahdlatul Ulama. Apa
katanya? Saya belum pernah mendengar kabar berdirinya Jam’iyah Ulama.
Saya tidak mengerti.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah itu saya mau pulang. “Mau pulang kamu?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya, Kyai.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Cukup uang sakunya?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Cukup, Kyai.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Saya cukup didoakan saja, Kyai.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya, mari. Haturkan sama Kyai, bahwa rencana saya untuk mendirikan Jam’iyah Ulama akan diteruskan.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Inilah asalnya Jam’iyatul Ulama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 1924 akhir, saya dipanggil lagi oleh Kyai Kholil: “As'ad, ke sini! Kamu tidak lupa rumahnya Hasyim?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tidak, Kyai.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Hasyim Asy'ari?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya, Kyai.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Di mana rumahnya.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tebuireng.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Dari mana asalnya?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Dari Keras (Jombang). Putranya Kyai Asy’ari Keras.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya, benar. Di mana Keras?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Di baratnya Seblak.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya, kok tahu kamu?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya, Kyai.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ini tasbih antarkan.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya, Kyai.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian
diberi uang 1 Ringgit dan rokok. Saya kumpulkan. Semuanya menjadi 3
Ringgit dengan yang dulu. Tidak ada yang saya pakai. Saya ingin tahu
buahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terus, pagi hari Kyai keluar dari Langgar: “Ke sini, makan dulu!” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tidak, Kyai. Sudah minum wedang dan jajan,”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Dari mana kamu dapat?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Saya beli di jalan, Kyai” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Jangan membeli di jalan! Jangan makan di jalan! Santri kok makan di jalan?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya, Kyai.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya makan di jalan dimarahami. Santri kok menjual harga dirinya? Akhirnya saya ditanya: “Cukup itu?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Cukup, Kyai.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tidak!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diberi
lagi oleh Kyai. Dikasih lagi 1 Ringgit. Saya simpan lagi. Kemudian
tasbih itu dipegang ujungnya: “Ya Jabbar, Ya Jabbar, Ya Jabbar. Ya
Qahhar, Ya Qahhar, Ya Qahhar.” Jadi Ya Jabbar 1 kali putaran tasbih. Ya
Qahhar 1 kali putaran tasbih. Saya disuruh dzikir.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ini.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Disuruh ambil. Saya tengadahkan leher saya. “Kok leher?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya, Kyai. Tolong diletakkan di leher saya supaya tidak terjatuh.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya, kalau begitu.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi
saya berkalung tasbih. Masih muda berkalung tasbih. Saya berjalan lagi,
bertemu kembali dengan yang membicarakan saya dulu: “Ini orang yang
megang tongkat itu? Wah.. Hadza majnun.” Ada yang bilang "wali", ya
seperti tadi. Jadi saya tidak menjawab. Saya tidak bicara kalau belum
bertemu Kyai. Saya berpuasa. Saya tidak bicara, tidak makan, tidak
merokok, karena amanatnya Kyai. Saya tidak berani berbuat apa-apa.
Sebagaimana kepada Rasulullah, ini kepada guru. Saya tidak berani. Saya
berpuasa. Saya tidak makan, tidak minum tidak merokok. Tidak terpakai
uang saya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada yang narik: “Karcis! karcis!” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya
tidak ditanya. Saya pikir ini karena tasbih dan tongkat. Saya pura-pura
tidur karena tidak punya karcis. Jadi selama perjalanan 2 kali saya
tidak pernah membeli karcis. Mungkin karena tidak melihat saya. Ini
sudah jelas keramatnya Kyai. Jadi Auliya' itu punya karomah. Saya
semakin yakin dengan karomah. Saya semakin yakin. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya lalu sampai di Tebuireng, Kyai (Hasyim) tanya: “Apa itu?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Saya mengantarkan tasbih.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Masya Allah, Masya Allah. Saya diperhatikan betul oleh guru saya. Mana tasbihnya?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ini, Kyai.” (dengan menjulurkan leher). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Lho?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ini,
Kyai. Tasbih ini dikalungkan oleh Kyai ke leher saya, sampai sekarang
saya tidak memegangnya. Saya takut su'ul adab (tidak sopan) kepada guru.
Sebab tasbih ini untuk Anda. Saya tidak akan berbuat apa-apa terhadap
barang milik Anda.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian diambil oleh Kyai: “Apa kata Kyai?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya Jabbar, Ya Jabbar, Ya Jabbar. Ya Qahhar, Ya Qahhar, Ya Qahhar.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Siapa yang berani pada NU akan hancur. Siapa yang berani pada ulama akan hancur.” Ini dawuhnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada
tahun 1925, Kyai Kholil wafat tanggal 29 Ramadhan. Banyak orang
berserakan. Akhirnya pada tahun 1926 bulan Rajab diresmikan Jam’iyatul
Ulama. Ini sudah dibuat, organisasi sudah disusun. Termasuk yang
menyusun adalah Kyai Dahlan dari Nganjuk, yang membuat anggaran dasar.
Kemudian para ulama sidang lagi untuk mengutus kepada Gubernur Jenderal.
Ya, seperti itulah yang dapat saya ceritakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Editor : Mohamad Asror M. </div>
</div>
GEMA SUARA PESANTRENhttp://www.blogger.com/profile/16617370781707429790noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8556359350544836190.post-19572563472871596302016-10-28T15:47:00.000+07:002016-10-28T15:49:27.343+07:00Biografi KH. As'ad Syamsul Arifin (1897-1990 M)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-UddXYPT2hiU/WBMPLx84QmI/AAAAAAAAArc/c7hE9OTWhnM8rFf3dw68j-3iHm70Zbw9QCLcB/s1600/Rotation%2Bof%2BSyamsul%2B%2BAs%2527ad.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://4.bp.blogspot.com/-UddXYPT2hiU/WBMPLx84QmI/AAAAAAAAArc/c7hE9OTWhnM8rFf3dw68j-3iHm70Zbw9QCLcB/s320/Rotation%2Bof%2BSyamsul%2B%2BAs%2527ad.jpg" width="224" /></a><b>A. Pendahuluan</b><br />
Kiai As’ad merupakan kiai desa yang popularitasnya telah membelah semesta Indonesia. Sekalipun tinggal di dusun, tepatnya Dusun Sukorejo Asembagus Situbondo, resonansi Kiai As’ad kerap menggelar di langit-langit percaturan nasional. Misalnya tatkala kebanyakan tokoh Islam menolak Pancasila, Kiai As’ad bersama dengan tokoh-tokoh NU yang lain, seperti Kiai Achmad Shiddiq dan Ali Ma’shum, dengan lantang tampil sebagai penerima utama Pancasila sebagai satu-satunya asas.<br />
<br />
Ketika sejumlah tokoh Islam mengutip argumen normatif atas penolakannya terhadap Pancasila, dengan tegas Kiai As’ad mengatakan bahwa secara substantif Pancasila tidak bertentangan dengan nilai-nilai al-Qur’an dan as-Sunnah. Walaupun tidak eksplisit kata al-Qur’an dan as-Sunnah tidak tercantum dalam sila-sila Pancasila, ajaran-ajaran fundamental Islam telah terpatri di sana.<br />
<br />
Atas sikap dan pendiriannya itu, Kia As’ad menuai berbagai kritik keras dari beberapa tokoh Islam. Berpuluh-puluh surat kaleng yang berisi cercaan, kecaman dan hinaan terhadap diri Kiai As’ad mengalir dengan deras ke rumah kediamannya. Bahkan Kiai As’ad pernah mendapatkan ancaman pembunuhan dari beberapa orang yang mengklaim sebagai pejuang dan pembela Islam. Singkat kata Kiai As’ad telah mengorbankan nyawa atas Pancasila sebagai Ideologi Nasional dan satu-satunya asas di Indonesia. Terhadap semuanya itu, Kiai As’ad menanggapinya dengan senyuman ramah sembari mengatakan bahwa kesabaran adalah persyaratan mutlak yang mesti dimiliki oleh seorang pemimpin.<br />
<br />
Dalam konteks ke-NU-an, Kiai As’ad merupakan satu-satunya orang yang ditunjuk oleh Mukhtamar NU ke-2 untuk menyusun “Ahlu al-Halli wa al-‘Aqdi” untuk selanjutnya membentuk kepengurusan PBNU setelah NU ke kembali ke Khittah 26, dimana Abdurrahman Wahid menjabat sebagai Ketua Umum PBNU pertama kalinya. Ia juga bersama para ulama sesepuh seperti, KH. Ali Ma’shum, KH. Makhrus Ali, dan KH. Achmad Siddiq, dikenal sebagai andalan untuk melerai kemelut yang melilit tubuh NU saat itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: large;">BACA JUGA : </span><a href="http://gejebeka.blogspot.co.id/2016/10/biografi-syaichona-kholil-bangkalan.html" target="_blank">Biografi Syaichona Kholil Bangkalan Madura (Gurunya Para ulama Besar di Jawa dan Madura)</a></b><br />
<br />
Penerimaan NU atas Pancasila sebagai satu-satunya asas sebelum ditetapkannya UU Ke-ormas-an, yang dikukuhkan oleh Munas NU di Pesantren Sukorejo, pasti tidak bisa dipisahkan dari pengaruh Kiai As’ad. Bahkan tekad NU untuk kembali ke Khittah 26 agaknya tidak luput dari peran yang dimainkannya bersama kiai-kiai yang lain.<br />
<br />
Kia As’ad juga termasuk Pengasuh Pondok Pesantren yang tergolong besar di Jawa Timur. Pesantren Salafiyah Syafi’iyah yang diwariskan oleh ayahhandanya, Kiai Syamsul Arifin, di tangan Kiai As’ad telah berkembang dengan pesat. Ribuan santri dari penjuru Nusantara, bahkan hingga dari manca negara seperti Malaysia, Brunai dan Mekkah belajar di pesantren asuhan Kiai As’ad. Kiai As’ad memang tipe ulama kharismatik. Pengaruh dan wibawanya tidak hanya terbatas pada satntrinya saja, tetapi juga merambah sampai ke level masyarakat bawah, terutama di Jawa Timur dan Pulau Madura.<br />
<br />
Waktu hidupnya, setiap hari di kediamannya tidak pernah sepi dari kunjungannya para tamu dari pelbagai lapisan sosial masyarakat, mulai dari rakyat bawah (grass root) hingga para pejabat tinggi dan tertinggi negara, mulai dari ujung barat Indonesia sampai ujung timur Indonesia.<br />
<br />
Dengan peran-perannya, maka wajar jika memori kolektif umat Islam Indonesia, terlebih warga NU, sangat lekat dengan nama Kiai As’ad Syamsul Arifin, seorang ulama dari Jawa Timur atau tepatnya dari Sukorejo Asembagus Situbondo Jawa Timur. Akan tetapi meskipun nama Kiai As’ad telah tersohor, ia tetap tampil dengan penuh kesederhanaan, tidak hidup mewah. Pakainnya serba putih dan rumahnya yang beratapkan rumbia adalah bukti kuat perihal kebersahajaannya ini. Kiai As’ad dikenal sebagai kiai yang zahid dan wari’. Ia seorang wali yang memiliki kemampuan kasyf yang tinggi.<br />
<b><br />B. Kelahiran dan Pendidikan</b><br />
<br />
Kiai As’ad Syamsul Arifin dilahirkan pada tahun 1897 M /1315 H di Syi’ib Ali, Makkah dari pasangan suami istri Raden Ibrahim dan Siti Maemunah. Ketika As’ad lahir, oleh ayahnya langsung dipeluk dan dibawa menuju Ka’bah. Jarak antara Syi’ib Ali dan Ka’bah memang tidak terlalu jauh sekitar 200 meter. Di sisi Baitullah itulah, sang ayah membisikkan kalimat adzan dan kemudian memberinya nama bayi laki-laki itu dengan As’ad.<br />
<br />
Berkaitan dengan nama As’ad tersebut terdapat suatu anekdot yang menarik. Alkisah, pemberian nama As’ad itu justru karena mimpi Raden Ibrahim tatkala sang istri, Siti Maemunah, sedang hamil tua. Konon, Raden Ibrahim bermimpi melihat kandungan istrinya membesar lalu melahirkan bayi berbulu macan seperti bulu singa. Di kedua bahunya tertulis kata Arab “Asad” yang berarti juga singa.<br />
<br />
Karena itu tatkala sang bayi lahir, serta merta Raden Ibrahim memasukkan kata Asad dalam namanya. Dus, jadilah nama bayi itu As’ad yang jika dibaca tanpa tanda petik, menjadi Asad yang bermakna singa. Asad juga memiliki nasab sampai ke Nabi Muhammad Saw. dan mempunyai hubungan darah dengan para wali penyebar Islam di Jawa, seperti Sunan Drajat dan Sunan Ampel. Sedangkan gelar Raden di depan namanya memang disematkan bagi anggota-anggota sebagian keluarga terpandang (aristokrat), sebagai salah satu penghormatan.<br />
<br />
Tatkala berusia 13 tahun, As’ad mondok di Banyuanyar di bawah asuhan Kiai Abdul Majid dan KH. Abdul Hamid.<br />
<br />
Setelah ikut membantu ayahnya mendirikan Pondok Pesantren Sukorejo, saat usianya 16 tahun ayahnya mengirim As’ad ke Makkah untuk memperdalam ilmu agama di sana. Ia masuk di Madrasah Shaulatiyah. Disamping belajar di madrasah, ia juga berguru kepada kepada Sayyid Abbas al-Maliki, Syekh Hasan al-Yamani, Syekh Hasan Masyath, Syekh Bakir, dan Syekh Syarif asy-Syinqithi. Sedang teman seangkatan saat itu adalah KH. Zaini Mun’im, KH. Ahmad Thoha, KH. Baidhawi Banyuanyar Pamekasan.<br />
<br />
Setelah beberapa tahun belajar di Makkah, pada tahun 1924 (kala itu As’ad berusia 25 tahun) ia kembali ke Tanah Air. Meski telah bertahun-tahun belajar di Makkah, Kiai As’ad merasa belum cukup ilmu untuk membantu mengajar di pondok. Karena itu setibanya di tanah air, As’ad kembali melakukan perjalanan keilmuan ke pesantren–pesantren lain, untuk belajar pada beberapa kiai. Dengan cara ini As’ad bukan hanya dapat memperkaya ilmunya sendiri dan sekaligus pengalaman hidupnya, tetapi bahkan memungkinkan terjadinya proses pertukaran keilmuan, yang pada gilirannya mendorong terjadinya pengayaan dunia keilmuan di lingkungan pesantren secara keseluruhan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: large;">BACA JUGA :</span> <a href="http://gejebeka.blogspot.co.id/2016/10/biografi-kh-mohammad-hasyim-asyari.html" target="_blank">Biografi KH Mohammad Hasyim Asy'ari ( Pendiri Nahdlatul Ulama )</a></b><br />
<br />
Dalam sejarahnya paling tidak As’ad pernah belajar sekurang-kurangnya di lima Pondok Pesantren, yakni Pesantren Sidogiri Pasuruan pada KH. Nawawi, Pesantren Siwalan Panji Buduran Sidoarjo pada KH. Khazin, Pesantren Nuqayah Guluk-guluk Sumenep, Pesantren Kademangan pada Kiai Muhammad Cholil Bangkalan dan Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Tebuireng pada KH. Hasyim Asy’ari.<br />
<br />
Di Pesantren Tebuireng itulah, Kiai As’ad memperoleh kesan mendalam sebagai seorang santri. Menurutnya, Tebuireng merupakan pesantren yang paling berpengaruh bagi pembentukan kepribadiannya. Bahkan setiap kali menyinggung Pesantren Tebuireng ia senantiasa menyebut KH. Hasyim Asy’ari sebagai guru terakhir yang paling banyak membentuk wataknya. Di pesantren inilah As’ad bertemu dengan pemuda-pemuda yang kelak menjadi tokoh dan pendiri pesantren, seperti KH. Wahab Hasbullah. Pengasuh Pondok Pesantren Tambak Beras Jombang, KH. Abdul Karim atau Mbah Manaf Lirboyo Kediri, KH. Abbas Buntet Cirebon.<br />
<br />
Dari teropong intelektualitasnya, Kiai As’ad telah menulis karya-karya yang sebagian besarnya adalah bidang tasawuf dan beberapa bidang fiqih. Sekalipun As’ad lama belajar di Makkah, namun kitab-kitab yang disusun semuanya menggunkan bahasa lokal yakni bahasa Madura. Karena ia paham pembaca kitabnya (santri) sebagian besar dari kepulauan Madura serta agar ide-ide yang tepat sasaran dan mudah dimengerti.<br />
<br />
<b>C. Perjuangan dan Pengabdian</b><br />
<br />
Tepat pada tahun 1938, As’ad mulai mengajar di Pondok Pesantren Sukorejo. Materi yang diajarkan kepada para santri Sukorejo adalah ilmu tauhid elementer yang dikenal dengan Aqidah al-‘Awam karangan Syekh Ahmad al-Marzuqi al-Maliki al-Makki.<br />
<br />
Dalam pelajaran Fiqih menggunkan kitab Sullam at-Taufiq karya al-Habib Abdullah bin Husain bin Thahir Ba’alwi (w. 1272 H/1855 M) dan Safinah an-Najah karya Syekh Salim bin Abdullah bin Samir al-Hadramani yang tinggal di Batavia pada pertengahan abad ke-19.<br />
<br />
Tahun berikutnya 1939, Kiai As’ad menambah lagi materi pelajaran beberapa kitab antara lain, at-Tashrif li al-‘Izzi karya Syekh ‘Izzudin Ibrahim dan al-Ajrumiyah karya Syekh Abu Abdillah Muhammad ibn Daud ash-Shanhaji bin Ajurum (w. 723 H), al-Amtsilah at-Tashrifiyah li al-Madaris as-Salafiyah karya ulama Jawa KH. Muhammad Ma’shum ibn Ali dari Jombang. Materi ini selalu dibaca setelah shalat Isya’.<br />
<br />
Sedangkan kitab tasawuf, Bidayah al-Hidayah karya Hujjatul Islam Abu hamid al-Ghazali (w. 1111 H), kitab fiqih at-Taqrib fi al-Fiqh dan Kifayah al-Akhyar karya Syekh ad-Dimasyqi (w. 829 H) biasa dibaca setiap habis Shubuh.<br />
<br />
Selain kitab-kitab di atas, Kiai As’ad juga mewajibkan untuk membaca Qashidah al-Burdah, a-Daiba’i atau al-Barzanji secara berjama’ah setiap Kamis (malam Jum’at) di masjid atau mushalla. Bacaan Ratib al-Haddad juga dibaca pada peristiwa-peristiwa tertentu dalam berbagai ritual yang mengiringi siklus kelahiran seseorang dan untuk menangkal bahaya (tolak bala’).<br />
<br />
Seperti lazimnya pondok pesantren salaf yang banyak memfokuskan orientasi keilmuannya pada hafalan, Kiai As’ad yang kala itu masih muda, energik dan kharismatik telah menggunakan sistem pengajaran dengan cara hafalan. Dimana pelaksanaan hafalan itu dilakukan dengan cukup serius dan ketat. Bagi santri yang telah diberi kelonggaran waktu tidak memenuhi tugas dan tidak menguasai hafalan yang ditetapkan Kiai As’ad maka harus menerima sanksi hukuman yang berat dari Kiai As’ad muda.<br />
<br />
Kegiatan belajar mengajar saat itu masih sangat sederhana, sebab dilakukan di serambi masjid tanpa tempat duduk dan papan tulis. Dan para santri berpakaian khas Jawa (pakai blangkon) dengan menggunakan sistem klasikal hanya sampai di kelas IV.<br />
<br />
Selanjutnya, sejak tahun 1950-an, Kiai As’ad mulai memberikan pelajaran tentang Tafsir al-Qur’an dengan Kitab Tafsir Jalalain karya Syekh Jalaluddin as-Suyuthi dan Syekh Jalaluddin al-Mahalli, khusus pada bulan Ramadhan dibaca selama 20 hari.<br />
<br />
Seperti halnya pesantren pada saat itu, sistem pendidikan yang diterapkan adalah sorogan, wetonan dan bandongan. Baru setelah sistem pengajaran melanda banyak pesantren, pengajaran di Pesantren Sukorejo juga berubah menjadi klasikal dengan ditandai berdirinya lembaga-lembaga pendidikan formal yang berjenjangan dari tingkat MI, MTs hingga Madrasah Aliyah.<br />
<br />
Pada tahun 1951, ayahanda KH. As’ad meninggal dunia. Kia As’ad sebagai putra sulung, langsung menggantikan posisi ayahnya sebagai pengasuh. Semenjak itu Kiai As’ad memfokuskan perhatiannya ke pesantren, kendatipun sesungguhnya mulai tahun 1925 sudah terlibat ikut mengurusinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-8q_3mLocfTo/WBMPKXhL7jI/AAAAAAAAArY/62gvprQvtKIcAG86GRC86Fil12E-NlZZgCEw/s1600/5%2BWasiat%2BKHR%2BAs%2527ad%2BSyamsul%2BArifin.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="266" src="https://3.bp.blogspot.com/-8q_3mLocfTo/WBMPKXhL7jI/AAAAAAAAArY/62gvprQvtKIcAG86GRC86Fil12E-NlZZgCEw/s400/5%2BWasiat%2BKHR%2BAs%2527ad%2BSyamsul%2BArifin.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selama masa kepemimpinannya, banyak pihak mengakui keberhasilan Kiai As’ad di dalam mengembangkan dan memajukan pesantren tersebut. Pertama, tepat pada 14 Maret 1968 M/13 Dzulhijjah 1388 H, Kiai As’ad mendirikan sebuah Universitas, UNNIB (Universitas Nahdlatul Ulama Ibrahimy ) dengan satu fakultas Syari’ah, yang kemudian dalam perkembangannya berubah status menjadi Institut dengan tiga Fakultas, Syari’ah, Tabiyah dan Dakwah.<br />
<br />
Kedua, pada tahun 1980 Kiai As’ad mendirikan SD Ibrahimy, SMP Ibrahimy, SMA Ibrahimy dan SMEA Ibrahimy. Dengan demikian pesantren menggunakan dua kurikulum secara sekaligus yakni kurikulum pesantren dan kurikulum pemerintah.<br />
<br />
Dua tahun sebelum wafat, Kiai As’ad secara berturut-turut mendirikan dua lembaga pendidikan:<br />
<br />
1. Madrasah al-Qur’an, diperuntukkan bagi yang ingin menghafal al-Qur’an<br />
2. Al-Ma’had al-‘Aliy li al-‘Ulum al-Islamiyah Syu’bah al-Fiqh, khusus bagi mereka yang ingin memahami dan memperdalam Fiqih dan Ushul Fiqih. Lembaga yang terakhir ini didirikan ketika terjadi kekhawatiran tentang terjadinya kelangkaan ulama fuqaha, yang mampu merespon persoalan-persoalan zaman yang cenderung semakin kompleks.<br />
<br />
Lembaga yang terakhir ini menjadi fokus perhatian Kiai As’ad sampai akhir hayatnya. Kiai kharismatik ini meninggal pada 4 Agustus 1990, di kediamannya Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo Jawa Timur.<br />
<br />
<b>D. Corak Pemikiran</b><br />
<br />
Kiai As’ad dikenal sangat memahami berbagai kitab kuning, minimal dalam empat bidang ilmu, yaitu ilmu alat (nahwu, sharaf, dan balaghah), ilmu tauhid, ilmu tafsir dan ilmu fiqih. Untuk dapat memahami corak pemikiran beliau terdapat dua hal yang harus dilakukan. Pertama, dengan menyimak pesan-pesannya yag disampaikan dalam berbagai forum yang didokumentasikan melalui audio maupun kaset. Kedua dengan membaca beberapa buah karya beliau, baik dalam bidang fiqih ataupun dalam bidang tasawuf.<br />
<br />
Dalam paham keagamaan, pikiran yang paling mendasar dari Kiai As’ad adalah pembelaannya terhadap cara beragama dengan sistem madzhab. Inilah pandangan yang erat kaitannya dengan sikap beragama dari mayoritas kaum muslim yang selama ini disebut Ahlussunnah wal Jama’ah. Paham bermadzhab ini timbul sebagai upaya untuk memahami ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah secara benar. Sebab dalam sejarhnya, berbagai upaya pemahaman terhadap dua sumber utama ajaran Islam itu sering menimbulkan perselisihan pendapat.<br />
<br />
Bahkan, setelah Rasulullah Saw. wafat perselisihan itu sudah mulai meruncing. Tepatnya, sesudah kekuasaan tasyri’ dikendalikan oleh para sahabat, perselisihan itu timbul dan tidak mungkin lagi dihindarkan. Perselisihan ini kemudian melahirkan para pemikir besar (mujtahid) dalam bidang keagamaan. Karena jumlah mujtahid itu sangat banyak dan pikiran mereka tidak mudah dirumuskan secara sederhana, maka Kiai As’ad menyimpulkan untuk mengikuti madzhab yang empat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: large;">BACA JUGA : </span><a href="http://gejebeka.blogspot.co.id/2016/10/biografi-kh-abdul-wahab-hasbullah.html" target="_blank">Biografi KH. Abdul Wahab Hasbullah</a></b><br />
<br />
Menurut Kiai As’ad, sebenarnya bukan hanya empat madzhab yang kita kenal. Ada banyak madzhab dan semuanya boleh diikuti seperti, Sufyan at-Tsauri, Ishaq ibn Rawahah, dan Dawud adz-Dzahiri, dengan satu catatan tidak mengikuti pendapat-pendapat mereka yang tertuang dalam literatur namun tidak terkodifikasi dengan baik atau dengan kata lain rantai pemikiran mereka terputus. Mengikuti pendapat mereka dikhawatirkan menyimpang dari pendapat pendirinya karena tidak ada pelestarian kodifikaisi tadi.<br />
<br />
Bagi seorang muslim yang mampu melakukan ijtihad, menurut Kiai As’ad, diharamkan taklid. Namun bagi mereka yang mau melakukan ijtihad berlaku syarat-syarat yang sangat ketat. Sementara bagi yang tidak mampu melakukan ijtihad, silakan bertaklid kepada seorang mujtahid: “Man qallada ‘aliman laqiya saliman.”<br />
<br />
Pada spektrum yang lain, Kiai As’ad juga mendalami ilmu thariqat. Menurut pendapatnya terdapat 40 thariqat yang sudah dipelajari secara mendalam. Dari masing-masing aliran, Kiai As’ad mendapat ijazah (izin) untuk mengamalkan dan mengajarkannya sebagai mursyid. Thariqat Naqsyabandiyah dan Qadiriyah inilah yang diamalkan Kiai As’ad sampai wafat.<br />
<br />
Pengamalannya terhadap thariqat tersebut tercermin pada kehidupannya sehari-hari yang sufistik. Hidupnya sangat sederhana, Kia As’ad tinggal di rumah sangat sederhana di lingkungan perumahan keluarga pengasuh pesantren. Meskipun Kiai As’ad pimpinan tertinggi di pesantren tersebut, rumahnya tampak lebih sederhana ketimbang rumah pengasuh pesantren yang lain, bahkan bila dibanding dengan bangunan untuk para santri sekalipun.<br />
<br />
Bangunan kamar-kamar santri yang cukup mewah dan modern, sementara rumah yang ditempati Kiai As’ad hanya bangunan semi permanen dengan ukuran kurang lebih 3×6 meter. Singgasana Kiai As’ad hanyalah amben yang dialasi tikar pandan dalam ruang dengan lantai dari tanah. Di situlah Kiai As’ad menerima tamu dari yang pejabat sampai ke petinggi negara sebagai ruang tamu dan ruang tidur. Pakaian kebesaran yang dikenakan dalam segala situasi dan kondisi pun tetap, terdiri atas baju piyama putih, sarung palekat putih, kopiah putih dan sandal selop.<br />
<br />
Kesederhanaan sudah menjadi pilihan Kiai As’ad. Padahal beliau adalah seorang hartawan, kekayaannya melimpah ruah. Usaha pertokoan di bidang bisnis di kota Situbondo dan Asembagus terbilang sukses dan berskala besar. Belum lagi di kawasan wisata, baik di Situbondo maupun di Bali beliau memilki restoran yang cukup laris. Di Makkah tempat ia menuntut ilmu, ia juga memiliki rumah berlantai tujuh, yang setiap musim haji disewakan sebagai penginapan jamaah Haji. Belum lagi terhitung sawah, tambak dan perahunya di berbagai tempat sekitar Situbondo, Jember, Bondowoso dan Banyuwangi.<br />
<br />
Meski sebagai penganut thariqat yang taat, ia tidak pernah mengajak santrinya untuk mempelajari dan mengamalkan thariqat, lebih-lebih mengajarkannya. Ia memandang bahwa thariqat memiliki konsekuensi yang cukup berat. Bagi orang yang imannya belum kuat, ilmu agamanya belum cukup luas, dan belum cukup usia, bisa tersesat dalam kemusyrikan. Karena itu, dia berpesan: “Hati-hati mengikuti thariqat.”<br />
<br />
Dalam beberapa forum, baik dengan para santrinya yang masih aktif maupun dengan para alumninya yang sudah pulang, Kiai As’ad sering menjelaskan bahwa thariqat yang paling baik adalah Nahdlatul Ulama. Lebih jauh, ia berharap kepada para santrinya tatkala sudah pulang ke kampung halamannya untuk menjadikan NU sebagai thariqat perjuangannya. Tidak jarang, ia melarang para santrinya untuk mengamalkan thariqat tertentu.<br />
<br />
Walaupun Kiai As’ad adalah seorang pengamal thariqat, ia tidak segan-segan untuk menyorot bidang thariqat juga. Thariqat sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah jelas tidak ditentang, namun tidak semua thariqat berjalan sesuai dengan tuntunan syari’at, sehingga beliau senantiasa menjelaskan duduk persoalan baik dalam deramah-ceramahnya maupun dalam berbagai kitab karyanya.<br />
<br />
Salah satu thariqat yang menjadi kritik Kiai As’ad adalah thariqat Tijaniyah. Menurut analisis Martin Van Bruinessen, Kia As’ad sedang gusar dan merasakan kemajuan thariqat Tijaniyah sedang mengancam kekuasaannya sendiri, dan dia melawannya secara berhadap-hadapan, dengan menggunakan seluruh pengaruh yang dapat ia kerahkan. Kiai As’ad menemukan sebuah risalah anti Tijaniyah yang telah memainkan peranan penting dalam polemik tahun 1920-an dan mencetaknya kembali serta menyebarkannya secara luas, baik dalam bentuk aslinya yang berbahasa Arab maupun terjemahan dalam bahasa Madura.<br />
<br />
Begitu juga Kiai As’ad seringkali melancarkan kritik pedas terhadap modernisme yang memandang rasio sebagai segalanya. Salah satu kritik tajam yang dilontarkan Kiai As’ad terhadap manusia modern adalah mereka dinilai dilanda kehampaan spiritual. Kemajuan pesat dalam bidang ilmu dan filsafat rasionalisme sejak abad ke-18, yang diraskan tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok manusia dalam aspek nilai-nilai transenden, satu kebutuhan vital yang hanya bisa digali dari sumber Wahyu Ilahi. Banyak orang pandai, pinter dan cerdas yang tidak bisa memperbaiki dirinya sendiri.<br />
<br />
Sedangkan pada pemikiran politik, Kiai As’ad tampaknya sejalan dengan doktrin politik Sunni sebagaimana yang dikembangkan oleh Imam al-Mawardi dan Imam al-Ghazali. Pada dasarnya doktrin ini adalah sangat akomodatif terhadap penguasa. Hal ini dikarenakan doktrin ini dirumuskan posisi rakyat sangat lemah vis a vis penguasa (khalifah), sehingga rakyat diminta untuk patuh dan taat terhadap penguasa. Dengan pemahaman ini, kita dapat memaklumi mengapa, misalnya beberapa tokoh NU termasuk Kiai As’ad dalam beberapa hal terkesan sangat akomodatif terhadap pemerintah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Editor : Mohamad Asror M.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : <a href="https://cakholiq.wordpress.com/2013/03/29/sekilas-manaqib-kh-raden-asad-syamsul-arifin/" target="_blank">cakholiq.wordpress.com</a></div>
</div>
GEMA SUARA PESANTRENhttp://www.blogger.com/profile/16617370781707429790noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556359350544836190.post-25554068457911284832016-10-28T10:49:00.001+07:002016-10-28T10:52:39.759+07:00Sejarah Singkat Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-CeYbEIXJIbk/WBLKX4KThII/AAAAAAAAArE/IVEAFDE4Cg4ofO9K3HkQF0aCflKKecsZwCLcB/s1600/asxd.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="182" src="https://2.bp.blogspot.com/-CeYbEIXJIbk/WBLKX4KThII/AAAAAAAAArE/IVEAFDE4Cg4ofO9K3HkQF0aCflKKecsZwCLcB/s320/asxd.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejarah Singkat Sumpah Pemuda 28 Oktober. Hari sumpah pemuda di Indonesia diperingati setiap tanggal 28 Oktober. Pada tahun ini sumpah pemuda jatuh pada hari jumat 28 Oktober 2016. Untuk mengetahui lebih lengkap peristiwa sumpah pemuda di Indonesia, mari kita kita pelajari bersama sejarah singkatnya.<br />
<br />
Sumpah Pemuda merupakan suatu pengakuan dari Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928, yang merupakan hasil rumusan dari Kerapatan Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II Indonesia yang hingga kini setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.<br />
<br />
Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat. Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai wakil organisasi kepemudaan yaitu Jong Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dsb serta pengamat dari pemuda tiong hoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-GqoBeal3W-4/WBLKYF2k--I/AAAAAAAAArI/xq_9dWJyCJ8xYnPdjGfIEZWky50uCUSIQCLcB/s1600/sumpah-pemuda.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="280" src="https://1.bp.blogspot.com/-GqoBeal3W-4/WBLKYF2k--I/AAAAAAAAArI/xq_9dWJyCJ8xYnPdjGfIEZWky50uCUSIQCLcB/s640/sumpah-pemuda.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: large;">BACA JUGA :</span> <a href="http://gejebeka.blogspot.co.id/2016/10/mengapa-mutu-pendidikan-di-indonesia.html" target="_blank">Mengapa Mutu Pendidikan di Indonesia Masih Rendah?</a></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Rapat pertama dilakukan pada hari Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPPI Sugondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan<br />
<br />
Rapat kedua dilaksanakan pada hari Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.<br />
<br />
Rapat penutup dilakukan di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106. Dalam rapat tersebut Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.<br />
<br />
Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin<br />
<br />
<b>Isi Dari Sumpah Pemuda Hasil Kongres Pemuda Kedua adalah sebagai berikut :</b><br />
PERTAMA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Indonesia).<br />
<br />
KEDOEA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia).<br />
<br />
KETIGA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Editor : Mohamad Asror M.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : <a href="http://www.orbitindo.com/10705/2016/10/27/sejarah-singkat-sumpah-pemuda-28-oktober/" target="_blank">www.orbitindo.com</a></div>
</div>
GEMA SUARA PESANTRENhttp://www.blogger.com/profile/16617370781707429790noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556359350544836190.post-27995325208410696722016-10-25T16:47:00.002+07:002016-10-28T15:48:56.810+07:00Biografi KH. Abdul Wahab Hasbullah (1888-1971 M)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-Dh2yV78w-mc/WA8pICkFLhI/AAAAAAAAAqo/h8gNgw62RlstPUE8fxZbYc660YFIPnWjACLcB/s1600/KH-Wahab-Hasbullah-300x300.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://3.bp.blogspot.com/-Dh2yV78w-mc/WA8pICkFLhI/AAAAAAAAAqo/h8gNgw62RlstPUE8fxZbYc660YFIPnWjACLcB/s1600/KH-Wahab-Hasbullah-300x300.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>A. BIOGRAFI KIAI WAHAB HASBULLAH</b><br />
<b>Kelahiran dan Masa Kanak-Kanak</b><br />
Kiai Abdul Wahab Hasbullah lahir dari pasangan Kiai Hasbullah dan Nyai Latifah, pada Maret 1888 di Tambakberas, Jombang, Jawa Timur. Wahab Hasbullah kecil banyak menghabiskan waktunya untuk bermain dan bersenang-senang layaknya anak-anak kecil masa itu. Semenjak kanak-kanak, Wahab Hasbullah dikenal sebagai pemimpin dalam segala permainan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>Silsilah Keturunan</b><br />
K.H. Wahab Hasbullah berasal dari keturunan Raja Brawijaya IV dan bertemu dengan silsilah K.H. Hasyim Asy’ari pada datuk yang bernama Kiai Soichah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b> Pendidikan</b><br />
Masa pendidikan K.H. Abdul Wahab Hasbullah dari kecil hingga besar banyak dihabiskan di pondok pesantren. Selama kurang lebih 20 tahun, ia secara intensif menggali pengetahuan keagamaan dari beberapa pesantren. Karena tumbuh dilingkungan pondok pesantren, mulai sejak dini ia diajarkan ilmu agama dan moral pada tingkat dasar. Termasuk dalam hal ini tentu diajarkan seni Islam seperti kaligrafi, hadrah, barjanji, diba’, dan sholawat. Kemudian tak lupa diajarkan tradisi yang menghormati leluhur dan keilmuan para leluhur, yaitu dengan berziarah ke makam-makam leluhur dan melakukan tawasul. Beliau dididik ayahnya sendiri cara hidup,seorang santri. Diajaknya shalat berjamaah, dan sesekali dibangunkan malam hari untuk shalat tahajjud. Kemudian Wahab Hasbullah membimbingnya untuk menghafalkan Juz ‘Amma dan membaca Al Quran dengan tartil dan fasih. Lalu beliau dididik mengenal kitab-kitab kuning, dari kitab yang paling kecil dan isinya diperlukan untuk amaliyah sehari-hari. Misalnya: Kitab Safinatunnaja, Fathul Qorib, Fathul Mu’in, Fathul Wahab, Muhadzdzab dan Al Majmu’. Wahab Hasbullah juga belajar Ilmu Tauhid, Tafsir, Ulumul Quran, Hadits, dan Ulumul Hadits.<br />
Kemauan yang keras untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya tampak semenjak masa kecilnya yang tekun dan cerdas memahami berbagai ilmu yang dipelajarinya. Selama enam tahun awal pendidikannya, ia dididik langsung oleh ayahnya, baru ketika berusia 13 tahun, Wahab Hasbullah merantau untuk menuntut ilmu. Maka beliau pergi ke satu pesantren ke pesantren lainnya.<br />
Diantara pesantren yang pernah disinggahi Wahab Hasbullah adalah sebagai berikut:<br />
1. Pesantren Langitan Tuban.<br />
2. Pesantren Mojosari, Nganjuk.<br />
3. Pesantren Cempaka.<br />
4. Pesantren Tawangsari, Sepanjang.<br />
5. Pesantren Kademangan Bangkalan, Madura dibawah asuhan Kiai Kholil Bangkalan.<br />
6. Pesantren Branggahan, Kediri.<br />
7. Pesantren Tebu Ireng, Jombang dibawah asuhan K.H. Hasyim Asy’ari.<br />
Khusus di Pesantren Tebu Ireng, ia cukup lama menjadi santri. Hal ini terbukti, kurang lebih selama 4 tahun, ia menjadi “lurah pondok”, sebuah jabatan tertinggi yang dapat dicicipi seorang santri dalam sebuah pesantren, sebagai bukti kepercayaan kiai dan pesantren tersebut (Mashyuri, 2008:83).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>Menikah dan Membina Rumah Tangga</b><br />
Pada tahun 1914, Abdul Wahab Hasbullah menikah dengan Kiai Musa yang bernama Maimunah. Sejak itu ia tinggal bersama mertua di kampong Kertopaten Surabaya. Dari perkawinan ini lahir seorang anak laki-laki pada tahun 1916 bernama Wahib, yang kemudian dikenal sebagai Kiai Wahab Wahib. Namun, pernikahan dan membina rumah tangga ini tidak berlangsung lama. Istrinya meninggal sewaktu mereka berdua menjalankan ibadah haji pada tahun 1921. Setelah itu Kiai Wahab Hasbullah menikah lagi dengan perempuan bernama Alawiyah, pitri Kiai Alwi. Namun pernikahan ini pun tidak berlangsung lama sebeb setelah mendapatkan putra, istrinya meninggal. Begitu juga untuk ketiga kalinya ia menikah lagi, namun pernikahannya tidak berlangsung lama. Tidak jelas siapakah nama istri ketiganya ini, Juga, penyebab terputusnya pernikahan yang tidak lama tersebut, apakah karena istrinya meninggal atau bercerai.<br />
Dari sini beliau menikah lagi, pernikahan keempat dilakukan dengan Asnah, putrid Kiai Sa’id, seorang pedagang dari Surabaya dan memperoleh empat orang anak, salah satunya bernama Kiai Nadjib (almarhum) yang sekanjutnya mengasuh Pesantren Tambakberas.<br />
Namun lagi-lagi pernikahan ini tidak langgeng kembali. Nyai Asnah meninggal dunia. Kemudian Kiai Wahab menikah lagi untuk yang kelima kalinya dengan seorang janda bernama Fatimah, anak Haji Burhan. Dari pernikahan ini beliau tidak mendapatkan keturunan. Namun, dari Fatimah ia memperoleh anak tiri yang salah satunya kelak besar bernama K.H. A. Syaichu.<br />
Dari sinilah banyak orang mencemooh perilaku Kiai Wahab. Tidak jarang, banyak orang yang menjulukinya sebagai “kiai tukang kawin” karena setekah itupun ia menikah kembali untuk yang keenam kalinya. Kali ini dengan anak Kiai Abdul Madjid Bangil, yang bernama Ashikhah. Pernikahan inipun tidak berlangsung lama karena saat menunaikan ibadah haji bersama, Nyai Ashikhah meninggal dunia. Dari istri ini beliau dikaruniai empat orang anak.<br />
Pernikahan belaiau yang terakhir, yang ketujuh adalah dengan kakak perempuan Ashikhah, bernama Sa’diyah. Dengan perempuan inilah pernikahan Kiai Wahab mencapai puncaknya, artinya langgeng sampai akhir hayat beliau. Dari Nyai Sa’diyah ini beliau mendapatkan beberapa keturunan, yaitu Mahfuzah, Hasbiyah, Mujidah, Muhammad Hasib dan Raqib (Masyhuri, 2008:84 dan Aceh, 1957:125-126).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b> Wafat</b><br />
K.H. Abdul Wahab Hasbullah menjabat Rais Aam Organisasi Nahdlatul Ulama sampai akhir hayatnya. Muktamar NU ke-25 di Surabaya adalah Muktamar terakhir yang diikutinya. Khutbah al-iftitah muktamar yang lazim dilakukan oleh Rais Aam kemudian diserahkan kepada K.H. Bisri Syansuri yang biasa membantunya dalam menjalankan tugasnya sebagai Rais Aam untuk membacakannya. K.H. Abdul Wahab Hasbullah meninggalkan muktamar dalam keadaan sakit yang akut. Hampir lima tahun ia menderita sakit mata yang menyebabkan kesehatannya semakin menurun.<br />
Akhirnya, tepat empat hari setelah muktamar atau tepatnya Rabu, 12 Dzulqa’idah 1391 H atau 29 Desember 1971, Kiai Wahab Hasbullah wafat di kediamannya, Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambak beras, Jombang (Masyhuri, 2008:107).</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>B. Menilik sekilas tentang sejarah lahirnya organisasi Nahdlatul Ulama (NU)</b><br />
Selain
tokoh fundamental K.H.Hasyim Asy’ari dan K.H. A.Wahid Hasyim juga
dikenal K.H. Abdul Wahab Hasbullah yang berperan penting dalam proses
berdiri sampai berkembangnya NU. Jika sosok K.H. A.Wahid Hasyim dapat
dikategorikan sebagai tokoh dan teladan kaum muda, maka K.H. Wahab
Hasbullah dapat dikatakan sebagai sosok kaum tua dari sederet kiai dalam
organisasi tersebut. Beliau menjadi kiai yang paling lama berkiprah di
pentas perpolitikan nasional. Hal ini disebabkan karena ia berkiprah
tanpa henti mengikuti tiga zaman, yaitu masa pergerakan sampai merebut
kemerdekaan, masa kepemimpinan Soekarno dan masa kepemimpinan Soeharto.
Sosok beliau dikenal sebagai seorang pekerja keras, gesit dan tekun.
Walaupun tubuhnya kecil dan sebenarnya tidak layak disebut sebagai
pendekar, namun ulama khos Kyai Kholil Bangkalan Madura, menyebutnya
semenjak muda sebagai “macan”. Hal tersebut dibuktikan sebagai sosol
kiai yang tidak hanya berani dengan tangan kosong, tapi juga berani
berkelahi lewat jalur politik. Beliaulah yang mendirikan organisasi
Sarekat Islam (SI) cabang Mekkah. Kemudian beliau mendirikan kelompok
diskusi Tashwirul Afkarm Nahdlatul Wathan, dan Nahdlatut Tujjar yang
kesemuanya itu menjadi embrio berdirinya organisasi NU. Bahkan dalam
urusan mistik, Kiai Wahab Hasbullah mempunyai wirid tersendiri yang
bukan hanya cukup disegani, melainkan juga banyak dipercayai oleh para
santri dalam memudahkan segala urusan dunianya.<br />
Kiai Wahab Hasbullah
adalah sosok ulama dan kiai yang berpikir moderat, pragmatis, dan
terbuka. Ia bersikap sangat kontekstual dalam memandang hukum-hukum
fikih sehingga sering mendapat peringatan dari guru beliau, K.H. Hasyim
Asy’ari bahwa dalam menyampaikan fikih jangan sampai kebablasan.<br />
Dari
sinilah kita perlu menggali lebih jauh tentang sosok dan kiprah K.H.
Wahab Hasbullah. Dari berbagai referensi yang dapat penulis temukan
dalam menyusun makalah ini, semoga dapat membawa manfaat bagi kita
semua, terutama bagi Anda yang ingin menjadikan beliau sebagai teladan. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>C. PERJUANGAN</b><br />
Perjuangan K.H. Abdul Wahab Hasbullah dapat dikatakan lebih dikaitkan dengan persoalan pergerakan, organisasi, maupun istilahnya politik Islam. Langkah awal perjuangan yang ditempuh K.H. Abdul Wahab Hasbullah yaitu lewat jalur pendidikan. Ia mendirikan madrasah bernama “Nahdlatul Wathan”. Nama madrasah sengaja dipilih Nahdlatul Wathan yang berarti: “bangkitnya tanah air” adalah bukti dari cita-cita murni Kiai Abdul Wahab Hasbullah untuk membebaskan bangsa dari belenggu kolonial Belanda.<br />
Menurut K.H. Muhammad Ghozi Wahid (cucu Kiai Wahab) dalam peristiwa 10 November, Mbah Kholil bersama kiai-kiai besar, seperti Kiai Bisri Syansuri, Syaikh Hasyim Asy’ari, Kiai Wahab Hasbullah dan Mbah Abas Buntet Cirebon, mengerahkan seluruh kekuatan gaibnya untuk melawan tentara sekutu. Hizib-hizib yang mereka miliki dikerahkan semua untuk menghadapi lawan yang bersenjata lengkap dan modern. Sebutir kerikil atau jagungpun ditangan kiai-kiai itu dapat difungsikan menjadi bom berdaya ledak besar.<br />
Ketika Kiai Hasyim Asy’ari ditangkap Jepang sekitar bulan April-Mei 1942, Kiai Wahab dan K.H. Wahid Hasyim bersama para kiai berulangkali melakukan dialog dengan Saikoo Sikikan (panglima tertinggi tentara Jepang di Jawa) untuk memperjuangkan pembebasan Kiai Hasyim Asy’ari. Menurut catatan sejarah, penangkapan tersebut dilatar belakangi oleh adanya fatwa K.H. Hasyim Asy’ari yang mengharamkan para santrinya melakukan saikere, yaitu kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia untuk membungkukkan badan sembilan puluh derajat kearah Tokyo untuk menghormat Tenno Heika, Raja Jepang. K.H. Hasyim Asy’ari mengaharamkan tindakan tersebut dan fatwa beliau disampaikan kepada Saikoo Sikikan. Selama satu bulan waktunya dihabiskan untuk menagani persoalan tersebut. Setelah melampaui perjuangan yang berat dan penuh resiko, akhirnya terbebaslah Kiai Hasyim Asy’ari dari tahanan pemerintah militer Jepang setelah lebih dari empat bulan beliau dipenjara oleh Jepang. Akan tetapi, pekerjaan Kiai Wahab belum selesai hingga disini. Lalu pergilah Kiai Wahab Hasbullah ke Wonosobo untuk membebaskan 12 orang tokoh ulama NU melalui pengadilan Jepang.<br />
Tidak kalah pentingnya memperhatikan langkah-langkah perjuangan lain yang ditempuh Kiai Wahab. Ini penting karena dalam diri Kiai Wahab agaknya tersimpan beberapa sifat yang jarang dipunyai oleh orang lain. Beliau adalah tipe manusia yang pandai bergaul dan gampang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tetapi, beliau juga seorang ulama yang paling tangguh mempertahankan dan membela pendiriannya. Beliau diketahui sebagai pembela ulama pesantren (ulama bermadzhab) dari serangan-serangan kaum modernis anti madzhab.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">BACA JUGA : </span><a href="http://gejebeka.blogspot.co.id/2016/10/biografi-syaichona-kholil-bangkalan.html" target="_blank">Biografi Syaichona Kholil Bangkalan Madura (Gurunya Para ulama Besar di Jawa dan Madura)</a></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Apa pun nama madrasah di beberapa cabang itu pastilah dibelakangnya tercantum nama “Wathan” yang berarti tanah air. Ini berarti tujuan utamanya adalah membangun semangat cinta tanah air. Kecuali berjuang dengan Nahdlatul Watan beliau juga aktif berkiprah sebagai penasehat di Masyumi yang beranggotakan dari kalangan NU dan Muhammadiyah. Sebelumnya ia juga ikut mendirikan MIAI (Majelis Islam Ala Indonesia) bersama K.H. Achmad Dahlan (Muhammadiyah) dan K.H. Mas Mansur (non-partai) karena didorong oleh kesadaran perlu menciptakan suasana hubungan yang baik antara partai dan organisasi-organisasi Islam saat itu. MIAI didirikan di Surabaya pada tanggal 12 September 1937, namun pada bulan Oktober 1943 dibubarkan Jepang karena dianggap membahayakan kedudukan Jepang.<br />
Sarekat Islam (SI) adalah pergerakan yang beliau dirikan selanjutnya bersama rekan-rekannya ketika masih menuntut ilmu di Mekkah. Pergerakan ini bukan sekadar mengumpulkan cendekiawan dari kalangan Islam tanah aur, melainkan gerakan ini juga ingin memajukan kaum Islam yang rendah ekonominya dan rendah pengetahuannya.<br />
Beliau juga tidak dapat membiarkan serangan-serangan kaum modernis yang dilancarkan kepada ulama bermadzhab. Lagi pula, serangan-serangan itu tidak mungkin dapat dihadapi sendirian. Sebab itu, pada tahun 1924, Kiai Wahab membuka kursus “Masail Diniyyah” (khusus masalah-masalah keagamaan) guna menambah pengetahuan bagi ulama-ulama muda yang mempertahankan madzhab pesantren. Dengan demikian, Kiai Wahab telah juga membangun pertahanan cukup ampuh bagi menolak serangan-serangan kaum modernis.<br />
Selanjutnya, pada saat pemimpin-pemimpin Islam mendapat undangan dari Raja Hijaz, beliau lalu membentuk Komite Khilafat yang diberinama “Komite Hijaz” atas izin dari K.H. Hasyim Asy’ari. Belaiu mendirikan “Komite Hijaz” sebagai bentuk respon atas proses “wahabisasi” di Arab yang memberi pengaruh pada persoalan kebebasan beribadah sesuai dengan kepercayaannya. Komite ini kemudian mengirim delegasi sendiri ke Makkah-Madinah. Dan Komite Hijaz inilah yang kemudian melahirkan Jam’iyah Nahdlatul Ulama, sehingga kehadiran NU tidak dapat dilepaskan dari perjuangan K.H. Abdul Wahab Hasbullah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>D. PEMIKIRAN KIAI WAHAB HASBULLAH</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Jika disejajarkan dengan Gus Dur (Abdurrahman Wahid), maka Kiai Wahab Hasbullah memiliki banyak persamaan yang didasarkan pada masanya masing-masing. Keduanya sama-sama tokoh yang sangat kontraversial di kalangan ulama dan politisi. Abdurrahman Wahid dikenal sebagai ulama dan cendekiawan yang sikap dan maneuver-manuver politik yang dilakukannya sering menimbulkan pertanyaan tentang integritas dan konsistensi idealisme dan cita-cita perjuangannya. Kemudian kenapa Kiai Wahab Hasbullah juga begitu kontraversial?.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: large;">BACA JUGA : </span><a href="http://gejebeka.blogspot.co.id/2016/10/biografi-kh-mohammad-hasyim-asyari.html" target="_blank">Biografi KH Mohammad Hasyim Asy'ari ( Pendiri Nahdlatul Ulama )</a></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Diantara beberapa hal yang menjadikan Kiai Wahab menjadi ulama sekaligus politisi dan cendekiawan yang kontraversial dikalangan umat Islam Indonesia adalah ketika meningginya konflik antara kaum modernis dan reformis dengan kaum tradisionalis, beliau tampil sebagai “guardian” tradisionalisme dengan jalan membentuk Taswirul Afkar pada tahun 1918 yang kemudian melaksanakan perdebatan terhadap permasalahan yang diperdebatkan kaum tradisionalis dan modernis saat itu.<br />
<b> Bidang Pendidikan</b><br />
Menurut beliau pendidikan tidak harus dilakukan di pesantren dan mendidik anak harus tepat pada situasi dan kondisi yang dibutuhkan masyarakat, namun bukan berarti pendidikan pesantren dilupakan. Oleh karenanya selain ia melakukan pendidikan di Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, juga melakukan pendidikan di luar pesantren yang ditujukan untuk kalangan umum dan terpelajar dengan mendirikan kelompok diskusi bernama Tashwirul Afkar. Melalui Nahdlatun Wathan beliau juga telah berhasil mendirikan beberapa sekolah di berbagai daerah, antara lain:<br />
1. Sekolah/Madrasah Ahloel Eathan di Wonokromo<br />
2. Sekolah/Madrasah Far’oel Wathan di Gresik<br />
3. Sekolah/Madrasah Hidayatoel Wathan di Jombang, dan<br />
4. Sekolah/Madrasah Khitaboel Wathan di Surabaya (Mashyuri, 2008:86-87).<br />
<b> Bidang Keagamaan</b><br />
Konsep Kiai Wahab Hasbullah tentang keagamaan terutama bagaimana peran Islam, lebih banyak berreferensi dari tradisi politik keagamaan Sunni dan pla pergerakan ahlus sunnah wal jama’ah. Pemikiran beliau lebih terbuka dengan tidak keras atau fanatik pada suatu pendapat, pragmatis demi mencari solusi kebenaran bersama, dan kebutuhan mendesak dan penting serta kontekstual, atau yang kita kenal sebagai moderatisme.<br />
<b> Pergerakan</b><br />
Progresivitas konsep pergerakan Kiai Wahab Hasbullah terlihat jelas ketika ia turut serta dalam membidani lahirnya organisasi kalangan Islam NU. Mengapa hal demikian disebut sebagai progresivitas pemikiran pergerakan dari Kiai Wahab Hasbullah?<br />
Tidak lain karena organisasi pergerakan di Indonesia kala itu muncul dari kalangan terpelajar atau dari kota yang dibekali pendidikan notabene ciptaan Belanda. Pendidikan itu sangat menekankan rasionalitas modern dalam memandang persoalan kehidupan. Sementara kalangan Islam tradisional kebanyakan adalah kelompok masyarakat tradisional, kalangan petani, yang kebanyakan pola pandangan hidupnya masih sedikit terpengaruh pemikiran nasional modern, karena mereka mengandalkan bacaan kitab kuning-nya yang mereka pelajari di pesantren.<br />
<b> Demokrasi</b><br />
Diceritakan oleh Saifudin Zuhri dalam salah satu bukunya, Biografi Wahab Hasbullah, disebutkan sebagai berikut:<br />
“Kami bertiga, Kiai Wahab, Pak Idham, dan Saifuddin Zuhri sama-sama duduk dalam dewan pertimbangan agung mewakili NU. Berbulan-bulan dewasa ini membicarakan “sosialisme Indonesia”, “Landreform”, “Pancasila” dan lain-lain. Ada dua aspek yang selalu diperhatikan oleh NU dalam pembahasan tersebut. Sosialisme Indonesia menurut NU haruslah sosialisme ala Indonesia dan bukanlah sosialisme ala komunisme, baik Moskow atau Peking. Sosialisme Indonesia tak lain dan tak bukan adalah dibentengi ideology Negara ualah Pancasila dan UUD Negara yang menjamin setiap penduduk menjalankan keyakinan agamanya. Sementara itu, tentang landasan “landreform”, pada dasarnya NU dapat menyetujuinya selama gerakan ini tidak mengandung maksud melenyapkan hak milik pribadi dan negara. Menurut ajaran Islam, tiap-tiap hak milik harus dilindungi dan dipertahankan, namun juga diwajibkan menegakkan keadilan.” (Zuhri, 1983:72-73).<br />
Bagi Wahab Hasbullah, nilai dasar demokrasi adalah memanusiakan manusia dan mengaturnya agar pola hubungan antar-manusia itu dapat saling menghormati perbedaan dan mampu bekerjasama sehingga menciptakan kesejahteraan bersama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br />E. WARISAN DAN PENINGGALAN KIAI WAHAB HASBULLAH</b><br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Ukuran ketokohan K.H. Wahab Hasbullah bukanlah terletak pada buku karya ilmiahnya, karena memang bolah dikatakan beliau tidak meninggalkan sebuah karangan pun, melainkan buah pikiran dan kemampuan ilmunya yang diuraikan dimana-mana dalam banyak kesempatan dan peristiwa. Mungkin bagi kalangan intelektual murni, yang suka menganalisis dari teks ke teks saja, hal ini sangat disayangkan. Setidaknya, beliau menyempatkan diri untuk menuliskan buku panduan menkadi politisi menurut konsep aswaja.<br />
Namun, sebenarnya tidaklah benar seratus persen jika Kiai Wahab Hasbullah hanyalah seorang tokoh atau kiai politik saja. Beliau dikenal sebagai kago silat dan ahli wirid. Konon dimana-mana, Kiai Wahab menyebut ijazah, macam-macam hizib, wirid kepada seluruh warga NU da siapa saja yang memerlukan kekebalan diri. Ia menyatakan orang Islam bukan hanya berwibawa dan disegani karena ilmunya, melainkan juga karena wiridnya. Salah satu peninggalan wirid Kiai Wahab yang terkaenal dan biasa diamalkan terutama dikalangan Pesantren sampai sekarang, dicuplik dari buku Azis Mashyuri, yaitu:<br />
“Maulaya shalli wa sallim da’iman abada<br />
‘alal habibika khairil khalqi kullihimi<br />
Huwal habibul ladzi turja syafa’atuhu<br />
Likulli hauli minal ahwali muktahimi”.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>F. PENUTUP</b><br />
Pepatah menyatakan “tiada gading yang tak retak”, penyusun tuliskan sebagai reflaksi terhadap tokoh Kiai Wahab Hasbullah dalam makalah ini. Beliau memang orang besar, semua orang banyak yang mengakuinya. Namun, Kiai Wahab Hasbullah juga seorang manusia. Manusia tetaplah manusia yang tetap pada sifat kemanusiaannya, bisa marah, bisa lupa ataupun salah. Karena jika tidak demikian ia tentunya adalah malaikat.<br />
Pemakalahpun dalam hal ini melihat sosok beliaupun demikian. Pemakalah tidak meragukan perannya terhadap berbagai pergerakan dan organisasi yang beliau realisasikan didalamnya, terutama di organisasi Nahdlatul Ulama yang lahir pada tahun 1926 dan telah berkembang menjadi organisasi terbesar dikalangan mayoritas umat Islam di Indonesia.<br />
Menurut Budiawan, suatu godaan besar senantiasa menghadang para penulis biografi adalah kecenderungan untuk terjebak kedalam personifikasi nilai-nilai pada diri tokoh yang menjadi subyek penulisan. Lebih-lebih bila motivasi itu berada diluar kepentingan akademis, godaan yang lebih besar semakin tak terelakkan.<br />
Jika godaan itu semakin besar, tidak jarang dijumpai sebuah biografi yang mengisahkan seorang tokoh melampaui kapasitasnya sebagai manusia. Biografi semacam ini jelas sudah sudah tidak lagi berbicara tentang kisah manusia, tetapi kisah tentang manusia yang telah dinobatkan sebagai “setengah dewa” atau “dewa”.<br />
Budiawan dalam hal ini sepakat dengan pendapat Ralph Ross, bahwasanya biografi bukan sepenuhnya ilmu, melainkan berada pada perbatasan antara ilmu dan seni. Dalam bahasa Ralph Ross, biografi adalah seni yang semi-ilmiah (Budiawan, 2006:1-4).<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>DAFTAR PUSTAKA</b><br />
<br />
Rifa’i, Muhammad. K.H. Wahab Hasbullah Biografi Singkat 1888-1971. Garasi House of Book. Jogjakarta. 2010.<br />
Tim PW LP Ma’arif Jawa Timur. Pendidikan Aswaja & Ke-NU-an untuk SMP/MTs. PW LP Ma’arif. Jawa Timur.<br />
Azra, Azyumardi. Islam Reformis. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta. 1999.<br />
Maschan Moesa, Ali. Kiai Politik. LEPKISS. Surabaya. 1999.<br />
Syafi’i Ma’arif, Ahmad. Islam dan Politik. Insani Press. Jakarta. 1996.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Editor : Mohamad Asror M.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : <a href="https://abianan.wordpress.com/2013/11/13/biografi-k-h-abdul-wahab-hasbullah/" target="_blank">abianan.wordpress.com</a> </div>
</div>
GEMA SUARA PESANTRENhttp://www.blogger.com/profile/16617370781707429790noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556359350544836190.post-18788432087950764042016-10-25T15:58:00.001+07:002016-10-25T16:05:46.144+07:00Harta, Tahta dan Wanita Adalah Fitnah Dunia<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-kkzcOqjM09E/WA8c0A9dqWI/AAAAAAAAAqM/N8bhW1xLGVYqa9MAE_KKLXnLV4Kw2brvACEw/s1600/Harta-Tahta-Wanita-400x391.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="195" src="https://3.bp.blogspot.com/-kkzcOqjM09E/WA8c0A9dqWI/AAAAAAAAAqM/N8bhW1xLGVYqa9MAE_KKLXnLV4Kw2brvACEw/s200/Harta-Tahta-Wanita-400x391.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Fitnah dunia telah sedemikian hebatnya mengganas, menyerang dan menguasai pikiran mayoritas umat manusia. Fitnah itu mengkristal menjadi ideologi yang banyak dianut manusia, yaitu materialisme. Rasulullah saw., pada 14 abad lalu telah memprediksinya dalam sebuah hadits yang terkenal disebut dengan hadits Wahn, ”Hampir saja bangsa-bangsa mengepung kalian, sebagaimana orang lapar mengepung tempat makanan. Berkata seorang sahabat, “ Apakah karena kita sedikit pada saat itu ? Rasul saw. bersabda,” Bahkan kalian pada saat itu banyak, tetapi kalian seperti buih, seperti buih lautan. Allah akan mencabut dari hati musuh kalian rasa takut pada kalian. Dan Allah memasukkan ke dalam hati kalian Wahn. Berkata seorang sahabat,” Apakah Wahn itu wahai Rasulullah saw ? Rasul saw, bersabda, “Cinta dunia dan takut mati” (HR Abu Dawud)<br />
<br />
Dunia dengan segala isinya adalah fitnah yang banyak menipu manusia. Dan Rasulullah saw., telah memberikan peringatan kepada umatnya dalam berbagai kesempatan, beliau bersabda dalam haditsnya: Dari Abu Said Al-Khudri ra dari Nabi saw bersabda: ”Sesungguhnya dunia itu manis dan lezat, dan sesungguhnya Allah menitipkannya padamu, kemudian melihat bagaimana kamu menggunakannya. Maka hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama yang menimpa bani Israel disebabkan wanita”(HR Muslim) (At-Taghaabun 14-15).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br />
<div style="text-align: left;">
<b>MACAM - MACAM FITNAH DUNIA</b></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Secara umum fitnah kehidupan dunia dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk, yaitu: wanita, harta dan kekuasaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b><a href="https://1.bp.blogspot.com/-ILJLEyOClU8/WA8c09y2HFI/AAAAAAAAAqQ/_3hWzvWhh_kfCMgQMhRHFoG7qq6L9cY3gCEw/s1600/maxresdefault.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="180" src="https://1.bp.blogspot.com/-ILJLEyOClU8/WA8c09y2HFI/AAAAAAAAAqQ/_3hWzvWhh_kfCMgQMhRHFoG7qq6L9cY3gCEw/s320/maxresdefault.jpg" width="320" /></a></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>FITNAH WANITA</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Dahsyatnya fitnah wanita telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Bahkan surat ‘Ali Imran 14 menempatkan wanita sebagai urutan pertama yang banyak dicintai oleh manusia dan pada saat yang sama menjadi fitnah yang paling berbahaya untuk manusia. Rasulullah saw. bersabda, ” Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih besar bagi kaum lelaki melebihi fitnah wanita” (HR Bukhari dan Muslim).<br />
<br />
Fitnah wanita dapat menimpa siapa saja dari seluruh level tingkatan manusia baik dari kalangan pemimpin maupun rakyat biasa. Sejarah telah membuktikan kenyataan tersebut. Banyak para pemimpin dunia yang jatuh karena faktor fitnah wanita. Dan fitnah wanita juga dapat menimpa para dai dan pemimpin dai. Bahkan salah satu hadits yang paling terkenal dalam Islam, yaitu hadits niat, sebab keluarnya karena ada salah seorang yang hijrah ke Madinah untuk menikahi wanita yang bernama Ummu Qois. Maka dikenallah dengan sebutan Muhajir Ummu Qois.<br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: large;">BACA JUGA : </span><a href="http://gejebeka.blogspot.co.id/2016/10/filosofi-bibit-bebet-dan-bobot-dalam.html" target="_blank">Filosofi Bibit, Bebet dan Bobot dalam Mencari Jodoh</a></span></span> <br />
<br />
Banyak sekali bentuk fitnah wanita, jika wanita itu istri maka banyak para istri dapat memalingkan suaminya dari ibadah, dakwah dan amal shalih yang prioritas lainnya. Jika wanita itu wanita selain istrinya, maka fitnah dapat berbentuk perselingkuhan dan perzinahan. Fitnah inilah yang sangat dahsyat yang menimpa banyak umat Islam.<br />
<br />
Ada banyak cerita masa lalu baik yang terjadi di masa Bani Israil maupun di masa Rasululullah saw yang menyangkut wanita yang dijadikan obyek fitnah. Kisah seorang rahib yang membakar jari-jari tangannya untuk mengingatkan diri dari azab neraka ketika berhadapan dengan wanita yang sangat siap pakai, kisah penjual minyak wangi yang mengotori dirinya dengan kotoran dirinya agar wanita yang menggodanya lari, dan cerita nabi Yusuf a.s. yang diabadikan Al-Qur’an. Itu kisah-kisah mereka yang selamat dari fitnah wanita. Sedangkan kisah mereka yang menjadi korban fitnah wanita lebih banyak lagi. Kisah rahib yang mengobati wanita kemudian berzina sampai hamil dan membunuhnya, sampai akhirnya musyrik karena menyembah setan. Kisah raja Arab dari Bani Umayyah yang meninggal dalam pelukan wanita dan banyak lagi kisah-kisah lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-ee4IbjCMb_o/WA8c26FtGqI/AAAAAAAAAqY/WRpi6ghOsrs6HAIV4GFZ-m80nIThal7lgCEw/s1600/tg.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://4.bp.blogspot.com/-ee4IbjCMb_o/WA8c26FtGqI/AAAAAAAAAqY/WRpi6ghOsrs6HAIV4GFZ-m80nIThal7lgCEw/s320/tg.png" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<b>FITNAH HARTA</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b></b>Fitnah dunia termasuk bentuk fitnah yang sangat dahsyat yang dikhawatirkan Rasulullah saw, “Dari Amru bin Auf al-Anshari ra bahwa Rasulullah saw. mengutus Abu Ubaidah bin al-Jarrah ke al-Bahrain untuk mengambil jizyahnya. Kemudian Abu Ubaidah datang dari bahrain dengan membawa harta dan orang-orang Anshar mendengar kedatangan Abu Ubaidah. Mereka berkumpul untuk shalat Subuh dengan Nabi saw. tatkala selesai dan hendak pergi mereka mendatangi Rasul saw., dan beliau tersenyum ketika melihat mereka kemudian bersabda,”Saya yakin kalian mendengar bahwa Abu Ubaidah datang dari Bahrain dengan membawa sesuatu?” Mereka menjawab, ”Betul wahai Rasulullah”. Rasul saw. bersabda, ”Berikanlah kabar gembira dan harapan apa yang menyenangkan kalian, demi Allah bukanlah kefakiran yang paling aku takutkan padamu tetapi aku takut dibukanya dunia untukmu sebagaimana telah dibuka bagi orang-orang sebelummu dan kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan akan menghancurkanmu sebagaimana telah menghancurkan mereka.” (HR Bukhari dan Muslim).<br />
<br />
Pada saat dimana dakwah sudah memasuki wilayah negara, maka fitnah harta harus semakin diwaspadai. Karena pintu-pintu perbendaharaan harta sudah sedemikian rupa terbuka lebar. Dan fitnah harta, nampaknya sudah mulai menimpa sebagian aktifitas dakwah. Aromanya sudah sedemikian rupa tercium menyengat. Kegemaran main dan beraktivitas di hotel, berganti-ganti mobil dan membeli mobil mewah, berlomba-lomba membeli rumah yang mewah dan berlebih-lebihan dengan perabot rumah tangga, lebih asyik bertemu dengan teman yang memiliki level sama dan para pejabat lainnya adalah beberapa fenomena fitnah harta.<br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: large;">BACA JUGA : <span style="font-size: small;"><a href="http://gejebeka.blogspot.co.id/2016/10/dont-be-sad-allah-is-with-us-sabar.html" target="_blank">Don't be Sad. Allah is with Us (Sabar & Ikhlaskan)</a></span></span></span> </span><br />
<br />
Yang paling parah dari fitnah harta bagi para dai adalah menjadikan dakwah sebagai dagangan politik. Segala sesuatu mengatasnamakan dakwah. Berbuat untuk dakwah dengan berbuat atas nama dakwah bedanya sangat tipis. Menerima hadiah atas nama dakwah, menerima dana dan sumbangan musyarokah atas nama dakwah. Mendekat kepada penguasa dan menjilat pada mereka atas nama dakwah dan sebagainya.<br />
Dalam konteks ini Rasulullah saw. dan para sahabatnya pernah ditegur keras oleh Allah karena memilih mendapatkan ghonimah dan tawanan perang, padahal itu semua dengan pertimbangan dakwah dan bukan atas nama dakwah. Kejadian ini diabadikan Al-Qur’an surat Al-Anfaal (8): 67-68, “Tidak patut, bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu)…”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-wfKzsgtkceg/WA8c1NzZC5I/AAAAAAAAAqU/o9vJLeM0dIoF_gIzLz-aV5CDcA4qicemwCEw/s1600/tahta1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://4.bp.blogspot.com/-wfKzsgtkceg/WA8c1NzZC5I/AAAAAAAAAqU/o9vJLeM0dIoF_gIzLz-aV5CDcA4qicemwCEw/s1600/tahta1.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<b> </b><b>FITNAH TAHTA</b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Fitnah kekuasaan biasanya menimpa kalangan elit dan level tertentu dalam tubuh umat. Fitnah inilah yang menjadi pemicu fitnah kubra di masa sahabat, antara Ali r.a. dengan siti Aisyah r.a. dalam perang Jamal, antara Ali r.a. dengan Muawiyah r.a. dalam perang Siffin, antara Ali r.a. dengan kaum Khawarij.<br />
Fitnah kekuasaan ini juga dapat menimpa gerakan dakwah dan memang telah banyak menimpa gerakan dakwah. Para aktifis gerakan dakwah termasuk para pemimpin gerakan dakwah adalah manusia biasa yang tidak ma’shum dan tidak terbebas dari dosa dan fitnah. Yang terbebas dari fitnah dan kesalahan adalah manhaj Islam. Sehingga fitnah kekuasaan dapat menimpa mereka kecuali yang dirahmati Allah. Kecintaan untuk terus memimpin dan berkuasa baik dalam wilayah publik maupun struktur suatu organisasi adalah bagian dari fitnah kekuasaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Fitnah kekuasaan yang paling dahsyat menimpa aktifis dakwah adalah perpecahan, saling menjatuhkan, saling memfitnah bahkan saling membunuh. Dan semua itu pernah terjadi dalam sejarah Islam. Semoga kita semua diselamatkan dari semua bentuk fitnah ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Untuk mengantisipasi semua bentuk fitnah dunia ini, maka kita harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dan berlindung dari keburukan fitnah dunia. Mengokohkan pribadi kita sehingga menjadi jiwa rabbani bukan jiwa maadi (materialis) dan juga bukan jiwa rahbani (jiwa pendeta yang suka kultus). Disamping itu kita harus mengokohkan pemahaman kita tentang hakekat dunia, risalah manusia dan keyakinan tentang hisab dan hari akhir.<br />
<br />
Dan kesimpulannya agar kita terbebas dari fitnah dunia, maka kita harus membentuk diri kita menjadi karaktersitik rabbaniyah bukan madiyah dan juga bukan rahbaniyah. Jiwa inilah yang selalu mendapat bimbingan Allah karena senantiasa berintraksi dengan Al-Qur’an baik dengan cara mempelajarinya maupun dengan cara mengajarkannya. Wallahu a’lam </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Editor : Mohamad Asror M. </div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : <a href="http://3ayat.blogspot.co.id/2010/02/tiga-fitnah-dunia-harta-tahta-dan.html" target="_blank">3ayat.blogspot.co.id</a> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
GEMA SUARA PESANTRENhttp://www.blogger.com/profile/16617370781707429790noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556359350544836190.post-49954805852588880392016-10-22T14:14:00.001+07:002016-10-22T14:14:10.996+07:00Biografi KH Mohammad Hasyim Asy'ari ( Pendiri Nahdlatul Ulama )<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-bmcCC7MAyFE/WAsPkNZeMgI/AAAAAAAAApw/MPLszoxCRjw9AZfC6UcPOl2JBQ80NjnSgCLcB/s1600/sdas.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://3.bp.blogspot.com/-bmcCC7MAyFE/WAsPkNZeMgI/AAAAAAAAApw/MPLszoxCRjw9AZfC6UcPOl2JBQ80NjnSgCLcB/s320/sdas.jpg" width="240" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Biografi KH Mohammad Hasyim Asy'ari. Biasa disebut KH Hasyim Ashari beliau dilahirkan pada tanggal 10 April 1875 atau menurut penanggalan arab pada tanggal 24 Dzulqaidah 1287H di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur dan beliau kemudian tutup usia pada tanggal 25 Juli 1947 yang kemudian dikebumikan di Tebu Ireng, Jombang, KH Hasyim Asy'ari merupakan pendiri Nahdlatul Ulama yaitu sebuah organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia. KH Hasyim Asyari merupakan putra dari pasangan Kyai Asyari dan Halimah, Ayahnya Kyai Ashari merupakan seorang pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. KH Hasyim Ashari merupakan anak ketiga dari 11 bersaudara. Dari garis keturunan ibunya, KH Hasyim Ashari merupakan keturunan kedelapan dari Jaka Tingkir (Sultan Pajang). dari Ayah dan Ibunya KH Hasyim Ashari mendapat pendidikan dan nilai-nilai dasar Islam yang kokoh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Sejak anak-anak, bakat kepemimpinan dan kecerdasan KH Hasyim Ashari memang sudah nampak. Di antara teman sepermainannya, ia kerap tampil sebagai pemimpin. Dalam usia 13 tahun, ia sudah membantu ayahnya mengajar santri-santri yang lebih besar ketimbang dirinya. Usia 15 tahun Hasyim meninggalkan kedua orang tuanya, berkelana memperdalam ilmu dari satu pesantren ke pesantren lain. Mula-mula ia menjadi santri di Pesantren Wonokoyo, Probolinggo. Kemudian pindah ke Pesantren Langitan, Tuban. Pindah lagi Pesantren Trenggilis, Semarang. Belum puas dengan berbagai ilmu yang dikecapnya, ia melanjutkan di Pesantren Kademangan, Bangkalan di bawah asuhan Kyai Cholil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-uWqx5fpn4uw/WAsPjHR2QhI/AAAAAAAAApo/2riDvZm6qNEZmEDz7VdvhUzm6O-8sgZJgCLcB/s1600/KH.%2BHasyim%2BAsy%2527ari.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://2.bp.blogspot.com/-uWqx5fpn4uw/WAsPjHR2QhI/AAAAAAAAApo/2riDvZm6qNEZmEDz7VdvhUzm6O-8sgZJgCLcB/s320/KH.%2BHasyim%2BAsy%2527ari.jpg" width="303" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Biografi KH Hasyim Asy'ari</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />KH Hasyim Asyari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15 tahun, beliau berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di Sidoarjo. Tak lama di sini, Hasyim pindah lagi di Pesantren Siwalan, Sidoarjo. Di pesantren yang diasuh Kyai Ya’qub inilah, agaknya, Hasyim merasa benar-benar menemukan sumber Islam yang diinginkan.<br /><br />Kyai Ya’qub dikenal sebagai ulama yang berpandangan luas dan alim dalam ilmu agama. Cukup lama –lima tahun– Hasyim menyerap ilmu di Pesantren Siwalan. Dan rupanya Kyai Ya’qub sendiri kesengsem berat kepada pemuda yang cerdas dan alim itu. Maka, Hasyim bukan saja mendapat ilmu, melainkan juga istri. Ia, yang baru berumur 21 tahun, dinikahkan dengan Chadidjah, salah satu puteri Kyai Ya’qub. Tidak lama setelah menikah, Hasyim bersama istrinya berangkat ke Mekkah guna menunaikan ibadah haji. Tujuh bulan di sana, Hasyim kembali ke tanah air, sesudah istri dan anaknya meninggal.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /><b>BACA JUGA : <a href="http://gejebeka.blogspot.co.id/2014/11/biografi-kh-abdurrahman-wahid.html" target="_blank">Biografi KH. Abdurrahman Wahid</a></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 1893, ia berangkat lagi ke Tanah Suci. Sejak itulah ia menetap di Mekkah selama 7 tahun dan berguru pada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau, Syaikh Mahfudh At Tarmisi, Syaikh Ahmad Amin Al Aththar, Syaikh Ibrahim Arab, Syaikh Said Yamani, Syaikh Rahmaullah, Syaikh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As Saqqaf, dan Sayyid Husein Al Habsyi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-jHyZHKE8BoA/WAsPkxGnKJI/AAAAAAAAAp0/fAP91yklBLc4EA4Ph0nn6fyX8YfoBpq3ACLcB/s1600/sdsd.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="277" src="https://2.bp.blogspot.com/-jHyZHKE8BoA/WAsPkxGnKJI/AAAAAAAAAp0/fAP91yklBLc4EA4Ph0nn6fyX8YfoBpq3ACLcB/s400/sdsd.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Logo Nahdlatul Ulama</b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 1899 pulang ke Tanah Air, Hasyim mengajar di pesanten milik kakeknya, Kyai Usman. Tak lama kemudian ia mendirikan Pesantren Tebuireng. Kyai Hasyim bukan saja Kyai ternama, melainkan juga seorang petani dan pedagang yang sukses. Tanahnya puluhan hektar. Dua hari dalam seminggu, biasanya Kyai Hasyim istirahat tidak mengajar. Saat itulah ia memeriksa sawah-sawahnya. Kadang juga pergi Surabaya berdagang kuda, besi dan menjual hasil pertaniannya. Dari bertani dan berdagang itulah, Kyai Hasyim menghidupi keluarga dan pesantrennya.<br /><br />Tahun 1899, Kyai Hasyim membeli sebidang tanah dari seorang dalang di Dukuh Tebuireng. Letaknya kira-kira 200 meter sebelah Barat Pabrik Gula Cukir, pabrik yang telah berdiri sejak tahun 1870. Dukuh Tebuireng terletak di arah timur Desa Keras, kurang lebih 1 km. Di sana beliau membangun sebuah bangunan yang terbuat dari bambu (Jawa: tratak) sebagai tempat tinggal. Dari tratak kecil inilah embrio Pesantren Tebuireng dimulai. Kyai Hasyim mengajar dan salat berjamaah di tratak bagian depan, sedangkan tratak bagian belakang dijadikan tempat tinggal. Saat itu santrinya berjumlah 8 orang, dan tiga bulan kemudian meningkat menjadi 28 orang.<br /><br />Setelah dua tahun membangun Tebuireng, Kyai Hasyim kembali harus kehilangan istri tercintanya, Nyai Khodijah. Saat itu perjuangan mereka sudah menampakkan hasil yang menggembirakan. Kyai Hasyim kemudian menikah kembali dengan Nyai Nafiqoh, putri Kyai Ilyas, pengasuh Pesantren Sewulan Madiun. Dari pernikahan ini Kyai Hasyim dikaruniai 10 anak, yaitu: (1) Hannah, (2) Khoiriyah, (3) Aisyah, (4) Azzah, (5) Abdul Wahid, (6) Abdul Hakim (Abdul Kholik), (7) Abdul Karim, (8) Ubaidillah, (9) Mashuroh, (10) Muhammad Yusuf.<br /><br />Pada akhir dekade 1920an, Nyai Nafiqoh wafat sehingga Kyai Hasyim menikah kembali dengan Nyai Masruroh, putri Kyai Hasan, pengasuh Pondok Pesantren Kapurejo, Pagu, Kediri. Dari pernikahan ini, Kyai Hasyim dikarunia 4 orang putra-putri, yaitu: (1) Abdul Qodir, (2) Fatimah, (3) Khotijah, (4) Muhammad Ya’kub.<br /><br />Pernah terjadi dialog yang mengesankan antara dua ulama besar, KH Muhammad Hasyim Asy’ari dengan KH Mohammad Cholil, gurunya. “Dulu saya memang mengajar Tuan. Tapi hari ini, saya nyatakan bahwa saya adalah murid Tuan,” kata Mbah Cholil, begitu Kyai dari Madura ini populer dipanggil. Kyai Hasyim menjawab, “Sungguh saya tidak menduga kalau Tuan Guru akan mengucapkan kata-kata yang demikian. Tidakkah Tuan Guru salah raba berguru pada saya, seorang murid Tuan sendiri, murid Tuan Guru dulu, dan juga sekarang. Bahkan, akan tetap menjadi murid Tuan Guru selama-lamanya.” Tanpa merasa tersanjung, Mbah Cholil tetap bersikeras dengan niatnya. “Keputusan dan kepastian hati kami sudah tetap, tiada dapat ditawar dan diubah lagi, bahwa kami akan turut belajar di sini, menampung ilmu-ilmu Tuan, dan berguru kepada Tuan,” katanya. Karena sudah hafal dengan watak gurunya, Kyai Hasyim tidak bisa berbuat lain selain menerimanya sebagai santri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>BACA JUGA : <a href="http://gejebeka.blogspot.co.id/2016/10/biografi-al-maghfurlah-kh-mochammad.html" target="_blank">Biografi Al-Maghfurlah KH. Mochammad Masruri Abdul Mughni</a></b><br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Lucunya, ketika turun dari masjid usai shalat berjamaah, keduanya cepat-cepat menuju tempat sandal, bahkan kadang saling mendahului, karena hendak memasangkan ke kaki gurunya. Sesungguhnya bisa saja terjadi seorang murid akhirnya lebih pintar ketimbang gurunya. Dan itu banyak terjadi. Namun yang ditunjukkan Kyai Hasyim juga Kyai Cholil; adalah kemuliaan akhlak.<br /><br />Keduanya menunjukkan kerendahan hati dan saling menghormati, dua hal yang sekarang semakin sulit ditemukan pada para murid dan guru-guru kita. Mbah Cholil adalah Kyai yang sangat termasyhur pada jamannya. Hampir semua pendiri NU dan tokoh-tokoh penting NU generasi awal pernah berguru kepada pengasuh sekaligus pemimpin Pesantren Kademangan, Bangkalan, Madura, ini.<br /><br />Sedangkan Kyai Hasyim sendiri tak kalah cemerlangnya. Bukan saja ia pendiri sekaligus pemimpin tertinggi NU, yang punya pengaruh sangat kuat kepada kalangan ulama, tapi juga lantaran ketinggian ilmunya. Terutama, terkenal mumpuni dalam ilmu Hadits. Setiap Ramadhan Kyai Hasyim punya ‘tradisi’ menggelar kajian hadits Bukhari dan Muslim selama sebulan suntuk. Kajian itu mampu menyedot perhatian ummat Islam. Maka tak heran bila pesertanya datang dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk mantan gurunya sendiri, Kyai Cholil. Ribuan santri menimba ilmu kepada Kyai Hasyim. Setelah lulus dari Tebuireng, tak sedikit di antara santri Kyai Hasyim kemudian tampil sebagai tokoh dan ulama kondang dan berpengaruh luas.<br /><br />KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Bisri Syansuri, KH. R. As’ad Syamsul Arifin, Wahid Hasyim (anaknya) dan KH Achmad Siddiq adalah beberapa ulama terkenal yang pernah menjadi santri Kyai Hasyim. Tak pelak lagi pada abad 20 Tebuireng merupakan pesantren paling besar dan paling penting di Jawa. Zamakhsyari Dhofier, penulis buku ‘Tradisi Pesantren’, mencatat bahwa pesantren Tebuireng adalah sumber ulama dan pemimpin lembaga-lembaga pesantren di seluruh Jawa dan Madura. Tak heran bila para pengikutnya kemudian memberi gelar Hadratus-Syaikh (Tuan Guru Besar) kepada Kyai Hasyim.<br /><br />Karena pengaruhnya yang demikian kuat itu, keberadaan Kyai Hasyim menjadi perhatian serius penjajah. Baik Belanda maupun Jepang berusaha untuk merangkulnya. Di antaranya ia pernah dianugerahi bintang jasa pada tahun 1937, tapi ditolaknya. Justru Kyai Hasyim sempat membuat Belanda kelimpungan. Pertama, ia memfatwakan bahwa perang melawan Belanda adalah jihad (perang suci). Belanda kemudian sangat kerepotan, karena perlawanan gigih melawan penjajah muncul di mana-mana.<br /><br />Kedua, Kyai Hasyim juga pernah mengharamkan naik haji memakai kapal Belanda. Fatwa tersebut ditulis dalam bahasa Arab dan disiarkan oleh Kementerian Agama secara luas. Keruan saja, Van der Plas (penguasa Belanda) menjadi bingung. Karena banyak ummat Islam yang telah mendaftarkan diri kemudian mengurungkan niatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /><b>BACA JUGA : <a href="http://gejebeka.blogspot.co.id/2016/10/biografi-syaichona-kholil-bangkalan.html" target="_blank">Biografi Syaichona Kholil Bangkalan Madura </a></b><br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Namun sempat juga Kyai Hasyim mencicipi penjara 3 bulan pada l942. Tidak jelas alasan Jepang menangkap Kyai Hasyim. Mungkin, karena sikapnya tidak kooperatif dengan penjajah. Uniknya, saking khidmatnya kepada gurunya, ada beberapa santri minta ikut dipenjarakan bersama Kyainya itu. Masa awal perjuangan Kyai Hasyim di Tebuireng bersamaan dengan semakin represifnya perlakuan penjajah Belanda terhadap rakyat Indonesia.<br /><br />Pasukan Kompeni ini tidak segan-segan membunuh penduduk yang dianggap menentang undang-undang penjajah. Pesantren Tebuireng pun tak luput dari sasaran represif Belanda. Pada tahun 1913 M., intel Belanda mengirim seorang pencuri untuk membuat keonaran di Tebuireng. Namun dia tertangkap dan dihajar beramai-ramai oleh santri hingga tewas.<br /><br />Peristiwa ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk menangkap Kyai Hasyim dengan tuduhan pembunuhan. Dalam pemeriksaan, Kyai Hasyim yang sangat piawai dengan hukum-hukum Belanda, mampu menepis semua tuduhan tersebut dengan taktis. Akhirnya beliau dilepaskan dari jeratan hukum. Belum puas dengan cara adu domba, Belanda kemudian mengirimkan beberapa kompi pasukan untuk memporak-porandakan pesantren yang baru berdiri 10-an tahun itu.<br /><br />Akibatnya, hampir seluruh bangunan pesantren porak-poranda, dan kitab-kitab dihancurkan serta dibakar. Perlakuan represif Belanda ini terus berlangsung hingga masa-masa revolusi fisik Tahun 1940an. Pada bulan Maret 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang di Kalijati, dekat Bandung, sehingga secara de facto dan de jure, kekuasaan Indonesia berpindah tangan ke tentara Jepang.<br /><br />Pendudukan Dai Nippon menandai datangnya masa baru bagi kalangan Islam. Berbeda dengan Belanda yang represif kepada Islam, Jepang menggabungkan antara kebijakan represi dan kooptasi, sebagai upaya untuk memperoleh dukungan para pemimpin Muslim. Salah satu perlakuan represif Jepang adalah penahanan terhadap Hadratus Syaikh beserta sejumlah putera dan kerabatnya. Ini dilakukan karena Kyai Hasyim menolak melakukan seikerei. Yaitu kewajiban berbaris dan membungkukkan badan ke arah Tokyo setiap pukul 07.00 pagi, sebagai simbol penghormatan kepada Kaisar Hirohito dan ketaatan kepada Dewa Matahari (Amaterasu Omikami).<br /><br />Aktivitas ini juga wajib dilakukan oleh seluruh warga di wilayah pendudukan Jepang, setiap kali berpapasan atau melintas di depan tentara Jepang. Kyai Hasyim menolak aturan tersebut. Sebab hanya Allah lah yang wajib disembah, bukan manusia. Akibatnya, Kyai Hasyim ditangkap dan ditahan secara berpindah–pindah, mulai dari penjara Jombang, kemudian Mojokerto, dan akhirnya ke penjara Bubutan, Surabaya.<br /><br />Karena kesetiaan dan keyakinan bahwa Hadratus Syaikh berada di pihak yang benar, sejumlah santri Tebuireng minta ikut ditahan. Selama dalam tahanan, Kyai Hasyim mengalami banyak penyiksaan fisik sehingga salah satu jari tangannya menjadi patah tak dapat digerakkan. Setelah penahanan Hadratus Syaikh, segenap kegiatan belajar-mengajar di Pesantren Tebuireng vakum total. Penahanan itu juga mengakibatkan keluarga Hadratus Syaikh tercerai berai. Isteri Kyai Hasyim, Nyai Masruroh, harus mengungsi ke Pesantren Denanyar, barat Kota Jombang.<br /><br />Tanggal 18 Agustus 1942, setelah 4 bulan dipenjara, Kyai Hasyim dibebaskan oleh Jepang karena banyaknya protes dari para Kyai dan santri. Selain itu, pembebasan Kyai Hasyim juga berkat usaha dari Kyai Wahid Hasyim dan Kyai Wahab Hasbullah dalam menghubungi pembesar-pembesar Jepang, terutama Saikoo Sikikan di Jakarta.<br /><br />Tanggal 22 Oktober 1945, ketika tentara NICA (Netherland Indian Civil Administration) yang dibentuk oleh pemerintah Belanda membonceng pasukan Sekutu yang dipimpin Inggris, berusaha melakukan agresi ke tanah Jawa (Surabaya) dengan alasan mengurus tawanan Jepang, Kyai Hasyim bersama para ulama menyerukan Resolusi Jihad melawan pasukan gabungan NICA dan Inggris tersebut.<br /><br />Resolusi Jihad ditandatangani di kantor NU Bubutan, Surabaya. Akibatnya, meletuslah perang rakyat semesta dalam pertempuran 10 November 1945 yang bersejarah itu. Umat Islam yang mendengar Resolusi Jihad itu keluar dari kampung-kampung dengan membawa senjata apa adanya untuk melawan pasukan gabungan NICA dan Inggris. Peristiwa 10 Nopember kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional. Pada tanggal 7 Nopember 1945—tiga hari sebelum meletusnya perang 10 Nopember 1945 di Surabaya—umat Islam membentuk partai politik bernama Majelis Syuro Muslim Indonesia (Masyumi).<br /><br />Pembentukan Masyumi merupakan salah satu langkah konsolidasi umat Islam dari berbagai faham. Kyai Hasyim diangkat sebagai Ro’is ‘Am (Ketua Umum) pertama periode tahun 1945-1947. Selama masa perjuangan mengusir penjajah, Kyai Hasyim dikenal sebagai penganjur, penasehat, sekaligus jenderal dalam gerakan laskar-laskar perjuangan seperti GPII, Hizbullah, Sabilillah, dan gerakan Mujahidin. Bahkan Jenderal Soedirman dan Bung Tomo senantiasa meminta petunjuk kepada Kyai Hasyim.<br /><br />Kemampuannya dalam ilmu hadits, diwarisi dari gurunya, Syaikh Mahfudh At Tarmisi di Mekkah. Selama 7 tahun Hasyim berguru kepada Syaikh ternama asal Pacitan, Jawa Timur itu. Disamping Syaikh Mahfudh, Hasyim juga menimba ilmu kepada Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabau. Kepada dua guru besar itu pulalah Kyai Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, berguru. Jadi, antara KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan sebenarnya tunggal guru. Yang perlu ditekankan, saat Hasyim belajar di Mekkah, Muhammad Abduh sedang giat-giatnya melancarkan gerakan pembaharuan pemikiran Islam.<br /><br />Dan sebagaimana diketahui, buah pikiran Abduh itu sangat mempengaruhi proses perjalanan ummat Islam selanjutnya. Sebagaimana telah dikupas Deliar Noer, ide-ide reformasi Islam yang dianjurkan oleh Abduh yang dilancarkan dari Mesir, telah menarik perhatian santri-santri Indonesia yang sedang belajar di Mekkah. Termasuk Hasyim tentu saja. Ide reformasi Abduh itu ialah pertama mengajak ummat Islam untuk memurnikan kembali Islam dari pengaruh dan praktek keagamaan yang sebenarnya bukan berasal dari Islam.<br /><br />Kedua, reformasi pendidikan Islam di tingkat universitas; dan ketiga, mengkaji dan merumuskan kembali doktrin Islam untuk disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan kehidupan modern; dan keempat, mempertahankan Islam. Usaha Abduh merumuskan doktrin-doktrin Islam untuk memenuhi kebutuhan kehidupan modern pertama dimaksudkan agar supaya Islam dapat memainkan kembali tanggung jawab yang lebih besar dalam lapangan sosial, politik dan pendidikan. Dengan alasan inilah Abduh melancarkan ide agar ummat Islam melepaskan diri dari keterikatan mereka kepada pola pikiran para mazhab dan agar ummat Islam meninggalkan segala bentuk praktek tarekat.<br /><br />Syaikh Ahmad Khatib mendukung beberapa pemikiran Abduh, walaupun ia berbeda dalam beberapa hal. Beberapa santri Syaikh Khatib ketika kembali ke Indonesia ada yang mengembangkan ide-ide Abduh itu. Di antaranya adalah KH Ahmad Dahlan yang kemudian mendirikan Muhammadiyah. Tidak demikian dengan Hasyim. Ia sebenarnya juga menerima ide-ide Abduh untuk menyemangatkan kembali Islam, tetapi ia menolak pikiran Abduh agar ummat Islam melepaskan diri dari keterikatan mazhab.<br /><br />Ia berkeyakinan bahwa adalah tidak mungkin untuk memahami maksud yang sebenarnya dari ajaran-ajaran Al Qur’an dan Hadist tanpa mempelajari pendapat-pendapat para ulama besar yang tergabung dalam sistem mazhab. Untuk menafsirkan Al Qur’an dan Hadist tanpa mempelajari dan meneliti buku-buku para ulama mazhab hanya akan menghasilkan pemutarbalikan saja dari ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya, demikian tulis Dhofier. Dalam hal tarekat, Hasyim tidak menganggap bahwa semua bentuk praktek keagamaan waktu itu salah dan bertentangan dengan ajaran Islam.<br /><br />Hanya, ia berpesan agar ummat Islam berhati-hati bila memasuki kehidupan tarekat. Dalam perkembangannya, benturan pendapat antara golongan bermazhab yang diwakili kalangan pesantren (sering disebut kelompok tradisional), dengan yang tidak bermazhab (diwakili Muhammadiyah dan Persis, sering disebut kelompok modernis) itu memang kerap tidak terelakkan.<br /><br />Puncaknya adalah saat Konggres Al Islam IV yang diselenggarakan di Bandung. Konggres itu diadakan dalam rangka mencari masukan dari berbagai kelompok ummat Islam, untuk dibawa ke Konggres Ummat Islam di Mekkah. Karena aspirasi golongan tradisional tidak tertampung (di antaranya: tradisi bermazhab agar tetap diberi kebebasan, terpeliharanya tempat-tempat penting, mulai makam Rasulullah sampai para sahabat) kelompok ini kemudian membentuk Komite Hijaz.<br /><br />Komite yang dipelopori KH Abdullah Wahab Chasbullah ini bertugas menyampaikan aspirasi kelompok tradisional kepada penguasa Arab Saudi. Atas restu Kyai Hasyim, Komite inilah yang pada 31 Februari l926 menjelma jadi Nahdlatul Ulama (NU) yang artinya kebangkitan ulama. Setelah NU berdiri posisi kelompok tradisional kian kuat. Terbukti, pada 1937 ketika beberapa ormas Islam membentuk badan federasi partai dan perhimpunan Islam Indonesia yang terkenal dengan sebuta MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) Kyai Hasyim diminta jadi ketuanya.<br /><br />Ia juga pernah memimpin Masyumi, partai politik Islam terbesar yang pernah ada di Indonesia. Penjajahan panjang yang mengungkung bangsa Indonesia, menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Pada tahun 1908 muncul sebuah gerakan yang kini disebut Gerakan Kebangkitan Nasional.<br /><br />Semangat Kebangkitan Nasional terus menyebar ke mana-mana, sehingga muncullah berbagai organisai pendidikan, sosial, dan keagamaan, diantaranya Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) tahun 1916, dan Taswirul Afkar tahun 1918 (dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri atau Kebangkitan Pemikiran). Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar (Pergerakan Kaum Saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar, maka Taswirul Afkar tampil sebagi kelompok studi serta lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.<br /><br />Tokoh utama dibalik pendirian tafwirul afkar adalah, KH Abdul Wahab Hasbullah (tokoh muda pengasuh PP. Bahrul Ulum Tambakberas), yang juga murid hadratus Syaikh. Kelompok ini lahir sebagai bentuk kepedulian para ulama terhadap tantangan zaman di kala itu, baik dalam masalah keagamaan, pendidikan, sosial, dan politik. Pada masa itu, Raja Saudi Arabia, Ibnu Saud, berencana menjadikan madzhab Salafi-Wahabi sebagai madzhab resmi Negara. Dia juga berencana menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam yang selama ini banyak diziarahi kaum Muslimin, karena dianggap bid’ah.<br /><br />Di Indonesia, rencana tersebut mendapat sambutan hangat kalangan modernis seperti Muhammadiyah di bawah pimpinan Ahmad Dahlan, maupun PSII di bahwah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan pesantren yang menghormati keberagaman, menolak dengan alasan itu adalah pembatasan madzhab dan penghancuran warisan peradaban itu. Akibatnya, kalangan pesantren dikeluarkan dari keanggotaan Kongres Al Islam serta tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu’tamar ‘Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekah, yang akan mengesahkan keputusan tersebut.<br /><br />Didorong oleh semangat untuk menciptakan kebebasan bermadzhab serta rasa kepedulian terhadap pelestarian warisan peradaban, maka Kyai Hasyim bersama para pengasuh pesantren lainnya, membuat delegasi yang dinamai Komite Hijaz. Komite yang diketuai KH. Wahab Hasbullah ini datang ke Saudi Arabia dan meminta Raja Ibnu Saud untuk mengurungkan niatnya.<br /><br />Pada saat yang hampir bersamaan, datang pula tantangan dari berbagai penjuru dunia atas rencana Ibnu Saud, sehingga rencana tersebut digagalkan. Hasilnya, hingga saat ini umat Islam bebas melaksanakan ibadah di Mekah sesuai dengan madzhab masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah serta peradaban yang sangat berharga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-7onRmBjzjGA/WAsPj2D1IRI/AAAAAAAAAps/tP8d6I0YTiczK_brIkdrm466DR8hvX7VQCLcB/s1600/poster-48x60-hijau.psd_-600x400.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="266" src="https://2.bp.blogspot.com/-7onRmBjzjGA/WAsPj2D1IRI/AAAAAAAAAps/tP8d6I0YTiczK_brIkdrm466DR8hvX7VQCLcB/s400/poster-48x60-hijau.psd_-600x400.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Pendiri Nahdlatul Ulama (NU)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Tahun 1924, kelompok diskusi Taswirul Afkar ingin mengembangkan sayapnya dengan mendirikan sebuah organisasi yang ruang lingkupnya lebih besar. Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari yang dimintai persetujuannya, meminta waktu untuk mengerjakan salat istikharah, menohon petunjuk dari Allah. Dinanti-nanti sekian lama, petunjuk itu belum datang juga. Kyai Hasyim sangat gelisah. Dalam hati kecilnya ingin berjumpa dengan gurunya, KH Kholil bin Abdul Latif, Bangkalan. <br /><br />Sementara nun jauh di Bangkalan sana, Kyai Khalil telah mengetahui apa yang dialami Kyai Hasyim. Kyai Kholil lalu mengutus salah satu orang santrinya yang bernama As’ad Syamsul Arifin (kelak menjadi pengasuh PP Salafiyah Syafiiyah Situbondo), untuk menyampaikan sebuah tasbih kepada Kyai Hasyim di Tebuireng. Pemuda As’ad juga dipesani agar setiba di Tebuireng membacakan surat Thaha ayat 23 kepada Kyai Hasyim.<br /><br />Ketika Kyai Hasyim menerima kedatangan As’ad, dan mendengar ayat tersebut, hatinya langsung bergentar. ”Keinginanku untuk membentuk jamiyah agaknya akan tercapai,” ujarnya lirih sambil meneteskan airmata. Waktu terus berjalan, akan tetapi pendirian organisasi itu belum juga terealisasi. Agaknya Kyai Hasyim masih menunggu kemantapan hati. Satu tahun kemudian (1925), pemuda As’ad kembali datang menemui Hadratus Syaikh. ”Kyai, saya diutus oleh Kyai Kholil untuk menyampaikan tasbih ini,” ujar pemuda Asad sambil menunjukkan tasbih yang dikalungkan Kyai Kholil di lehernya.<br /><br />Tangan As’ad belum pernah menyentuh tasbih sersebut, meskipun perjalanan antara Bangkalan menuju Tebuireng sangatlah jauh dan banyak rintangan. Bahkan ia rela tidak mandi selama dalam perjalanan, sebab khawatir tangannya menyentuh tasbih. Ia memiliki prinsip, ”kalung ini yang menaruh adalah Kyai, maka yang boleh melepasnya juga harus Kyai”.<br /><br />Inilah salah satu sikap ketaatan santri kepada sang guru. ”Kyai Kholil juga meminta untuk mengamalkan wirid Ya Jabbar, Ya Qahhar setiap waktu,” tambah As’ad. Kehadiran As’ad yang kedua ini membuat hati Kyai Hasyim semakin mantap. Hadratus Syaikh menangkap isyarat bahwa gurunya tidak keberatan jika ia bersama kawan-kawannya mendirikan organisai/jam’iyah. Inilah jawaban yang dinanti-nantinya melalui salat istikharah.<br /><br />Sayangnya, sebelum keinginan itu terwujud, Kyai Kholil sudah meninggal dunia terlebih dahulu. Pada tanggal 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926M, organisasi tersebut secara resmi didirikan, dengan nama Nahdhatul Ulama’, yang artinya kebangkitan ulama. Kyai Hasyim dipercaya sebagai Rais Akbar pertama. Kelak, jam’iyah ini menjadi organisasi dengan anggota terbesar di Indonesia, bahkan di Asia.<br /><br />Sebagaimana diketahui, saat itu (bahkan hingga kini) dalam dunia Islam terdapat pertentangan faham, antara faham pembaharuan yang dilancarkan Muhammad Abduh dari Mesir dengan faham bermadzhab yang menerima praktek tarekat. Ide reformasi Muhammad Abduh antara lain bertujuan memurnikan kembali ajaran Islam dari pengaruh dan praktek keagamaan yang bukan berasal dari Islam, mereformasi pendidikan Islam di tingkat universitas, dan mengkaji serta merumuskan kembali doktrin Islam untuk disesuaikan dengan kebutuhan kehidupan modern.<br /><br />Dengan ini Abduh melancarakan ide agar umat Islam terlepas dari pola pemikiran madzhab dan meninggalkan segala bentuk praktek tarekat. Semangat Abduh juga mempengaruhi masyarakat Indonesia, kebanyakan di kawasan Sumatera yang dibawa oleh para mahasiswa yang belajar di Mekkah.<br /><br />Sedangkan di Jawa dipelopori oleh KH. Ahmad Dahlan melalui organisasi Muhammadiyah (berdiri tahun 1912). Kyai Hasyim pada prinsipnya menerima ide Muhammad Abduh untuk membangkitkan kembali ajaran Islam, akan tetapi menolak melepaskan diri dari keterikatan madzhab. Sebab dalam pandangannya, umat Islam sangat sulit memahami maksud Al Quran atau Hadits tanpa mempelajari kitab-kitab para ulama madzhab.<br /><br />Pemikiran yang tegas dari Kyai Hasyim ini memperoleh dukungan para Kyai di seluruh tanah Jawa dan Madura. Kyai Hasyim yang saat itu menjadi ”kiblat” para Kyai, berhasil menyatukan mereka melalui pendirian Nahdlatul Ulama’ ini. Pada saat pendirian organisasi pergerakan kebangsaan membentuk Majelis Islam ‘Ala Indonesia (MIAI), Kyai Hasyim dengan putranya Kyai Wahid Hasyim, diangkat sebagai pimpinannya (periode tahun 1937-1942). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Editor : Mohamad Asror M.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : <a href="http://www.biografiku.com/2012/10/biografi-kh-hasyim-ashari-pendiri.html" target="_blank">www.biografiku.com</a> </div>
</div>
GEMA SUARA PESANTRENhttp://www.blogger.com/profile/16617370781707429790noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556359350544836190.post-50359932342817142102016-10-22T13:32:00.001+07:002016-10-22T13:32:44.587+07:00Biografi Syaichona Kholil Bangkalan Madura (Gurunya Para ulama Besar di Jawa dan Madura)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-rMT1gOku2Qw/WAsHPwYBIQI/AAAAAAAAApQ/2ZDSun_S8rw3Xf4PXjTIrU70S21V3sXPACLcB/s1600/ds.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://2.bp.blogspot.com/-rMT1gOku2Qw/WAsHPwYBIQI/AAAAAAAAApQ/2ZDSun_S8rw3Xf4PXjTIrU70S21V3sXPACLcB/s1600/ds.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
KH Abdul Lathif, warga Desa Kemayoran, Kecamatan Kota, Bangkalan, merasakan kegembiraan karena hari itu, Selasa 11 Jumadil Akhir 1235 H atau 27 Januari 1820 M, dari rahim istrinya lahir seorang anak laki-laki yang sehat, diberi nama Muhammad Kholil, yang kelak akan terkenal dengan nama Mbah Kholil.<br /><br />KH Abdul Lathif sangat berharap anaknya dikemudian hari menjadi pemimpin umat, sebagaimana nenek moyangnya. Mbah Kholil kecil berasal dari keluarga ulama. Ayahnya, KH Abdul Lathif, mempunyai pertalian darah dengan Sunan Gunung Jati. Ayah Abdul Lathif adalah Kiai Hamim, putra dari Kiai Abdul Karim.<br /><br />Yang disebut terakhir putra Kiai Muharram bin Kiai Asror Karomah bin Kiai Abdullah bin Sayyid Sulaiman. Sayyid Sulaiman cucu Sunan Gunung Jati. Maka tak salah kalau KH. Abdul Lathif mendambakan putranya kelak bisa mengikuti jejak Sunan Gunung Jati, karena memang masih terhitung keturunan.<br /><br />Mbah Kholil dididik dengan sangat ketat oleh ayahnya. Mbah Kholil kecil memang menunjukkan bakat yang istimewa, kehausannya akan ilmu, terutama ilmu Fiqh dan nahwu. Bahkan ia sudah hafal dengan baik Nazham Alfiyah Ibnu Malik (seribu bait ilmu Nahwu) sejak usia muda. Untuk memenuhi harapan dan juga kehausannya mengenai ilmu Fiqh dan ilmu yang lainnya, maka orang tua Mbah Kholil kecil mengirimnya ke berbagai pesantren untuk menimba ilmu.<br /><br />Mengawali pengembaraannya, Mbah Kholil muda belajar kepada Kiai Muhammad Nur di Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur. Dari Langitan beliau pindah ke Pondok Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan. Kemudian beliau pindah ke Pondok Pesantren Keboncandi. Selama belajar di Pondok Pesantren ini beliau belajar pula kepada Kiai Nur Hasan yang menetap di Sidogiri, 7 kilometer dari Keboncandi.<br /><br />Kiai Nur Hasan ini, sesungguhnya, masih mempunyai pertalian keluarga dengannya. Jarak antara Keboncandi dan Sidogiri sekitar 7 Kilometer. Tetapi, untuk mendapatkan ilmu, Mbah Kholil muda rela melakoni perjalanan yang terbilang lumayan jauh itu setiap harinya. Di setiap perjalanannya dari Keboncandi ke Sidogiri, ia tak pernah lupa membaca Surat Yasin.<br />Sebenarnya, bisa saja Mbah Kholil muda tinggal di Sidogiri selama nyantri kepada Kyai Nur Hasan, tetapi ada alasan yang cukup kuat bagi dia untuk tetap tinggal di Keboncandi. Mbah Kholil tinggal di Keboncandi agar bisa nyambi menjadi buruh batik. Dari hasil menjadi buruh batik itulah dia memenuhi kebutuhannya sehari-hari.<br /><br />Sewaktu menjadi Santri Mbah Kholil telah menghafal beberapa matan, seperti Matan Alfiyah Ibnu Malik (Tata Bahasa Arab). Disamping itu beliau juga seorang Hafidz Al-Quran. Beliau mampu membaca Al-Qur’an dalam Qira’at Sab’ah (tujuh cara membaca Al-Quran).<br />Kemandirian Mbah Kholil muda juga nampak ketika ia berkeinginan untuk menimba ilmu ke Makkah. Karena pada masa itu, belajar ke Makkah merupakan cita-cita semua santri. Dan untuk mewujudkan impiannya kali ini, lagi-lagi Mbah Kholil muda tidak menyatakan niatnya kepada orangtuanya, apalagi meminta ongkos kepada orangtua.<br /><br />Kemudian, setelah Mbah Kholil memutar otak untuk mencari jalan keluarnya, akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke sebuah pesantren di Banyuwangi. Karena, pengasuh pesantren itu terkenal mempunyai kebun kelapa yang cukup luas. Dan selama nyantri di Banyuwangi ini, Mbah Kholil nyambi menjadi “buruh” pemetik kelapa pada gurunya. Untuk setiap pohonnya, dia mendapat upah 2,5 sen.<br /><br />Uang yang diperolehnya tersebut dia tabung. Sedangkan untuk makan, Mbah Kholil menyiasatinya dengan mengisi bak mandi, mencuci dan melakukan pekerjaan rumah lainnya, serta menjadi juru masak teman-temannya. Dari situlah Mbah Kholil bisa makan gratis.<br /><br />Saat usianya mencapai 24 tahun, Mbah Kholil memutuskan untuk pergi ke Makkah. Tetapi sebelum berangkat, Mbah Kholil menikah dahulu dengan Nyai Asyik, putri Lodra Putih.<br />Setelah menikah, berangkatlah dia ke Mekkah. Dan memang benar, untuk ongkos pelayarannya bisa tertutupi dari hasil tabungannya selama nyantri di Banyuwangi, sedangkan untuk makan selama pelayaran, konon Mbah Kholil berpuasa. Hal tersebut dilakukan Mbah Kholil bukan dalam rangka menghemat uang, akan tetapi untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, agar perjalanannya selamat.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>BACA JUGA : <a href="http://gejebeka.blogspot.co.id/2016/10/biografi-gus-miek-kh-hamim-tohari.html" target="_blank">Biografi Gus Miek ( KH. Hamim Thohari Djazuli )</a></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di Makkah Mbah Kholil belajar dengan Syeikh Nawawi Al-Bantani (Guru Ulama Indonesia dari Banten). Di antara gurunya di Makkah ialah Syeikh Utsman bin Hasan Ad-Dimyathi, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Syeikh Mustafa bin Muhammad Al-Afifi Al-Makki, Syeikh Abdul Hamid bin Mahmud Asy-Syarwani. Beberapa sanad hadits yang musalsal diterima dari Syeikh Nawawi Al-Bantani dan Abdul Ghani bin Subuh bin Ismail Al-Bimawi (Bima, Sumbawa).<br /><br />Sebagai pemuda Jawa (sebutan yang digunakan orang Arab waktu itu untuk menyebut orang Indonesia) pada umumnya, Mbah Kholil belajar pada para Syeikh dari berbagai madzhab yang mengajar di Masjid Al-Haram. Namun kecenderungannya untuk mengikuti Madzhab Syafi’i tak dapat disembunyikan. Karena itu, tak heran kalau kemudian dia lebih banyak mengaji kepada para Syeikh yang bermadzhab Syafi’i.<br /><br />Konon, selama di Makkah, Mbah Kholil lebih banyak makan kulit buah semangka ketimbang makanan lain yang lebih layak. Realitas ini bagi teman-temannya, cukup mengherankan. Kebiasaan memakan kulit buah semangka kemungkinan besar dipengaruhi ajaran ngrowot (vegetarian) dari Al-Ghazali, salah seorang ulama yang dikagumi dan menjadi panutannya.<br /><br />Sewaktu berada di Makkah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Mbah Kholil bekerja mengambil upah sebagai penyalin kitab-kitab yang diperlukan oleh para pelajar.<br />Sepulangnya dari Tanah Arab, Mbah Kholil dikenal sebagai seorang ahli Fiqh dan Tarekat. Bahkan pada akhirnya, dia pun dikenal sebagai salah seorang Kiai yang dapat memadukan kedua hal itu dengan serasi. Dia juga dikenal sebagai al-Hafidz (hafal Al-Qur’an 30 Juz). Hingga akhirnya, Mbah Kholil dapat mendirikan sebuah pesantren di daerah Cengkubuan, Bangkalan.<br /><br />Banyak santri yang berdatangan dari desa-desa sekitarnya. Namun, setelah putrinya, Siti Khatimah dinikahkan dengan keponakannya sendiri, yaitu Kiai Muntaha, pesantren di Cengkubuan itu kemudian diserahkan kepada menantunya. Mbah Kholil sendiri mendirikan pesantren lagi di daerah Demangan, pusat kota. Letak Pesantren yang baru itu, hanya selang 1 Kilometer dari Pesantren lama.<br /><br />Di tempat yang baru ini, Mbah Kholil juga cepat memperoleh santri lagi, bukan saja dari daerah sekitar, tetapi juga dari Tanah Seberang, Pulau Jawa. Santri pertama yang datang dari Jawa tercatat bernama Hasyim Asy’ari, dari Jombang.<br />Hampir ulama besar di Madura dan Jawa adalah murid Kiai Kholil Di sisi lain, Mbah Kholil disamping dikenal sebagai ahli Fiqh dan ilmu Alat (nahwu dan sharaf), ia juga dikenal sebagai orang yang waskita atau weruh sak durunge winarah (tahu sebelum terjadi). Malahan dalam hal yang terakhir ini, nama Mbah Kholil lebih dikenal.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-sMWbhG92uCc/WAsHQCXVNSI/AAAAAAAAApU/ONUbn_TfhGYGZQZ1uuRUnaoJ5z7OPpvlACLcB/s1600/asd.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://1.bp.blogspot.com/-sMWbhG92uCc/WAsHQCXVNSI/AAAAAAAAApU/ONUbn_TfhGYGZQZ1uuRUnaoJ5z7OPpvlACLcB/s400/asd.JPG" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Syekh Kholil wafat pada hari Kamis tanggal 29 Ramadhan 1343 H (1925 M). Jenazah beliau disalatkan di Masjid Agung Bangkalan. Kemudian dimakamkan di Pemakaman Martajasah, Bangkalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>BACA JUGA : <a href="http://gejebeka.blogspot.co.id/2016/10/biografi-al-maghfurlah-kh-mochammad.html" target="_blank">Biografi KH. Masruri Abdul Mughni</a></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berikut Sebagian Murid Dari Syaichona Kholil Bangkalan Madura :<br />1. KH. Hasyim Asy’ari : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang. Beliau juga dikenal sebagai pendiri organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) Bahkan beliau tercatat sebagai Pahlawan Nasional.<br />2. KHR. As’ad Syamsul Arifin : Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo Asembagus, Situbondo.<br />3. KH. Wahab Hasbullah: Pendiri, Pengasuh Pondok Pesantren Tambak Beras Jombang. Pernah menjabat sebagai Rais Aam NU (1947 – 1971).<br />4. KH. Bisri Syamsuri: Pendiri, Pengasuh Pondok Pesantren Denanyar, Jombang.<br />5. KH. Maksum: Pendiri, Pengasuh Pondok Pesantren Rembang, Jawa Tengah<br />6. KH. Bisri Mustofa: Pendiri, Pengasuh Pondok Pesantren Rembang, Beliau juga dikenal sebagai mufassir Al Quran. Kitab tafsirnya dapat dibaca sampai sekarang, berjudul “Al-Ibriz” sebanyak 3 jilid tebal berhuruf jawa pegon.<br />7. KH. Muhammad Siddiq: Pendiri, Pengasuh Pesantren Siddiqiyah, Jember.<br />8. KH. Muhammad Hasan Genggong : Pendiri, Pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong. 9. KH. Zaini Mun’im: Pendiri, Pengasuh Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo.<br />10. KH. Abdullah Mubarok: Pendiri, Pengasuh Pondok , kini dikenal juga menampung pengobatan para morphinis.<br />11. KH. Asy’ari: Pendiri, pengasuh pondok Pesantren Darut Tholabah, Wonosari Bondowoso.<br />12. KH. Abi Sujak : Pendiri, pengasuh pondok Pesantren Astatinggi, Kebun Agung, Sumenep.<br />13. KH. Ali Wafa : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Temporejo, Jember.<br />14. KH. Toha : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Bata-bata, Pamekasan.<br />15. KH. Mustofa : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Macan Putih, Blambangan<br />16. KH Usmuni : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Pandean Sumenep.<br />17. KH. Karimullah : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Curah Damai, Bondowoso.<br />18. KH. Manaf Abdul Karim : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri.<br />19. KH. Munawwir : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta.<br />20. KH. Khozin : Pendiri, pengasuh pondok Pesantren Buduran, Sidoarjo.<br />21. KH. Abdul Hadi : Lamongan.<br />22. KH. Zainudin : Nganjuk<br />23. KH. Maksum : Lasem<br />24. KH. Abdul Fatah : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Al Fattah, Tulungagung<br />25. KH. Zainul Abidin : Kraksan Probolinggo.<br />26. KH. Munajad : Kertosono<br />27. KH. Romli Tamim : Rejoso jombang<br />28. KH. Muhammad Anwar: Pacul Gowang, Jombang<br />29. KH. Abdul Madjid: Bata-bata, Pamekasan, Madura<br />30. KH. Abdul Hamid bin Itsbat, banyuwangi<br />31. KH. Muhammad Thohir jamaluddin : Sumber Gayam, Madura.<br />32. KH. Zainur Rasyid: Kironggo, Bondowoso<br />33. KH. Hasan Mustofa: Garut Jawa Barat<br />34. KH. Raden Fakih Maskumambang: Gresik<br />35. KH. Sayyid Ali Bafaqih: Pendiri, pengasuh Pesantren Loloan Barat, Negara, Bali.<br />36. KH. Nawawi : Pendiri, pengasuh pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Editor : Mohamad Asror M.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : <a href="https://www.pzhgenggong.or.id/2702/biografi-syaichona-kholil-bangkalan-guru-dari-kyai-sepuh-genggong.html" target="_blank">www.pzhgenggong.or.id</a></div>
</div>
GEMA SUARA PESANTRENhttp://www.blogger.com/profile/16617370781707429790noreply@blogger.com0